Chapter 238 Pertengkaran (Part 1)

Daniah berlari sampai nafasnya tersengal

menaiki tangga. Pikirannya buyar saat dia mengingat kata-kata Han, waktu

menunggu tuan Saga tinggal lima menit lagi. Di waktu sesempit itu, untuk

berlari dan juga berfikir. Sepertinya hanya bisa ia pakai untuk mengerahkan tenaga

di kakinya, isi kepalanya tidak sempat memikirkan apapun.

Sial! Kenapa aku bisa mengalami

kejadian seperti ini lagi si.

Gubrak! Tubuh Daniah membentur pintu, membuka pintu pintu keras dengan tubuhnya.

Terengah-engah sambil memegang handle pintu yang terbuka. Dia seperti

mengantung di handle pintu, saat pintu berderik pelan. Dia menoleh ragu,

melihat seseorang sedang duduk bersandar di sofa sambil memangku kaki kirinya.

Saga meraih hp di atas meja. Lalu

melemparkannya kembali setelah mematikan timer.

“ Kau selamat, masih ada tiga detik

lagi.” Katanya dengan pandangan menghancurkan. Daniah bahkan tidak punya

keberanian untuk sekedar tersenyum mengodanya.

Gila! Dia menakutkan sekali. Dia

bahkan memasang timer!

Daniah berdiri mengatur nafasnya

pelan. Merapikan rambutnya. Nafasnya menunjukan kalu dia sudah berlari dengan

kekuatan penuh barusan. Ragu dia berjalan mendekat. Meletakan tasnya di kursi.

“ Sayang..” Menyapa pelan sambil

duduk di sofa. Memilih sofa yang bukan diduduki Saga. Dia mengelus dadanya

sendiri, mengusir gelisah sekaligus menenangkan diri. Tapi tetap, tidak berani

bersitatap mata dengan suaminya.

“ Kemari!”

Tidak mau!

Tubuh Daniah tidak mau bergerak,

dia berpegang pada pinggiran Sofa. Hari ini dia sudah melakukan kesalahan fatal

di mata suaminya. Dia bahkan berfikir untuk pura-pura pingsan karena kehabisan

nafas tadi. Tapi melihat sorot mata kesal Saga membuatnya mengurungkan rencana

apapun di kepalanya.

Dia benar-benar murka.

“ Kemari!” Dia menepuk sofa di

sebelahnya lagi “ Sebelum aku benar-benar tidak bisa menahan diri.”

Daniah langsung beringsut dari

sofanya, berpindah tempat. Wajahnya mulai pias.

“ Sayang, maafkan aku. Aku mampir

sebentar ke rumah Aran.” Menjelaskan, sedang memutar otak supaya tidak tampak

kalau ini kesalahan Aran. “ Ibunya sedang kurang sehat karena merindukan Aran.”

Maaf Aran aku sedikit berbohong

untuk menyelamatkanmu.

“ Karena aku memberimu kebebasan

kau mulai berani ya sekarang.” Tubuh Daniah merinding mendengar cara Saga

bicara, dia mundur sejengkal saat Saga menyentuh dagu dan lehernya. Dia mengulang

kata maafnya lagi dan lagi. Tapi sepertinya suaminya tidak bergeming. Tangannya

masih ada di posisinya yang tadi. “Aku hanya  mengizinkanmu pergi bekerja, apa kau masih belum paham itu artinya?”

Aku tau, artinya aku tidak boleh

pergi kemanapun selain ke ruko.

“ Maaf.” Hanya kata itu yang bisa

di pikiirkan Daniah sekarang. Alasan apapun yang keluar dari mulutnya akan

semakin membuat suaminya marah. “ Sayang aku.”

Bagaimana ini.

Melumerkan kekesalan Saga mungkin

tidak akan semudah biasanya. Dia merasa terkhianati, bukan hanya sekedar

aturannya yang dilangar. Hari ini dia sengaja membatalkan semua jadwalnya karena

ingin memberi Daniah kejutan kemunculannya di ruko. Tapi ternyata dia yang

dibuat terkejut karena istrinya ternyata tidak ada di tempat.

“ Mbak Niah baru saja pergi tuan.”

Ucapan  Tika sudah menyambar semua pembuluh

kesabarannya. Kalau Han tidak mencegahnya, mungkin dia sudah menutup ruko milik

Daniah selamanya detik itu juga.

“ Karena hanya sebentar, aku

berfikir akan langsung pulang, sebelum kamu sampai di rumah.” Takut-takut

Daniah meraih tangan Saga. Tapi laki-laki itu menepisnya.

Aaaaaaaa, bagaimana ini. Dia bahkan

menepis tanganku.

Saga mencengkram dagu Daniah,

mendorong istrinya sampai tersudut di ujung sofa.

“ Apa kau minta izin padaku?

Tidakkan? Kenapa?”

Glek. Daniah menelan ludah. Dia

tidak minta izin karena merasa akan sangat merepotkan dan belum tentu mendapat

izin.

“ Karena kau menduga aku tidak akan

mengizinkanmu!” Daniah mengigit bibirnya kelu. Isi pikirannya bisa mudah sekali

di tebak. Di saat ia kebinggungan mencari alasan, wajah saga merapat di

depannya. Membuat dia berpaling karena tidak mau bersitatap dengannya. “Jawab!” sudah setengah berteriak, sampai membuat nyeri telinga.

“ Ia.” Sambil memalingkan wajah

menjawab. “ Sayang, aku hanya sebentar di rumah Aran, itupun aku hanya bertemu

dengan ibunya. Aku bersumpah. Bercayalah padaku.”

Sakit!

Saga melepaskan tangannya saat

melihat Daniah merintih. Lalu terdengarlah bunyi hp di tas Daniah. Dia menoleh

pada tas kecil di sofa.

“ Siapa itu?”

Kumohon, kumohon berhentilah

berbunyi.

“ Mungkin hanya anak-anak di ruko

sayang. Kamu tahukan aku juga hanya sering berhubungan dengan mereka.”

Saga mengangkat tangannya memberi

isyarat Daniah menyerahkan hp di tas.

Bagaimana ini, kalau itu pesan dari

Abas, tamatlah riwayatku.

“ Aku akan membalasnya nanti.”

“ Ambil!”

Lihat, apa yang coba kau

sembunyikan dariku. Kau bahkan semakin terlihat panik sekarang. Saga menatap tajam tas kecil itu.

Saga mengoyangkan tangannya supaya

Daniah segera bergerak meraih tasnya. Daniah memasukan tangan, sambil pura-pura

mencari. Bergumam pelan karena  belum

menemukan hpnya. Melihat ke arah Saga yang mulai tidak sabar. Tangan Saga

kembali mengantung di udara.

Tamatlah riwayatku.

“ Berikan tasmu!”

“ Ketemu! Ini dia.” Pasrah.

Daniah mau membuka layar depan,

melihat isi hpnya sebelum dia serahkan pada Saga. Berharap itu bukan pesan dari

Abas.

“ Berikan padaku Niah Sayang.”

Tidak berani lagi membantah, di berikannya

hp dengan tangan kanannya. Sekarang benda kecil itu sudah berpindah tangan.

Saga menghidupkan layar depan yang menampilkan fotonya.

Dia tidak menganti foto depannya

rupanya.

“ Buka!” di sodorkan hp itu di

depan wajah Daniah agar gadis itu membuka lockscreen. Karena tidak mungkin

mengelak akhirnya tangannya bergerak membuka kunci pengaman hp.

Habislah aku!

Saga sudah mau membuka hp, ketika

Daniah dengan suara bergetar sambil menundukan kepala bicara.

“ Kenapa?” Ucapnya lirih, membuat

Saga menghentikan tangannya. “ Kenapa kau sama sekali tidak pernah percaya

padaku.”

Apa ini berhasil? Sambil melirik hp di tangan Saga.

Saga meletakan hp di tangannya

dengan keras ke meja. Membuat benda kecil itu bergetar. Sepertinya layar depan

hp itu pecah membentur meja kaca. Daniah sampai terlonjak, tapi dia bernafas

lega karena itu mencegah Saga membuka pesan di hpnya.

“ Kau bilang apa?”

Takut-taku Daniah mendongak. “ Kenapa

kau tidak pernah percaya padaku.”

“ Depertinya kau mulai melebihi batas ya.” Menunjuk pundak Daniah dengan jarinya. “ Apa maksudmu?”

Marah.

“ Sayang.” Daniah menciut sudah

memprovokasi.  Tapi dia harus

melakukannya, kalau sampai pesan Abas dibaca olehnya, yang terjadi akan lebih

dari ini.“ Kau tahukan aku tidak akan pernah menghianatimu.”

Aku tidak akan punya keberanian

untuk melakukannya. Sampai hari ini sedikit saja kau marah aku saja masih takut

kau akan melampiaskan semuanya pada keluargaku. Jadi bagaimana mungkin aku

berani menghianatiku.

“ Jadi kumohon percayalah padaku.”

“ Percaya padamu?” menuding bahu

Daniah lagi. “Bagaimana aku bisa percaya padamu, di belakangku kau bicara

dengan mantan pacarmu. Padahal kau tahu aku benci kau bicara dengan laki-laki

lain. Dan sekarang, kau minta aku percaya padamu.”

“ Kami hanya bicara sayang.”

“ Tutup mulutmu!” Daniah mengigit

bibirnya. “ Hanya bicara, lalu kau mau melakukan apa kalau aku tidak

melihatnya.”

Terdiam.

“ Kau juga punya Helenkan? Kau juga

punya mantan pacar jugakan.” Akhirnya pecah juga, selama ini Daniah selalu menahannya dalam hati.

Saga mendesah kesal.

" Kau juga bisa bicara bebas dengannya." Suara Daniah terdengar ketus." Kenapa hanya aku yang di curigai dan dituduh tidak setia." Padahal jelas-jelas menghianati tuan muda, tidak setia, tidak pernah terpikirkan sedikitpun di kepala Daniah.

" Tutup mulutmu! Kau benar-benar berani ya!"

“ Lihat, kau selalu marah kalau

nama Helen di sebut di depanmu. Kenapa?” Daniah semakin tersulut. Baginya mantan

pacar hanyalah masa lalu, bagian dari kenangan. Tidak ada arti yang lain. Tapi

bagi suaminya dia merasa mantan pacar masih memiliki arti. “ kenapa,

jawab.” Daniah mendorong tubuh Saga dengan berani. “Karena kau masih menyukainya, makanya kau marah kalau dia disebut. Kau masih memiliki

kenangan di hatimu untuk Helenkan?”

Aku pasti sudah gila! Daniah mencengkram pinggiran sofa. Saat tubuhnya jatuh mendarat tepat di sofa. Melihat mata kesal Saga yang tidak mau berpaling. Nafasnya naik turun dengan cepat.

Aku semakin membuatnya marah.

Bersambung