Chapter 239 Pertengkaran (Part 2)

Walaupun airmuka Saga menunjukan

kemarahan yang teramat sangat, tapi  Daniah berhasil

menguatkan hatinya untuk berani bicara. Ini kesempatan yang diberikan Tuhan, supaya dia bisa

keluar dari sangkar emas yang dibangun Saga untuknya. Sedikit saja

kebebasan yang dia harapkan. Hanya ada dua kemungkinan baginya. Menang berbuah

kebebasan. Kalah, terikat semakin kuat dengan rantai cintanya tuan muda.  Apakah akan berhasil, kalau dia menyebut nama Helen lagi gumamnya lirih.

Walaupun masih terlihat  keraguan di mata Daniah, saat ia  mengambil keputusan.

“ Lepaskan aku!” Daniah mengeraskan

suaranya. “ Helen masih ada di hatimukan?” Bergema lagi kata-katanya memenuhi

udara. Dia sendiri merasa sesak ketika menyebut nama itu. Tapi biarlah, demi

harga yang harus dia bayar untuk menebus kebebasannya. “ Walaupun aku tahu dan

marah aku masih berusaha menahannya dan tidak cemburu buta sepertimu.”

Terengah-engah mendorong tubuh Saga yang merapat padanya. Kedua tangannya sudah

di cengkram kuat. Tidak bisa bergerak ataupun sekedar bergeser. “ Kalau aku

bisa menahan diri untuk tidak cemburu, bisakah kau melakukannya juga!” Menatap

Saga. ” Toh aku tidak akan berani mengkhianatimu tuan muda!” Kata terakhir

terucap dengan getir dan penuh depresi.

Aku tidak punya keberanian untuk

itu.

Bahkan berfikir saja tidak pernah.

Setelah mendapat pesan dari Abas tadi, jujur pikiran Daniah mengembara sebentar

untuk menemukan apa yang sebenarnya hatinya pikirkan. Apa kamu bahagia Niah? Pertanyaan sederhana itu

sempat menguncang hatinya. Benarkah, dia bahagia menjadi istri sekaligus wanita

yang dicintai tuan Saga.

“ Bodoh! Jadi selama ini kau

berfikir aku masih menyukai Helen?” Saga tidak bisa menutupi senyum yang secara

bersamaan muncul dibibirnya saat ia bicara.

Bagaimana kau bisa sebodoh itu

Niah. Memang kurang apalagi aku menunjukan perasaanku padamu?

“ Apa! Siapa yang bodoh! Memang itu

kenyataan. Kau masih terlihat kesal kalau aku atau siapapun menyebut nama

Helen di depanmu.” Masih berusaha memberontak melepaskan diri. Paling tidak

Daniah ingin bangun dan duduk, bukan terpojok di bawah tubuh Saga seperti ini.

Hp berbunyi lagi. Mengagetkan.

Daniah semakin frustasi ingin membanting benda kecil itu. Dia mengumpat  dalam hati, jika itu memang benar Abas.

Pesannya sama sekali tidak akan membantu hidupnya, tapi akan membuat dirinya

jatuh ke lubang neraka yang dalam. Merenggut semua kebebasannya, Bahkan yang  hanya sekedar keluar pergi bekerja.

“ Sayang, kumohon percayalah

padaku.” Akhirnya memilih memohon. Mengalihkan perhatian Saga yang sekilas tadi melirik hp yang

berbunyi di atas meja.

“ Percaya padamu?”  tertawa sinis.  “Bagaimana aku bisa percaya padamu, kalau

selama ini, kau mencintaku bahkan tidak lebih separuh dari aku mencintaimu.”

Heh kenapa sekarang kau

mempersentasekan cinta kita. Memang tahu dari mana kadar cintamu lebih besar

dari milikku. Kau menyimpulkan dari mana tuan muda?

Daniah mendorong tubuh Saga agar

dia bisa bangun. Tapi dengan sekali dorong saja dia yang  sudah separuh menggangkat tubuhnya  kembali terjembah ke sofa. Saga menekan

tangannya.

“ Lepaskan! Biarkan aku duduk. Ayo

kita bicara baik-baik sayang.”

Sakit!

“ Sakit, sayang. Tanganku sakit.”

Saga mengendurkan cengkraman tangannya. “ Aku minta maaf, maaf. Aku salah. Aku

salah sayang.” Membiarkan semua kata-katanya mencair. “Aku yang salah sayang,

seharusnya aku minta izin padamu sebelum pergi ke rumah Aran. Dan maaf aku

menyebut nama Helen di depanmu.”

Saga melepaskan tangannya, lalu

mundur ke belakang. Membiarkan Daniah bangun dan merapikan rambutnya.

Dia melunak saat aku menyebut nama

Helen.

“ Niah.”

“ Ia sayang.”

“ Tutup toko onlinemu selamanya.” Perintah paling menakutkan yang langsung meluluhlantakan hati Daniah.

“ Sayang.” Langsung mata Daniah

berkaca-kaca. Buliran air spontan muncul di ujung matanya. Semua hidup dan impiannya dimulai dari ruko dua lantai itu. Kata-kata Saga barusan menghancurkan semua pondasi kepercayaan dirinya

untuk melawan. “ Aku mohon jangan lakukan itu.” Memelas.  Toko online adalah hidup Daniah. Tempat karyawannya mengantungkan diri. “ Maaf,

maafkan aku. Aku salah sayang. Tapi aku mohon jangan tutup toko onlineku.”

Benar-benar menangis tersedu tanpa dibuat-buat.

Daniah meraih tangan Saga. Airmata

gadis itu menjatuhi tangan Saga.

“ Aku janji tidak akan menyebut

Helen lagi.”

“ Berhenti bicara tentang gadis

itu, dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini.”

Daniah tergagap.

“ Baiklah, maaf, maafkan aku sudah

pergi tanpa izin darimu.”

" Han akan membereskan semuanya besok. Termasuk gaji karyawanmu." Pandangan Daniah langsung buram. Saat kata-kata itu keluar dari mulut Saga. Tidak perduli dia memohon sekalipun.

Tidak, kumohon! airmata Daniah sudah pecah membanjiri pipinya. Saga sudah memutuskan secara sepihak. Dan sangat jarang dia menarik kata-katanya lagi.

" Kenapa? Kenapa kau jahat sekali!" Mundur menjauh. " Kau tahukan bagaimana pentingnya ruko itu untukku." Menunduk  dengan isak mengeras. Daniah tidak mau menahannya, dia mau menangis sekerasnya sekarang. Bahkan Daniah ingin berteriak memaki suaminya.

Saga mendekat dan ingin meraih tubuh Daniah, tapi tangannya di tepis dengan keras. Terdengar Saga mendesal kesal, tapi Daniah tidak perduli.

" Kemari!"

" Tidak mau!" Melotot kesal. " Cabut kata-katamu untuk menutup tokoku selamanya." Saga diam tidak bergeming. " Aku mohon." Daniah melunak. "Aku tidak akan bicara tentang Helen lagi. Aku akan patuh dengan aturanmu."

" Helen lagi!"

Apa dia benar-benar sebodoh itu.

Saga menarik tangan Daniah, walaupun berontak tubuh kecil itu akhirnya jatuh kepelukan Saga. " Lepaskan aku!" Perlawanan yang sia-sia. " Lepaskan aku suami jahat!"

“ Niah, kau bilang toko onlinemu itu penting bagimu. Tapi, apa kau tahu sepenting apa dirimu untukku?” Saga mengendurkan pelukannya. Daniah berhenti memberontak saat mendengar kata-kata yang terucap dari mulut suaminya. Saga mengusap air mata

Daniah dengan bibirnya. Menciumi mata Daniah. Walaupun terkejut tapi Daniah

tidak bisa melakukan apapun dan membiarkan saja. "Kau tahu sepenting apa dirimu untukku?"

Daniah diam, hanya masih menyisa isak di ujung suaranya.

“ Kenapa aku tidak mau nama

Helen di sebut baik di depanku atau di depanmu. Kenapa aku sampai meminta Noah

tidak mengundang gadis itu. Apa kau berfikir karena aku masih menyimpan sedikit

perasaan padanya.”

“ Ia.” Daniah masih sesengukan

karena memikirkan nasib rukonya. “ Memang itukan alasannya.”

“ Bodoh!”

Kenapa dia senang mengataiku bodoh

si.

“ Karena aku tidak mau kau merasa

tidak nyaman. Karena aku tidak mau  menyakiti hatimu. Karena kau sangat penting dan berarti untukku.”

Eh, apa aku sudah salah paham.

“ Tapi kau? Pernahkah kau berfikir

seperti itu juga.” Saga meletakan kepalanya di bahu Daniah. " Pernahkah kau memikirkan perasaanku juga."

Kenapa ini, kenapa jadi aku yang

terpojok.

“ Apa kau pernah melakukannya, mematuhi semua aturanku karena

kau mencintaiku. Bukan hanya takut padaku. Pernahkah kau berfikir untuk tidak

bicara dengan laki-laki lain bukan hanya sekedar kau takut aku marah. Tapi

karena kau mencintaiku makanya kau melakukan itu.”

Deg. Kenapa kata-kata Saga seperti

tamparan keras di wajah Daniah. Kepala Saga yang ada di bahunya menjadi berat. Nafasnya yang mengebu-gebu ingin membatah tiba-tiba langsung menciut. Kepercayaan dirinya semakin mengecil.

Sejauh apa perasaan hatinya pada

tuan Saga?

Daniah mencintai Saga, beberapa

kali dia mengucapkan itu langsung di depan Saga. Tapi....

Kenyataannya dia memang jauh lebih

takut melihat suaminya kesal dan marah dengan kesalahan yang ia lakukan

ketimbang dia melakukan apa yang disukai suaminya karena rasa cintanya pada Saga.

" Sejauh apa aku berarti untukmu?" Pertanyaan Saga mengantung di udara. Dada Daniah berdebar dengan rasa bersalah, hingga ia tak meu menjawab pertanyaan itu.

Saat Daniah masuk ke dalam kamar

mandi. Han muncul membuka pintu. Memeriksa keadaan. Sampai melihat ke arah tempat tidur. Semua tampak baik-baik saja pikirnya bernafas lega.

“ Ada apa tuan muda?”

Saga melemparkan hp Daniah yang

layar depannya retak ke tangan Han. Sigap ditangkap dengan cepat olehnya.

“ Hp nona pecah? Baik saya akan

menggantinya.”

Tidak terjadi perangkan? Kenapa hp nona sampai pecah?

“ Apa nona tidak apa-apa?”

“ Kurang ajar, memang apa yang akan

terjadi padanya.” Menatap gusar.

“ Maaf.” Sambil menunjukan hp yang pecah. Seperti bertanya, kenapa dengan ini. Tapi Saga tidak terlihat mau menjelaskan.

“ Katakan pada pak Mun untuk

membawa makan malam ke kamar.”

“ Baik.”

“ Pergilah!”

“ Baik tuan muda, selamat

istirahat.” Ucapnya sambil mengangukan kepala. Berbalik dan memasukan hp di

saku jasnya.

“ Han.” Han yang sudah membuka

pintu menutupnya kembali. “ Bereskan laki-laki itu, aku tidak mau dia mengirim

pesan ataupun mencoba menghubungi Niah lagi.”

Han langsung mengambil hp di saku

bajunya.

“ Ah, baik tuan muda.”

Ternyata Abas tidak mendengar peringatanku kemarin ya.

Saat Han menutup pintu, bertepatan Daniah

keluar dari ruang ganti baju dengan rambutnya yang masih basah. Dia melihat sekelebat bayangan Han tadi.

" Kenapa sekertaris Han sayang?"

" Aku menyuruhnya menganti hpmu yang pecah." Saga mengulurkan tangannya. " Kemarilah, biar ku kukeringkan rambutmu."

Hp. Hp! Pesan dari Abas! Bagaimana ini?

Bersambung