Chapter 183 Dipecat

Ruang kerja Arandita sudah berubah

menjadi ruang sidang pengadilan. Dengan terdakwa dirinya sendiri. Dengan

pembela dirinya sendiri juga. Dia sudah menjadi pesakitan tanpa perlu melakukan

pembelaan apapun, di hadapan presdir stasiun TV tempatnya bekerja. Jangankan

kesalahan sebesar yang ia hadapi sekarang, berurusan dengan hal sepele dengan

laki-laki tua ini adalah hal yang dihindari seluruh karyawan stasiun TVXX.

Karena kalian tidak akan menang melawan penguasa. Dia bisa memecatmu hanya

dengan melempaarkan selembar kertas kewajahmu.

Pintu sudah tertutup rapat. Tirai

sudah di turunkan, semua orang yang ingin mengintip melalui celah-celah kaca

sama sekali tidak punya kesempatan untuk melihat apapun. Saat mereka

menempelkan telinga mereka ke kaca, nihil, ruangan kedap suara sialan yang

dirancang untuk meredam kebisingan benar-benar bekerja dengan baik disituasi

seperti ini.

Sementara di dalam ruangan wajah

pucat Aran semakin terlihat.  Sebesar apa

kesalahannya yang sudah dia buat. Sebesar itu juga gebrakan meja dan teriakan

presdir tua di depannya. Laki-laki itu menatap geram setelah melampiaskan

kekesalannya pada meja di hadapannya. Sekertarisnya hanya diam tidak bereaksi

apapun, berdiri di belakangnya.

“ Apa kau sudah gila? Bagaimana kau

bisa menyenggol sekertaris Antarna Group. Apa kau sudah bosan hidup.” Berteriak

dengan suara keras lagi. Bahkan dia merasa pilihan katanya barusan belumlah

tepat untuk mewakili kebodohan salah satu karyawan paling cakap di

perusahaannya ini. Dia geram, bagaimana bisa reporter sekelas Arandita bisa

melakukan kesalahan fatal semacam ini. Hanya karena putrinya lagi. Tapi kasih

sayang kepada putrinya memang mengelapkan matanya, hingga ia harus mencari

kambing hitam untuk di salahkan. Dan semua itu jatuh pada gadis di depannya.

Aran menunduk dalam. Membenci semua

penghianat yang sudah menyebut namanya. Mencengkram ujung bajunya karena tidak

berdaya.

“ Presdir saya.”

Bukankah aku harus membela diri?

Ini bukan hanya kesalahanku, ini kerja berjamaah, seharusnya semua orang yang

terlibat ada di ruangan ini jugakan. Setidaknya aku punya teman untuk

dimaki-maki.

“ Apa kau tahu seberapa besar

kerugian yang kau timbulkan bagi stasiun tv? Berapa banyak iklan yang mereka

hentikan.”

Laki-laki di hadapannya sedang

membicarakan untung dan rugi. Aran mengeram kesal, memang ini karena siapa.

Karena putri kesayanganmu yang keras kepala yang jatuh cinta pada orang yang

salah. Dan jangan lupa, karena kau tergoda oleh jumlah uang yang mengiurkan.

Begitu pikiran Aran menyadarkan kalau semua ini juga ada andil keserakahannya.

“ Maafkan saya presdir. Tapi nona

yang meminta saya.” Berusaha berkilah dengan memakai nama nona muda.

“ Tutup mulutmu!” Presdir stasiun

tv itu melemparkan amplok coklat dimeja Aran. “ Kau tahukan bagaimana

kekanakannya putriku, bagaimana kau bisa menyalahkannya atas kebodohan kerjamu.

Kau reporter profesional kelas satu di stasiun tv ini, bagaimana kau bisa

tergiur dengan uang yang ditawarkan putriku.”

Aran meremas ujung bajunya dengan

tangan bergetar. Seharusnya dia tahu, laki-laki di hadapannya ini tidak akan

pernah menyalahkan putrinya. Dia akan melimpahkan semua kesalahan padanya. Pada

karyawan yang dibutakan jumlah uang. Dia bahkan tidak mengizinkan Aran

menyebut-nyebut nama putrinya. Nona muda itu terlindungi dengan dalil sifat

kekanakannya.

Apa ini adil, nona muda kekanakan

itulah yang membuat semua ini terjadi. Kalau dia tidak memberiku pekerjaan ini

tidak mungkin aku akan terlibat hubungan dengan sekertaris Antarna Group itu.

“ Presdir, mereka berjanji tidak

akan mempublikasikan nama saya.” Sudah terlihat jelas kalau laki-laki

dihadapannya ini melimpahkan semua kesalahan padanya. Dia harus membela dirinya. Menyelamatkan hidup dan pekerjaannya, jangan sampai dia di pecat karena kasus ini. Pinjaman orang tuanya langsung menari-nari di kepala.

“ Apa kau bodoh dan akal sehatmu

sudah rusak, kalau aku saja tahu kau pikir sekertaris sialan itu tidak tahu!

Kau di pecat Arandita. Pergi dari perusahaanku sebelum semua orang ikut

menanggung akibatnya.” Teriakan presdir stasiun tv terhenti saat pintu terbuka

dengan keras. Dia sampai mundur hampir terjatuh kalau sekertarisnya yang hanya

berdiri diam di belakangnya tidak sigap menangkap tubuhnya.

Bagaimana dia bisa muncul di sini,

dia mendengarku memakinya

Lupakan laki-laki tua yang dengan

gagap sedang merapikan penampilannya, karena melihat siapa yang tiba-tiba

muncul di hadapannya. Di sudut lain gadis yang tadi masih bisa menjawab

presdirnya dengan lantang itu sudah membentur meja kerja teman seruangannya.

Dia sudah menjatuhkan beberapa kertas di atas meja. Melihat siapa yang muncul

di balik pintu.

Tuan Han.

“ Presdir apa anda tidak pergi

sekarang?” Menoleh pada presdir stasiun TV yang ingin mendekat dan memberikan

pembelaan diri. Menyelamatkan iklan produk yang sudah di gelontorkan Antarna

Group selama ini. “ Bereskan semua kekacauan yang sudah dibuat karyawan dan

putri  kesayangan anda itu.” Lalu Han

tidak melihat laki-laki itu lagi, pandangannya beralih pada serangga kecil yang

sedang tertatih mengepakan sayap tidak jauh darinya.

“ Ba, baik tuan. Saya mohon maafkan

putri saya yang kekanakan.”

Cih, dia selalu memakai dalil itu

untuk membela putrinya.

Aran tidak punya waktu untuk

sekedar mengutuki laki-laki tua yang seharusnya melindungi karyawannya itu saat

menghilang di balik pintu. Hanya tersisa mereka berdua sekarang. Han menarik

kursi duduk tepat di hadapan Aran yang terpojok di antara meja kerja. Hanya

sebentar laki-laki itu duduk, dia sudah bangun dan berkeliling. Melihat seisi

ruangan, berjalan di antara meja-meja karyawan. Dia berhenti tepat di depan

meja kerja Aran.

Tamatlah riwayatku, aku harus

mengatakan apa sekarang?

“ Arandita, jadi ini pekerjaanmu?” Tangan Han menyentuh komputer yang selalu dipakainya menuliskan berita.

“ Tuan, saya bisa menjelaskan.”

“ Serangga rendahan." Melirik Aran sebentar dengan perasaan jijik. Lalu beralih melihat meja di depannya. "Kau tahu? dari

sekian banyak orang yang berusaha mendekatiku, kau mengunakan cara paling

rendahan dan hina.”

“ Tuan saya bisa menjelaskan.” Mendekat takut-takut kearah mejanya.

“ Apa!”

Byarr!, Han melemparkan

lembaran-embaran foto ke wajah Aran. Sebagian langsung jatuh setelah mencium

udara ke lantai, sebagian ada yang mengenai tubuhnya lalu terjatuh menyedihkan

ke lantai. Tangan Aran sudah gemetar melihat semua foto-foto itu. Itu adalah

hasil membututi Han yang dia serahkan ke program reality show.

“ Jadi karena ini kau mendekatiku?”

Diam membisu. Ya, karena itu dia

mendekati Han. Karena alasan itulah dia melakukan berbagai cara untuk mengenal

sekertaris Han. Dan selama pengintaiannya inilah dia melihat ternyata laki-laki

di hadapannya ini tidak semenakutkan tampilan di luar dan apa yang media ketahui.

Tapi sepertinya kesimpulan yang Aran buat telah meleset jauh. Tatapan sedikit

bersahabat yang kerap beberapa kali di tangkap Aran seperti lenyap dari mata

Han. Sekarang laki-laki itu benar-benar seperti yang dia kenal sebelumnya. Seperti yang selalu dia tunjukan di hadapan media selama ini. Sosok tangan kanan sekaligus orang berpengaruh di Antarna Group yang tidak punya belas kasih.

“ Tuan Saya hanya ingin membantu

nona, karena dia tulus menyukai anda.” Menyelesaikan kalimatnya dengan cepat dan jelas.

Ku mohon belas kasihmu tuan.

“ Tutup mulutmu! Aku tidak perduli

dengannya. Kau yang sudah membuntutiku. Merekam vidio dan mengambil gambar

tanpa seizinku.” Han berjalan mendekat, membuat Aran mundur sampai membentur

tembok. Dia sudah tidak bisa melarikan diri.

“ Huh! Menurutmu hukuman apa yang

pantas untukmu. Bagaimana kalau kupatahkan tanganmu jadi seumur hidup kau tahu

apa yang sudah dilakukan tangan itu.” Aran langsung menyembunyikan kedua

tanganya di belakang punggungnya. Kakinya terasa lunglai, tangannya sudah gemetar. Pikirannya sudah membayangkan kata-kata Han. Karena suara sekertaris Han sama sekali tidak

terdengar main-main

“ Tuan saya hanya membantu nona.”

“ Berapa uang yang kau

terima dari kerja kerasmu ini reporter Arandita?”

Glek, dia tahu aku dibayar.

“ Arandita kau hebat sekali ya,

jadi semua kebetulan-kebetulan yang kau lakukan bertemu denganku itu sudah kau

rancang dengan baik ya. Mobilmu mogok, bertemu di tempat gim. Haha.  Kau melakukan hal paling menjijikan mendekatiku dengan senyum polosmu itu.”

“ Tuan saya.” Aran masih ingin

memakai nama nona muda untuk menyelamatkan hidupnya tapi tangan Han sudah

mencengkram lehernya. Menarik ujung kerahnya sampai ia membentur tembok. Dia

terbatuk beberapa kali mencoba melepaskan diri. “ Tu, tuan maafkan saya.” Dia

semakin tercekik. Airmata sudah membanjir di ujung matanya. Laki-laki dihadapannya

bahkan sama sekali tidak bergeming. “ Tuan maaf.” Bola mata benih itu sudah putus asa dan banjir oleh airmata. Han melirik sekilas, pandangan mereka bertemu. pelan laki-laki itu mengibaskan tangannya.

Gadis itu ambruk dengan suara

terbatuk saat Han melepaskan tangannya.

“ Menghilang dari hadapanku, kalau perlu

pergi dari kota ini. Leyaplah seperti debu, jangan sampai aku bertemu denganmu.

Serangga menyedihkan.”

“ Tuan saya.”

“ Kalau sampai aku melihatmu lagi,

aku akan menginjakmu sampai hancur.”

Airmata sudah bercucuran, Aran

terkulai saat terdengar suara keras pintu tertutup. Sekujur tubuhnya tidak kuat

menopang raganya. Dia ambruk jatuh pingsan.

Ini hukuman untukmu Aran karena kau

berpura-pura menjadi temannya. Kau mendekatinya dengan menipu sisi manusiawi

sekertaris Han. Sesal itu terus menghantuinya sepanjang waktu. Untuk itulah dia tidak pernah menganti layar dakstop laptopnya. Agar dia ingat, dia yang sudah membuat harimau itu mengila. Dan dia pantas di benci untuk semua kepura-puraan, sandiwara yang sudah dia lakukan untuk mendekati sekertaris Han.

Memandang foto-foto itu, kadang memakinya, kadang minta maaf padanya. Hingga dia sendiri binggung, sebenarnya dia membenci atau. Tidak, Aran tidak berani menyimpulkan apa-apa.

Bersambung