Chapter 185 Bulan Madu (Part 17)

Sementara itu kembali ke vila,

masih berdiam diri di kamar utama. Tidak ada siapapun yang mendekati kamar.

Bahkan pak Mun hanya terlihat berkeliaran di lantai bawah. Setelah membawa

makanan dan minuman camilan selingan setelah makan tadi. Para penjaga dan

pengawal setelah lelah bermain air mereka masih terlihat berleha-leha di bibir

pantai. Walaupun begitu tetap masih terlihat beberapa penjaga yang tidak

meninggalkan pos mereka dan tetap bersiaga. Mereka adalah penduduk lokal yang

bertugas menjaga keamanan vila.

Lalu, apa yang dilakukan 2  penghuni kamar utama,  sepertinya mereka sama sekali tidak terlihat

bosan walaupun sudah hampir separuh hari mereka habiskan di atas tempat tidur.

Daniah menyetel wajah cemberutnya.

“ Sayang kenapa sepertinya hanya

kamu yang diuntungkan dari hukuman ini.” Daniah merengek di sela-sela

kemenangan yang dia dapatkan. Dia yang menang tapi malah Saga yang senang.

“ Apa! protes saja. Sudah cium  sini.” Laki-laki itu menunjuk beberapa bagian

tubuhnya yang belum terkena tanda lipstik dari kecupan bibir Daniah. Tubuh Saga

sudah polos sedari tadi, tidak tahu teronggok di mana pakaiannya. Bekas kecupan

merah lipstik sudah menempel di beberapa bagian tubuh yang kasat mata.

kalau kau yang menang kau boleh

menciumku di semua bagian tubuhku, kalau aku yang menang aku akan menciumu di

bagian manapun yang kusuka.

Kenapa taruhannya jadi begini si!

Rasanya ingin menangis. Ini sama sajakan. Dia malah senang sekali kalau aku

yang menang! Lihat, gelak tawanya semakin terlihat puas gitu kalau aku yang

menang.

Mereka sudah  sepuluh kali

tanding dalam permaian game, Daniah delapan kali menang dan dua kali kalah. Di

lihat dari semua tanda kecupan bibir di tubuh Saga sepertinya hari ini

laki-laki itu benar-benar menang banyak, walaupun dia kalah telak sampai

delapan kali permainan. Selain memang tidak terlalu lihai bermain game, tapi

sepertinya kekalahannya membawanya pada peruntungan. Hingga membuatnya sengaja

mengalah beberapa kali, terlihat dari senyum jahatnya kalau Daniah protes

sedari tadi.

“ Sudah aku tidak mau main lagi.”

Melemparkan hp ke ujung tempat tidur.

Masak dari tadi aku menang terus

si, sudah kalau aku yang menang dia yang dapat hadiah lagi.

“ Kenapa? Inikan idemu main game.”

Sudah melingkarkan kakinya memeluk tubuh Daniah karena gadis itu mau beranjak

meninggalkan tempat tidur. “Kau mau kemana?”

Ia si mauku memang begitu,

mengerjaimu. Tapi kenapa aku jadinya yang dikerjai habis-habisan.

“ Sayang lepaskan aku.” Daniah

berontak mengoyangkan tubuhnya yang terhimpit kaki panjang Saga. Sia-sia

kekuatannya kalah jauh. Suaminya sama sekali tidak mau melepaskannya. Semakin

dilawan, Saga semakin keras menakan kakinya.

“ Tidak mau, ayo main lagi. Bagian

sini belum kena cium ni.” Saga menunjuk bagian tubuhnya yg belum ada tanda

bibir Daniah.

Aaaaaa, gila ya.

“ Lihatkan, kamu sengaja kalah

kan.” Memukul bahu Saga beberapa kali. “Curang itu namanya.”

Baru kali ini ada yang sengaja

kalah demi dapat hadiah.

“ Mana ada begitu sudah mulai

lagi.” Menarik ujung rambut Daniah. “Kalau kau berhenti kau di hukum lho, itu

perjanjiannyakan.”

Kenapa ada orang seenaknya begini

si, main game saja gak mau ngalahnya.

Akhirnya kesepakatan di ulang,

selain kecupan Daniah boleh melakukan apapun sesuai yang dia inginkan kalau dia

menang.

“ Terserah, lakukan sesukamu.”

Katanya mengalah saat protes kembali datang. “ Memang kau mau melakukan apa

heh? Awas ya kalau aneh-aneh.” Daniah hanya membalas senyum imut sambil

mengedipkan mata dan menjentikan jarinya ke dagu suaminya.

Saga mengoleskan lagi lipstik ke

bibir istrinya. Sambil tergelak lebar penuh kemenagan. Hari ini dia

pemenangnya, walaupun kalah sekalipun. Dan akhirnya  selain sekujur tubuhnya penuh tanda bibir

tanpa tersisa ruang lagi,  tapi kali ini rambutnya

juga sudah penuh dengan kucir-kucir kecil yang di buat Daniah. Berbarengan

dengan hujan tanda lipstik di tubuhnya.

“ Haha.” Daniah tertawa sampai

terguncang bahunya kuat. Bagaimana tidak, tuan Saga yang rupawan sekaligus

terkadang menakutkan itu bisa terlihat begitu mengemaskan dengan kucir-kucir

kecil di rambutnya.

“ Kau benar-benar mau mati ya.”

“ Sayang, kamu jadi imut begini.” Memukul

bahu Saga lagi sambil tergelak lebar.

“ Kurang ajar sekali kamu ya.

Baiklah karena tertawa senangmu itu mengemaskan lakukan saja sesukamu.” Gantian

menghujani Daniah dengan ciuman bertubi-tubi sampai baju tidur yang dipakai

istrinya sudah tidak berwujud lagi.

“ Ampun, ampun.  Ampuni hamba yang mulia.” Saga tidak

mengentikan apa yang dilakukannya sampai Daniah tersungkur pasrah dan tidak

lagi mengunakan tangannya untuk menolak. Membiarkan Saga melakukan apapun yang

ia inginkan. Kalau tanda liptik dari bibir Daniah di tubuh Saga mungkin akan

tersapu air dan hilang dalam sekejap. Tapi sepertinya tidak dengan tanda merah

yang di tinggalkan Saga di tubuh Daniah.

Siang menjelang sore Daniah

terlelap dalam dekapan lembut dada suaminya.

“Sayang ayo foto sebentar buat

kenang-kenangan.” Menarik Saga jatuh lagi ke tempat tidur. Laki-laki itu sudah

mau bangun dan membereskan rambutnya. “Jangan di lepas dulu, kita foto dulu.”

Mencegah tangan yang sudah menarik satu ikat rambut.

“ Wahh. Kau benar-benar semakin

kurang ajar ya. Minta yang aneh-aneh.” Tapi dia tetap berpose menyenangkan

istrinya. Cekrik-cekrik banyak sekali Daniah mengambil foto. Bertepatan dengan

mereka mengambil foto, hp yang dipakai Daniah berdering keras. “Sayang, Jen

vidio call, aku angkat ya.”

“ Hemm” Beranjak dari tempat tidur.

“ Eh mau kemana?”

“ Merapikan rambut, kau mau melihat

mereka pingsan gara-gara tatanan rambut anehmu ini.”

“ Haha, ia sayang. Aku tunggu di

sini ya” Daniah menarik selimut sampai menutupi bagian atas tubuhnya. Lalu

mengeser layar hpnya. Di dalam layar Jen dan Sofi sudah senggol-senggolan ingin

berada yang paling depan dan menyapa duluan.

“ Kakak ipar!” Teriak mereka

bersamaan.

Mengalirlah cerita dramatis mereka

berdua selama ditinggal bulan madu. Cerita menyerahnya Jen mengejar Raksa

karena terpikat pesona keren pacar Raksa. Hubungan kakak adik diantara mereka

terbilang lancar sentosa. Walaupun hati Jen belum sepenuhnya merelakan. Sofi

mengadu tentang dia disumpahi berjodoh dengan sekertaris Han.

“ Apa yang kalian lakukan?” Saga

sudah muncul dengan sisiran rambut dan pakaian rapi. Duduk di samping Daniah

sambil melingkarkan tangan memeluk dan menyandarkan dagu di bahu istrinya.

“ Kak Saga terlihat makin tampan

lho, apa karena kakak ipar ya?” Jen mengoda saat melihat kakak laki-laki

tersayangnya.

“ Kak Jen, kenapa leher kak Saga

merah-merah?” Sofi dengan polosnya menunjuk leher Saga, beberapa tanda lipstik

memang tidak tertutup sempurna. Daniah yang panik.

“ Haha, sofi tadi kami main

coret-coretan.” Daniah tertawa sambil berusaha menutupi leher Saga dengan menarik kerah bajunya ke atas.

“ Kalian belum cukup umur untuk

tahu.” Jawaban acuh Saga dibalas keributan dua adiknya. “ Apa ibu sudah

kembali?” tanya Saga lagi.

“ Besok kak sepertinya, kami sudah

boleh pulang kerumahkan kalau ibu sudah pulang?”

“ Han akan mengurusnya besok.”

“ Baiklah, kakak kapan pulang.” Masih ribut sambil membahas tentang leher kakak tersayang mereka. Sofi terlihat berbisik lagi di telinga Jen.

“ Kapan ya? Aku senang di sini.” Mencium

rambut Daniah di depan Jen dan Sofi, mencipta kehebohan mereka berdua. Daniah

sampai geleng kepala dan menahan bibir Saga untuk melakukan lebih dari itu

dengan tangannya.

“ Kakak ipar nanti pulang sudah bawa kabar

tentang keponakan kami ya." Cekikikan lagi dua bersaudara itu.

Hah! Mulai lagi deh.

“ Kenapa kalian hanya di kamar tidak main di luar.” Sofi bicara lagi, pertanyaan sederhananya yang tidak pada tempatnya, mencipta gelak tawa.

“ Hei, kalian belum cukup umur untuk sok tahu. Sudah, tutup.

Meladeni mereka tidak akan selesai.”

“ Sayang, kan baru sebentar.” Daniah menoleh lalu

terperanjak kaget saat tahu tangan suaminya sudah menyentuh bagian tubuhnya

di bawah selimut. Dia berbisik “ Tutup sekarang atau.”

“ Ia, ia. Turunkan tanganmu sayang.”

Aaaaa, selimut ini jatuh nanti!

Setelah sambungan telfon terputus. Daniah memukul tangan Saga

yang kelewat usilnya. Lalu ambruk lagi di tempat tidur. Mengekspresikan perasaan melalui setiap gerakan tubuh mereka.

“ Sayang, kamu tahukan sebentar lagi aku ulang tahun.” Hanya saling mempererat pelukan.

“ Hemmm.”

“ Apa aku boleh minta sesuatu.”

“ Katakan apa yang kau mau, Han akan menyiapkan semuanya.

Kau mau pesta?”

“ Bukan. Sekertaris Han tidak bisa menyiapkannya, cuma kamu

yang bisa memberiku ini.” Ada rona muncul di wajah Saga. Kenapa kata-kata

Daniah terdengar dia menjadi seseorang yang spesial.

“ Kau mau minta apa? separuh dari kekayaanku.” Menciumi

kepala Daniah dan sudah asik bermain-main dengan rambut.

“ lebih dari itu.”

“ Haha, tidak tahu malu sekali kamu ya.”

“ Bolehkan, janji ya, sayang, kamu akan mengabulkan apa yang

aku minta.”

Saga memutar posisi tidurannya, Daniah sudah ada di bawah

dadanya, dan kaki laki-laki itu sudah seperti menindih tubuh kecil Daniah. Tapi

Saga masih bertumpu pada berat tubuhnya sendiri.

“ Niah.” Meraih bibir Daniah dan menciumnya. “Kalau

permintaanmu hanya omong kosong tentang kebebasan, pergi keluar rumah sendiri

tanpa pengamanan kau tahu apa yang akan kau dapatkankan.” Mencium lagi dengan durasi yang lebih lama.

Ia, aku tahu, kau pasti mungkin bahkan tidak akan

mengijinkanku keluar rumah.

“ Tidak, aku tidak akan minta itu.”

“ Baiklah, kau bisa minta sekarang.”

“ Tidak, aku akan minta nanti dihari ulang tahunku, tapi

sekarang berjanjilah kau mau mengabulkannya.”

Bodoh! Memang apa yang tidak akan kuberikan untukmu.

Kembali meraih bibir Daniah dengan lembut. Dan berhenti bicara dengan mulut tapi tidak dengan anggota tubuh mereka.

Bersambung