Chapter 177 Bulan Madu (Part 14)

Dari luar bangunan kafe masih

berdiri dengan  kokoh.  Tidak ada yang berbeda dari biasanya. Hanya

para penjaga yang berdiri dengan setelan sempurna mereka, yang membuat

pemandangan kafe berbeda dari hari-hari lainnya. Rombongan para pengawal itu

datang sebelum helikopter mendarat. Tidak ada yang berani mendekat atau mencoba

mencari tahu apa yang terjadi. Ketika tadi terlihat helikopter menderu,

dan  mendarat di landasan halipad banyak

dari mereka yang keluar dari toko atau menghentikan aktifitas mereka. Sejenak

menonton. Tapi selang tidak lama deru kendaraan lain muncul.  Mereka adalah tim keamanan Antarna Group

lainnya. Mereka bisa dengan mudah di kenali dari emblem yang melingkar di jas

mereka. Emblem warna putih dengan logo Antarna Group yang terlihat jelas.

“Ada apa? Kenapa tim keamanan

perusahaan Antarna Group ada di di pulau ini?”

“ Aku melihat presdirnya ada di tv

tadi, sedang ada di kota XX.”

“ Katanya walikota kita berteman

dengan tuan Sagakan?”

“ Apa dia sedang berlibur?”

“ Tapi kenapa banyak sekali tim

keamanan di sini?”

“ Ada pristiwa besar apa ini?”

“ Aku melihatnya turun dari

helikopter tadi. Tapi sepertinya suasana hatinya terlihat buruk.”

" Dan kalian tahukan, orang yang selalu tertangkap kamera bersamanya. dia juga terlihat tidak senang tadi."

" Ya Tuhan ada apa, kupikir ini bisa jadi berkah untuk pulau kita karena kedatangan tuan Saga."

" Benar, tv nasional tadi juga mengundang wisatawan untuk wisata ke kotaXX dan kepulau kita karena dia muncul di tv."

“ Sudahlah, ini bukan urusan kita.

Orang kecil seperti kita menonton saja dari jauh.”

“ Tapi itukan kafe milik Haksan.

Apa dia membuat masalah dengan tuan Saga.”

“ Cih, aku akan bersyukur kalau dia

kena batunya.”

Sepertinya orang-orang memang kurang menyukai Haksan. Perangainya memang sombong, apalagi kalau menilik dari latar belakang keluarganya. Dia selalu memamerkan kedekatanya dengan walikota. Membuatnya cukup ditakuti di pulau ini.

Banyak yang mengeluarkan isi kepala

mereka. Tapi pilihan paling masuk akal keluar dari mulut  penduduk lokal adalah, jangan ikut campur.

Toko mereka salah satunya sempat di masuki Daniah tadi. Walaupun mereka tidak

menyadari sama sekali. Mereka hanya berfikir dua gadis pelancong kaya yang sedang

menghabiskan uang di tokonya. Mereka masih menonton sambil berspekulasi. Masih

ribut mencari alasan mereka masing-masing atas kemunculan tim keamanan Antarna

Group di pulau mereka. Saat tim keamanan mulai berdatangan lagi dari arah jalan

raya, lalu mereka seperti sudah dikomando  berpencar berada di posisi mereka masih-masing. Orang-orang berangsur

mundur dan menarik diri. Sepenasaran apapun mereka, tim keamanan Antarna Group

sudah seperti line polisi yang tidak bisa mereka lewati sembarangan. Hingga

mereka memilih membawa rasa penasaran dan obrolan mereka masuk ke dalam toko

mereka. Ada yang masih berusaha mengintip dengan berdiri di dekat jendela toko.

Tapi tidak ada yang terlihat. Tirai kafe tempat tim keamanan berkumpul sudah

tertutup. Membuat apapun yang terjadi di dalamnya tidak terlihat dari luar

sedikitpun.

Sementara itu di dalam kafe yang

sudah porak poranda. Han memerintahkan para pelayan wanita kafe yang masih

tinggal untuk membersihkan sebuah sudut meja. Mendorong pecahan kaca ke sudut

ruangan. Mereka dengan tangan gemetar berusaha menyelesaikan pekerjaan yang

diberikan. Sambil melirik takut pada para pengawal yang berdiri siaga. Lalu

orang-orang yang sedang berlutut di tengah ruangan. Anak buah bos mereka.

Serpihan kaca ada yang masih berserak di antara kaki mereka yang berlutut.

Sementara itu seorang laki-laki yang mereka kenali sebagai presdir Antarna

Group sedang duduk diam di kursinya.

“ Tunggulah di ruang ganti, dan

jangan membuat keributan di sana. Aku akan menemui kalian sebentar lagi.”

Perintah Han langsung di sambut anggukan kepala. Mereka membawa sapu dan tempat

sambah di tangan mereka. Tiga pelayan wanita itu sigap bergandengan tangan

menuju ruang ganti baju. Menunggu dalam diam. Tidak ada yang berani

membicarakannya. Walaupun mereka tahu siapa laki-laki yang duduk dengan aura

membunuh di ruangan tadi. Tuan Saga Rahardian, presdir Antarna Group. Dia memang

sedang ada di kota XX ini. Stasiun tv nasional pagi ini menyiarkan berita itu.

Dan sekarang orangnya benar-benar ada di pulau ini.

“ Jangan membahasnya. Diam dan

berdoa saja agar semua baik-baik saja.” Salah satu mengkomando dengan tangan

bergetar. Yang lain mengangukan kepala dan mengunci mulut mereka. Berdoa kepada

Tuhan adalah pilihan paling tepat di situasi sekarang ini.

Kelima orang anak buah Haksan kaki

mereka sudah bergetar hebat. Ada yang sudah kesemutan karena menahan berat tubuh.

Sambil menahan sakit dan nyeri yang mulai menjalar ke seluruh tubuh. Mereka

memang mendapat pengobatan dari dokter jaga klinik tadi, tapi sepertinya tidak

menolong, karena rasa sakit itu masih mengerogoti. Mereka ingin berbaring dan

meluruskan kaki. Mereka melirik bos Haksan yang tidak berdaya.

Berharap menyelamatkan mereka, tapi

sepertinya harapan mereka hanya sia-sia.

Haksan yang terlihat paling menyedihkan, wajahnya saja pasti akan sulit

di kenali. Dia sudah babak belur. Sedari tadi dia sudah menjerit kesakitan.

Hanya terbaring di lantai saat dokter jaga memeriksanya. Terlihat seperti

gelandangan berbeda dengannya pada saat hari biasa. Saat ini dia sekuat tenaga bertahan untuk duduk.

“ Tuan, maafkan saya. Ampuni saya

tuan. Ampuni kami yang sudah menggangu anda.” Merintih kesakitan memegangi

lututnya. “ Kami tahu anda berhati mulia tuan.”

Saga berdecak di tempat duduknya.

“ Siapa yang bilang? Aku sama

sekali bukan orang yang pemaaf asal kalian tahu.” Ketukan jari-jari Saga di meja

semakin membuat semua orang menciut. Nyali Haksan lumer seketika untuk memohon.

Hanya bisa menundukan kepala. “ Kau bilang mengenal Ken tadi?

“ Ia tuan.” Berharap nama walikota

itu bisa menyelamatkan hidupnya.

“ Han.”

“ Ia tuan muda.” Laki-laki itu

muncul setelah mengurus semua cctv yang ada di dalam ruangan kafe dia sudah

melihat semua kejadian saat pertama kali Daniah masuk ke dalam kafe..

“ Hubungi Ken. Bocah ini bilang

mengenalnya.”

“ Baik.”

Han melangkah menjauh. Menatap muak

pada laki-laki yang wajahnya tidak di kenali itu.

Kalau saja salah satu dari tiga mantan pacar

nona yang normal itu muncul pasti tidak sampai menimbulkan keributan semacam

ini. Malah anak ini yang muncul.

“ Hallo Han kau merindukanku. Kita

baru saja berpisah, kau sudah menelfonku.” Suara Ken dengan gaya bicara sok

akrabnya yang mendominasi. Sudah bicara lagi kemana-mana, Han sampai melotot

kesal melihat layar hpnya.

“ Habislah anda tuan, tuan Saga

sangat marah pada anda.” Menjawab semua rentetan kalimat panjang Ken dengan

satu kalimat berjuta makna.

“ Hei sialan. Kenapa jelaskan ada

apa?” Yang di sana langsung memaki keras. Apa lagi saat teriakannya hanya

di jawab kebisuan oleh Han. Han tidak menjawab setelah memberi teror ancaman. “

Hei sialan jawab!”

“ Beraninya kau memakiku.” Hp

ternyata sudah berpindah tangan. Membuat Ken yang berada di sebrang pulau

langsung seperti tersambar petih. Dia mengumpati Han beberapa kali dalam hati.

Tidak bilang kalau hp sudah ada di tangan Saga.

“ Maafkan aku Saga. Aku tidak

memakimu, sumpah, aku bicara pada Han tadi.” Menarik nafas menenangkan diri.

Bangun dari duduk dan menarik nafas pelan sambil mengerakan tangan naik dan

turun. “Ada apa? Apa ada masalah?”

Jangan sampai ada masalah di

kotaku! Ken memohon dan berdoa.

“ Kau kenal dia?” tunjuknya pada

orang-orang yang sedang berlutut di hadapannya. Lupa kalau dia sedang bicara

dengan orang ditelfon. Dan orang yang sedang bicara padanya sama sekali tidak

melihat siapa yang dia tunjuk.

Siapa? Siapa yang kau maksud.

Akukan tidak melihat siapapun yang kau tunjuk. Ken panik di sebrang pulau.

“ Hei, siapa namamu tadi?” Bertanya

langsung pada Haksan yang sedang menahan sakit.

“ Haksan tuan.” Seorang pengawal

menyebutkan sebuah nama. “Pemilik kafe XX di pusat perbelanjaan oleh-oleh.”

Saga menyebutkan nama dan identitas

Haksan dengan nada geram. Dan terdengar jelas nada suara itu di telinga Ken.

Saga benar-benar murka. Ken

terduduk di kursi kerjanya. Menduga-duga apa yang terjadi.

“ Dia anak kolegaku. Kenapa? Apa

dia melakukan kesalahan padamu.”

“ Dia menggangu istriku.” Mata Ken

terbelalak, dia bahkan hampir terjatuh dari kursinya.

Bocah gila, aku tahu kau akan

membuat masalah. Tapi kenapa harus dengan Saga. Menggangu istrinya lagi, aku

bahkan yang hanya ingin bertemu saja tidak di izinkan. Kau malah menggangunya.

“  Aku akan memberinya pelajaran. Aku minta maaf

atas namanya” Walaupun tahu tidak mungkin masalah ini selesai hanya dengan Ken

minta maaf. Laki-laki itu ingin segera bertemu dan memohon saja.

“ Dia menyentuh istriku. Beraninya  dia menyentuh Daniahku.” Tatapan Saga saja bisa

merobek tubuh seseorang. Haksan yang hanya merintih kesakitan semakin menciut.

Awalnya dia berfikir kalau dia mengenal walikota itu bisa menyelamatkan hidupnya.

Tapi ternyata.

“ Kau tidak menyuruhku mematahkan

tangannyakan?” Ken takut-takut menyahut.

“ Aku tidak mengatakan begitu.” Menjawab

dingin.

“ Tentu saja, Saga pria berhati

mulia.” Ken Mengelus dada lega.

“ Hatiku tidak semulia itu.” Dingin

menjawab.

Sialan! Kau benar-benar mau aku

mematahkan tangan bocah itukan.

“ Aku akan mengurusnya dan

menghubungi orang tuanya.”

“ Ken, kau pilih kolegamu atau

aku.” Pertanyaan yang membuat Ken ingin menangis darah karena tahu maksudnya.

Bunuh saja aku Saga!

“ Tentu saja tuan Saga yang

terhormat, kau yang lebih utama dari segalanya. Kau sahabat sekaligus pendukung

utamakukan. Aku akan membereskan semuanya untukmu. Sebagai bentuk permohonan

maafku aku akan datang ke pulau dan berlutut di depan istrimu minta maaf atas

kekacauan ini.”

“ Hei, siapa yang menyuruhmu

datang. “ Berteriak kesal. Saga tidak menyadari kalau sedikit saja suaranya

meninggi membuat orang-orang yang terduduk dilantai itu semakin gemetar

ketakutan.

“ Aku mau minta maaf pada kakak

ipar karena membuatnya menderita di kotaku.”

“ Jangan panggil Daniahku kakak

ipar. Jangan datang ke vila, kalau tidak mau aku menghajarmu. Bereskan saja

dia, atau kau mau Han yang turun tangan.”

Seenaknya saja mau bertemu dengan Daniahku setelah pristiwa ini.

“ Baik, akan ku bereskan semuanya

tuan Saga. Sampaikan salam dan permintaan maafku untuk kakak ipar ya.”

“ Jangan panggil Daniahku kakak

ipar.”

Mati saja kau Ken, kau benar-benar

seperti Harun. Siapa yang kakak iparmu. Dia Daniahku.

Semua orang semakin menciut nyalinya. Hanya Han yang terlihat mengelengkan kepala sambil mendesah.

Kenapa anda malah ngelawak di situasi seperti ini tuan muda.

Bersambung