Chapter 165 Raksa dan jen the end

Di kursi depan Jen berbalik melihat

Sofi yang sedang duduk di kursi belakang, Sofi sedang senyum-senyum sambil

bermain dengan hp. Tangannya tidak berhenti menari-nari sejak tadi.  Mendongak saat merasa tatapan tajam menusuk

tertuju padanya. Benar saja dia membelalak terkejut saat melihat jen sedang

memelototinya.

“ Apa?” bertanya tanpa suara.

Jen menunjuk hpnya, mengatakan

kalau dia mengirim pesan.

Isi chat yang baru saja dia kirim

adalah deretan pesan kegelisahan.

“ Jangan tersenyum padanya”

“ Jangan ajak bicara dia.”

“ Jangan sok akrab.”

“ Jangan perdulikan dia, paham!”

“ Biar dia tahu, kalau dia tidak disukai.”

Jen mendelik saat membalikan kepala

Sofi hanya angkat bahu sambil memiringkan bibirnya. Seperti berkata, bukan

urusanku ya. Itu masalah kak Jen. Sofi terlihat melihat pesan di hpnya lagi

saat melihat jen dengan gusar menunjuk hp. Masih mendapat teror yang sama.

Akhirnya dia menjawab.

“ Ia kak.”

Puas! Lagian kenapa bilang gak

papa, seharusnya tadi bilang jangan saja kan gampang.

“ Maaf ya, aku malah harus ketempat

lain dulu. Kalian sudah lapar ya?” Raksa melirik Jen yang terlihat gelisah

karena beberapa kali memutar kepalanya ke belakang. “ Maaf ya Sofi.”

“ Gak papa kak, aku juga ingin

kenalan sama pacarnya kak Raksa.” Tidak mengubris tatapan tidak suka Jen. “ Kak

Jihan katanya usianya lebih tua dari kak Raksa ya?” Langsung pada intinya.

“ Hehe, kak Niah yang cerita ya.”

Kakak ipar pernah cerita gak ya? Anggap

aja pernah deh.

“ Tipe kak Raksa yang lebih tua ya,

ya gagal donk Sofi buat pedekate.”

“ Sofi, jangan aneh-aneh ya.” Jen

melemparkan pandangan membunuhnya. “ Jangan hiraukan Sofi, dia sudah punya

pacar.”

“ Sofi sama Jen sudah aku anggap

adik seperti kak Niah mengangap kalian adik. Jadi jangan sungkan.”

Aaaaa, kubunuh  kamu Sof nanti.

Puas kau mendengar Raksa menyebutku adik.

“ Ternyata kita dianggap adik sama

kak Raksa, senangnya, iakan kak Jen?” Sofi benar-benar menahan diri untuk tidak

tertawa. “ Kak Jen penasaran jugakan sama pacar kak Raksa.”

“ Tentu saja, aku penasaran sekali.”

Tapi bohong! Aku itu kenapa si,

penasaran sekaligus takut. Aku takut kalau ternyata pacar Raksa benar-benar

keren seperti yang aku bayangkan. Tapi kalau ternyata dia jauh dari

ekspektasiku akukan bisa ambil jalan tengah.

Jen membuka pesan saat hpnya

berbunyi.

“ Wahai manusia jangan jadi manusia

hina yang merebut milik orang lain. Apapun alasannya.”

“ Wwwwkakaka.”

“ Bukan aku yang bilang, ni aku

sertakan credit pemiliknya.”

Pesan kutipan kalimat bijak yang

diambil Sofia dari sosial media. Tangan Jen sampai gemetar menahan kesal. Dia

ingin melemparkan hp biar mengenai kepala Sofi sekalian.

“ Kalian dikirimi foto kak Niahkan?”

Raksa terlihat memperhatikan sekeliling. Kendaraan berjalan lambat malam ini.

Bahkan bisa dibilang jalanan cukup padat, membuat perjalanan yang biasanya

memakan waktu setengah jam ini bisa lebih dari itu. “ Hari ini kak Niah kirim

foto-foto bulan madunya. Mereka terlihat senang sekali bermain air di pantai.

Main olahraga air juga.” Lanjutnya. Saat dia menoleh Jen langsung memalingkan

muka melihatnya.

“ Mana kak? Dasar, kakak ipar gak

kirim foto apa-apa.” Sofi langsung mendekat menyentuh bahu Raksa, minta

ditunjukan foto-foto yang dimaksud.

Raksa mengambil hpnya. Setelah

membuka kunci layar dia menyodorkan hp yang langsung di sambar jen.

“ aaaaa, kakak ipar curang, kenapa

kirim ke Raksa aja. Ih lucu yang ini.” Jen sudah bersorak melihat

foto-foto.

Pasti cantik kalau kakak ipar pakai

baju putri duyung.

“ Haha, kak Saga apa-apaan coba.”

Sofi menyambar hp setelah Jen selesai. Lalu dia berkomentar banyak sekali.

Bahkan dengan jelinya dia bisa melihat sosok wanita yang berdiri tidak jauh

dari Han.

“ Kak Jen, siapa dia?” Sofi mendekat

menunjukan foto. “Jangan-jangan pacar sekertaris Han. Aku belum pernah

melihatnya.”

Padahal aku baru mau menjodohkan

dia dengan kak Jen.

Daniah mengambil banyak sekali foto

yang dia kirimkan pada adiknya. Membuat Jen dan Sofi iri. Padahal tidak ada

maksud apa-apa. Daniah hanya ingin menunjukan pada adiknya, kalau saat ini dia

benar-benar bahagia bersama tuan Saga. Karena Raksa selama ini belum seratus

persen yakin, kalau dia benar-benar baik-baik saja.

Apa-apaan ini, jangan dekat-dekat,

jangan tersenyum dan jangan menyapa. Lantas kenapa kak Jen ngelayutan di bahu

kak Jihan dengan tidak tahu malu begitu.

Sofi tertawa tidak percaya

sekaligus jengah. Melihat jen yang langsung bisa akrab dengan pacar kak Raksa. Mereka sudah seperti dua sahabat yang baru bertemu puluhan tahun. Topik bahasan mereka juga tidak nyambung di kepala Sofi yang masih mahasiswa. Mereka sedang membahas beratnya menjadi orang dewasa yang bekerja.

Ya Tuhan, akan kutunjukan teror chatnya di depan matanya nanti.

Aku saja malu, apalagi dia nanti.

“ Benar kak, mereka yang di kejar

deadline tapi kami yang harus kelimpungan.” Jen bicara dengan berapi-api

membayangkan bagaimana kerjanya di kantor. “ Pernah sehari itu aku kena marah

berapa kali ya, sampai rasanya aku ingin menangis saja.”

“ Hehe, begitulah Jen. Nasib anak

magang, aku merasakan juga.”

“ Ia kan. Rasanya ingin balas

dendam nanti kalau aku sudah jadi karyawan betulan.”

Nah, itu dia mata rantainya. Jangan ditiru ya. Jen cuma bercanda. Hehe. " Senang ya kak Jihan sudah jadi karyawan tetap."

" Jen juga bisa, Aku harap kalian lolos seleksi dan bisa menjadi karyawan tetap di Antarna Group." Jihan menatap Raksa yang duduk di depannya hangat. Lalu tersenyum menepuk bahu Jen. "Semangat ya!"

" Ia kak, kita tukeran no hp ya. aku follow juga akun sosial media kak Jihan ya."

Ckckck, dia ini kenapa si. Tadi bilangnya saingan. aku ingin melihat sainganku. Cih, saingan kepalamu kak.

Kak Jihan benar-benar gadis supel yang ceria. Dia bisa langsung akrab dengan jen dan Sofi tanpa canggung. Mungkin karena pekerjaannya yang berhubungan dengan banyak orang membuat cara bicaranya menyenangkan. Sofi bahkan mengakui itu. Kak Jihan memiliki daya tariknya sendiri. Apalagi caranya menenangkan Jen yang bercerita tentang rumitnya dunia kerja. Dia seperti tau semua.

Deg, Sofia menatap Raksa di sampingnya.

Habis kau kak Jen, aku  melihat tatapan kak Raksa sama seperti saat kak Saga melihat kakak ipar. Aaa, Haze kadang melihatku juga seperti itu.

Hari ini Raksa melihat satu lagi hal yang membuatnya jatuh cinta pada Jihan untuk kesekian kalinya. Dan sekali lagi melihat jen, seperti adik kecil yang selalu butuh perlindungan. Seperti itulah seterusnya dia akan melihat dua wanita di depannya.

" Aku akan mendukung kalian sampai menikah." Jen langsung terduduk di latai lift. Mereka sudah berpisah di depan hotel. Jen memberikan pelukan hangat sebagai perpisahan pada Jihan. Dan berkata akan mendukung hubungan mereka. " Aku pasti sudah gila!" suaranya memenuhi lift. Sofi sampai membekap mulut Jen kuat.

" Gila ya! kalau liftnya jatuh bagaimana?" Melepaskan tangan saat Jen berjanji tidak akan berteriak lagi.

" Sofia, kenapa jahat sekali si. bukannya menyadarkanku, kamu malah ikutan terpesona pada pacar Raksa tadikan?"

" Soalnya kak Jihan keren seperti kakak ipar." mengakui.

Aaaaaa, kenapa aku bahkan terhipnotis pada pertemuan pertama begini. Bahkan dengan kakak ipar saja tidak.

" Kak Jen dan Raksa the end." menutup mulutnya yang tergelak saat melihat aura membunuh berkobar dari kepala Jenika. "Sudahlah kak, menikah saja dengan sekertaris Han. Dia jugakan tampan, walaupun tidak sebaik kak Raksa"

Saat pintu lift terbuka, Sofi sudah menjerit minta ampun. "Aku sumpahin kamu ya yang berjodoh dengan Han." Tangan Jen sudah melingkar di leher Sofi.

" Ampun kak, ampun." Jen melepaskan tangannya. " Cabut sumpahnya kak jen, cabut!"

" Tidak mau. wekk!" Berlari cepat menuju kamar. Sofi mengejar sambil menyuruhnya mencabut sumpah.

" Cabut sumpahmu kak, atau kuadukan pada kak Saga ya." Memakai senjatanya yang terakhir kalau Jen menggangunya.

Eh, kenapa dengan kakak pengawal. Jen menghentikan langkah membuat Sofi menabrak tubuhnya. "Cabut sumpahmu kak!" Sofi ketakutan membayangkan kalau sumpah itu benar-benar terjadi. " Eh kenapa?"

" Kenapa kalian basah kuyup begini." Pakaian olahraga yang dipakai kedua pengawal itu terlihat basah kuyup oleh keringat. " Kalian dari mana?"

" Nona sudah kembali?"

" Ia kami pergi sebentar dengan adik kakak ipar, kami sudah dapat izin dari sekertaris Han." Jen menghentikan kata-katanya. " Apa kalian baru saja di hukum?"

Apa si, dihukum apa? Sofi binggung.

" Tidak nona, kami hanya baru selesai olahraga."

Jen tidak percaya. Melihat bagaimana keringat yang mengucur. Dan kenapa malam-malam iseng olahraga seberat itu.

Benar, aku bahkan membiarkan Raksa masuk ke kamar kami. Aaaaa, maafkan kami kakak pengawal. Aku pikir karena dia Raksa maka bisa dikecualikan.

" Maafkan kami kak."

" Silahkan istirahat nona." Kedua pengawal itu membungkukan kepala mempersilahkan jen dan Sofi masuk ke kamar.

" Baik, selamat malam. maafkan kami." Jen menarik tangan Sofia untuk masuk kedalam kamar. " Mereka pasti baru saja di hukum Han karena membiarkan Raksa masuk ke kamar kita."

" Apa!" Binggung. Inikan kak Raksa, kenapa tidak ada pengecualian pikir Sofi.

" Ia, dia dihukum calon suamimu yang kejam itu." Jen tertawa jahat dengan puasnya.

" Kak jen, cabut kata-katamu!" Sofi mendorong Jen ambruk di tempat tidur. Ditindihnya Jen dengan bantal. "Cabut tidak sumpahmu tadi"

" Tidak mau. hahaha. lepaskan aku!" Jen masih tertawa terbahak. Lupa kalau seharunya dia menangisi nasibnya sendiri.

Jen dan Raksa the end.

" Cabut sumpahmu kak!" Masih terdengar Sofi berteriak.

Bersambung