Chapter 186 Bulan Madu akan Berakhir

Dengan mata masih terpejam dan rasa

kantuk yang masih menyergap, Saga meraba tempat tidur di sampingnya.  Tangannya yang biasanya melingkar hangat di bahu

istrinya terasa hampa. Benar, tempat tidur di sampingnya kosong.  Seseorang yang biasanya dia dekap menghilang.

Dan Saga selalu merasa tidak nyaman kalau mendapati Daniah meninggalkan tempat

tidur saat dia masih terlelap. Di luar jendela saat dia menoleh  juga masih temaran. Artinya ini masih pagi

buta.

Kemana Niahku!

“ Niah!” Suaranya keras  terdengar memenuhi ruangan kamar. Berpencar

menjadi teriakan saat kedua kalinya memanggil. Kali ini terdengar sahutan dari

kamar mandi.

“ Aku di kamar mandi sebentar

sayang. Tidurlah lagi. Nanti aku menyusul ya.” Jawaban  dari kamar mandi. Setelah mendengar suara

istrinya, Saga merasa tenang dan  menjatuhkan tubuhnya lagi yang tanpa pakaian ke tempat tidur, mengeliat

sampai kepalanya menyentuh bantal. Tapi dia tidak memejamkan mata dan menunggu.

Saga mendengar suara kran air terbuka, riak air di pagi buta jauh lebih

terdengar. Dia meraih guling dan memeluknya, masih menunggu Daniah muncul.  Namun yang ditunggu tidak segera nampak batang

hidungnya. Membuatnya gelisah. Dia bangun dan menyambar piyamanya di kursi.

Jegrek, handle pintu kamar mandi di

tariknya keras. Terkunci dari dalam. Jegrek, jegrek. Berusaha dia buka secara

paksa, tapi memang benar-benar terkunci dari dalam. Gedoran di pintu keras

membuat yang di dalam terlonjak kaget.

“ Niah! Buka!” Mengunci pintu kamar

mandi bukan kebiasaan Daniah lagi. Bahkan saat mandipun dia tidak pernah

mengunci pintu saat di rumah. Gedoran keras di pintu memecah keheningan pagi.

“Buka! kenapa mengunci pintu? Apa yang kau lakukan di dalam”

Saga tidak mungkin memprediksi

kalau istrinya sedang mandi atau menunaikan hajadnya, pikirannya sudah ntah

kemana. Tapi yang pasti bukan yang normal orang lakukan di kamar mandi.

“ Sayang sebentar! Aku malu, aku

bersihkan badanku dulu ya. ” Teriakan Daniah terdengar putus asa, karena tahu

suaminya tidak sabaran.

“ Hei, apalagi yang membuatmu malu.

Aku bahkan sudah tahu setiap inci bagian tubuhmu tanpa baju. Buka sekarang.”

Tidak mau mendengar alasan apapun. Suaranya semakin keras, menjurus tidak

sabaran sekaligus panik. “Niah buka! Kamu sedang apa?”

“ Aku sedang datang bulan sayang.”

Menyerah sudah akhirnya menjawab daripada suara suaminya membangunkan seisi

vila. Daniah bisa memprediksi kalau dia tidak membuka pintu sekarang, sebentar

lagi sekertaris Han akan muncul di depan pintu.

“ Apa itu datang bulan?” ketukan

pintu semakin keras. Saga menempelkan telinga ke pintu, berharap mendengar

apapun yang dilakukan Daniah di dalam. Nihil, dan itu membuatnya semakin frustasi.

“Niah! Buka!”

Kumohon jangan sampai terjadi

apa-apa.

Benarkan pikiran Saga sudah ntah

berujung kemana, memprediksi istrinya sedang dalam situasi paling terancam di

dalam kamar mandi yang terkunci.

“ Aku kedatangan tamu sayang. Tamu

bulanan” Jawaban yang semakin membingungkan, dari datang bulan menjadi tamu

bulanan. Wajah Saga sudah benar-benar terlihat murka.  Handle pintu dengan keras dia dorong. Bahkan

dia sudah menendang pintu dengan kakinya.

“ Buka! Kau menyembunyikan siapa di

kamar mandi.” Sudah benar-benar berang. Suami bodoh yang tidak tahu apa-apa

tentang dunia wanita, mengartikan tamu bulanan sebagai manusia lebih spesifik

sebagai  laki-laki penyusup. Menyelinap

masuk ke kamarnya, lebih-lebih berada di kamar mandi bersama istrinya. Darahnya

benar-benar mendidih kali ini. Kali ini suara keras pintu pasti terdengar

sampai kamar sekertaris Han.

“ Bukan sayang, tenang dulu. Aku

sedang menstruasi.”

“ Apalagi itu. Daniah, kau sudah

benar-benar bosan hidup ya. Buka sekarang dan bicara dengan benar.”

Apa itu datang bulan, tamu bulanan

dan apa itu tadi.

Diam. Saga menempelkan telinganya

mendengar bunyi keran air lagi.

“ Buka! Aku hitung sampai tiga. Tidak buka pintu,

habis kau nanti. Aku tidak main-main ya!” Kepanikannya sudah berganti menjadi ancaman mematikan.

Belum mulai menghitung. Jeglek! Pintu berderik pelan.

“ Tiga!”

Sudah ku duga, kau pasti langsung

menghitung ke angka tiga tanpa melewati satu dan dua.

Saga mendorong pintu kuat karena

kesal. Daniah sedang memakai handuk kamar mandi berdiri kikuk. Berusaha

menyembunyikan bercak merah yang menempel pada handuk putih itu. Baju tidurnya

sudah terkena noda merah jadi dia melepaskannya, dan sialnya dia lupa membawa baju ganti tadi. Tidak terpikir kalau suaminya akan terbangun di situasi semacam ini.

Darah!

Wajah Saga langsung pias melihat

handuk yang menutupi tubuh Daniah.

“ Kau sudah gila ya? Kau berdarah.”

Menghambur memeluk Daniah. “ Kau terluka?” Memeriksa seluruh bagian tubuh

Daniah dengan cermat dari ujung rambut sampai kaki.

“ Sayang aku.” Tidak mendengarkan,

langsung merengkuh tubuh Daniah dan mengendongnya dalam pelukan keluar dari kamar mandi.

Bagaimana aku menjelaskan ini! Kenapa

dia bodoh sekali si urusan perempuan beginian.

Hati-hati Saga meletakan tubuh

istrinya di atas tempat tidur. Setelahnya dia bangun mengambil pakaian di dalam

lemari. Pasrah tanpa bicara apapun atau berusaha menjelaskan duduk perkaranya

Daniah membiarkan Saga membantunya ganti baju. Lalu laki-laki itu melingkarkan

selimut ke leher Daniah sampai gadis itu mau tertawa terpingkal.

Apa-apaan si orang ini. Memang aku demam, aku itu cuma datang bulan!

“ Sayang, aku.”

Saga duduk di atas tempat tidur,

meraih kedua pipi Daniah dengan tangannya. “Kenapa? Apa yang sakit? Jangan

membuatku gila karena tidak tahu kau sedang sakit. Darimana darah itu?”

menunjuk handuk yang ada di lantai. Saga terdengar frustasi bercampur sedih dan

dipenuhi rasa bersalah.

“ Sayang aku tidak apa-apa.” Jawaban Daniah bukannya membuatnya tenang malah membuat wajah Saga berubah tidak senang.

“ Berhenti mengatakan kau tidak

apa-apa!” Marah. Selama ini Saga tahu, untuk menyelamatkan banyak situasi

istrinya selalu memakai kata aku tidak apa-apa untuk menyelamatkan keadaan. “Kau

sudah berdarah-darah dan masih mengatakan tidak apa-apa.” Saga meraih tangan

Daniah. Belum dia bicara lagi ketukan di pintu terdengar.

Benarkan, sekertaris Han tidak

mungkin tidak mendengar.

“ Tuan muda, apa anda baik-baik

saja? Apa saya boleh masuk?” Suara cemas dari luar pintu. Mungkin saja dia terperanjak kaget tadi, atau sebenarnya laki-laki itu sudah bangun.

“ Masuklah!”

Han masuk sudah mengenakan pakaian

rapi. Berkeliling melihat situasi, sepertinya tidak ada yang aneh dengan kamar.

Kenapa dia mendengar teriakan tuan Saga tadi. Dia melihat nona mudanya duduk sambil dililit selimut seluruh tubuhnya. Dan kedua orang di tempat tidur itu sedang saling berpegangan tangan. Mengengam tangan satu sama lain.

Ada apa ini? Mereka sedang main apa sekarang?

“ Panggil dokter wanita yang

kemarin, sekarang juga.” Hanya memberi perintah tanpa memberi penjelasan.

Main dokter-dokteran lagi?

“ Sayang aku.” Daniah bahkan sudah malu kemarin, apalagi sekarang. Dipagi buta memanggil dokter yang ada di luar pulau hanya karena datang bulan. Binggung mau ditaruh dimana mukanya nanti kalau dokter cantik itu benar-benar datang.

“ Diam!” Menghardik lewat sorot mata yang tidak bisa di lawan. "Kau tahu secemas apa aku sekarang." Daniah tidak bisa menjawab.

Itu karena kau bodoh! boleh tidak si aku memukulnya? nanti kusuruh saja mereka ikut kelas suami siaga mungkin ya. Biar tahu dunia wanita itu seperti apa.

“ Apa nona baik-baik saja tuan?” Han belum meraih hpnya. Karena sepertinya akal sehatnya masih lebih dipakai daripada suami yang tidak tahu apa-apa ini pikir Daniah. Berharap Han cukup pintar untuk tidak langsung melakukan yang diperintahkan Saga.

“ Dia sedang datang bulan, dan ada

banyak darah.” Daniah menarik selimut menutupi wajah merahnya. Malu.

“ Darah!” Han menjawab terkejut.

Apa! mengintip dari balik selimut.

Jangan bilang kau sama bodohnya dengan tuanmu tidak tahu darah datang bulan itu

apa!

“ Tunggu, panggilkan saja Aran. Katakan

saja padanya untuk mencarikanku pembalut.” Menahan sekertaris Han yang sudah

berbalik badan dan meraih handle pintu.

Cih, dua orang ini benar-benar deh.

“ Apa itu?” Saga bertanya.

“ Katakan saja pada Aran begitu,

dia pasti tahu maksudnya.” Hanya mengintip di balik selimut. Tidak menjawab Saga, kata-katanya ditujukan untuk sekertaris Han.

“ Baik nona.” Lalu sekertaris yang

sama-sama bodohnya itu keluar dari kamar. Menghubungi dokter dan juga memanggil

Aran.

Sekarang kembali lagi ke suami yang

tidak tahu apa-apa ini. Suami yang kelewat cemas dan berlebihan. Wahai para suami belajarlah tentang dunia wanita ya, biar kalian dikit-dikit bisa memahami istrimu.

“ Sayang dengarkan aku.”

“ Apa! berhenti bicara kau

baik-baik saja.” Marah lagikan.

“ Jangan marah dulu, dengarkan aku

dulu.” Mengelus kepala Saga lembut. “ Aku jelaskan ya. Datang bulan itu bla,

bla, bla dan bla-bla.”

Mengeryit karena merasa penjelasan

Daniah hanya menenangkannya.

“ Semua perempuan juga mengalami

itu sayang, tidak ada yang aneh.”

“ Tunggu, kenapa selama ini kamu

tidak pernah datang bulan. Baru kali ini setelah sekian lama.” Saga mengingat-ingat semuanya. Sejak mereka melakukan malam pertama sampai hari ini, inilah kali pertamanya dia melihat Daniah datang bulan.

Bagaimana ini? Apa aku jawab jujur

saja.

“ Jelaskan?”

Benarkan, aku sudah tidak bisa mengelak lagi.

“ Karena pengaruh pil kb yang aku

minum.” Menundukan kepala. “ Pil kb itu mencegah kehamilan, jadi karena itu aku tidak datang bulan." Meraih tangan Saga. "Aku sungguh tidak apa-apa sayang, ini benar-benar normal dialami semua perempuan. Tanyakan pada Aran nanti kalau kau mau mendengar penjelasan dari orang lain." mencium bibir Saga lembut. "Terimakasih ya sudah mengkhuatirkan aku." Meraih tangan Saga agar mendekat, supaya dia bisa memeluk tubuh laki-laki yang mencintainya itu dengan erat. "Akukan minum vitamin yang di resepkan dokter, dan makan-makanan sesuai pola sehat, mungkin itu yang menyebabkan hormon dalam tubuhku kembali normal. Jadi aku datang bulan lagi sekarang." mengelus pungguh Saga berulang. " Aku benar-benar baik-baik saja."

Sudah terdengar hembusan nafas lega. Saga menarik tubuh Daniah, mencium bibir istrinya.

" Jangan lagi menyembunyikan apapun dariku. Berhenti bilang kau baik-baik saja." Daniah menggangukan kepala menurut. " Kalau sakit katakan sakit."

" Ia sayang. Aku tidak akan menyembunyikan apapun darimu. Sekarang biar aku melepas selimutku ini ya. Datang bulan itu tidak kedinginan. Hanya perutku saja yang sedikit nyeri dan sakit." Langsung menyesal dan menutup mulutnya.

" Apa! Sakit dimana?"

Aaaaaaa, kenapa aku keceplosan si.

Bersambung

Terimakasih untuk yang setia membaca Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Sampai jumpa di update selanjutnya ^_^