Chapter 164 Istrinya Han?

Jen guling-guling di atas tempat tidur sambil membayangkan nasi goreng

kambing pedas. Bawang goreng garingnya yang kriuk-kriuk saat bertempur dengan gigi. Sementara Sofi menatap hpnya nanar.

Memang seharusnya aku yang minta maaf duluan si, akukan yang menamparnya.

Hiks, Haze sedang apa ya. Aku ingin dengar suaranya.

Tiba-tiba Jen bangun dengan semangat,  mendapat ide brilian yang bisa membebaskan rasa laparnya sekaligus keinginannya keluar dari hotel. Ide itu adalah  merayu kakak pengawal, menyelinap sepertinya terlalu beresiko. Tidak mungkin tidak ketahuan, yang akan mendapat hukuman dari sekertaris Han selain dirinya tentu dua kakak pengawal itu. Jadi Jen mengambil kesimpulan, kalau mereka pasti mau

diajak kerjasama. Dia mengambil hpnya.

“ Ia nona? Ada yang bisa saya bantu.” Suara sopan di sebrang kamar yang

hanya berbatas tembok.

“ Kakak sudah makan?”

“ Kami baru saja mau makan.” Menjawab sambil memberi isyarat pada satu temannya untuk keluar kamar. Mengantisipasi tindakan nekad yang bisa dilakukan dua nona di ruangan sebelah pikirnya.

“ Kebetulan sekali, ayo keluar hotel dan cari makanan enak.” Jen sudah

bersemangat, menendang kaki adiknya untuk bersiap-siap. Menunjuk tas miliknya juga.

“ Nona.” Kata-kata pengawal di sebrang sana sudah depresi. “Nona tahukan kalau tidak boleh keluar hotel

lagi setelah nona berdua pulang bekerja dan kuliah.” Hancur sudah senyum Jen,

dia duduk lagi di tempat tidur.

“ Kak Saga tidak akan menanyakannya kalau kalian tidak bicara, dan kami juga tidak akan bicara. Dia pasti

sedang berduaan dengan kakak ipar sekarang. Percayalah.” Mencoba merayu lagi.

“ Tapi nona.”

“ Sudahlah, siapkan mobil.” Nekad saja. Asalkan tidak terjadi apa-apa pasti

tidak akan ada yang tahu mereka keluar. Asalkan tidak ada yang mengadu diantara

mereka.

“ Bukan itu nona, tapi sekertaris Han.” Hening. Saat nama itu di sebut, sudah seperti mantra yang membuat Jen membeku.

“ Maafkan aku yang tidak memikirkan penderitaan kakak pengawal. Baiklah, teruskan makan malam kalian. Aku tahu bagaimana getirnya perasaan kalian. Kami janji tidak akan kemana-mana.”

Menjatuhkan hp di tangannya ke samping Sofi. Adiknya menatap.

“ Kenapa, mereka tidak mau ya?” Ikut merasakan kesedihan yang dirasa kakaknya.

“ Sudahlah. Mereka takut pada Han.” Rebahan lagi.

“ Siapa yang tidak takut padanya kak. Aku sampai lupa dan hanya memikirkan

kak Saga. Sudahlah, kita makan makanan hotel saja.”

Tapi keduanya masih berharap, buktinya belum beranjak dari tempat mereka

tiduran. Keduanya masih memikirkan jalan lain. Sofi benar-benar ingin menghubungi Haze sekarang. Tapi dia hapus lagi deretan kata yang sudah ditulisnya di chat. Melemparkan hpnya menjauh.

Aku akan menghubunginya besok.

“ Kak, kenapa kamu tidak menikah saja dengan sekertaris Han?” Sofi membuka

suara. Lalu tertawa terbahak. Suasana yang tadinya hening sudah berganti. Jen memukul adiknya, sampai mengacak rambut Sofi karena ide gilanya.

“ Sudah gila ya!” membayangkan saja tidak akan pernah masuk list. Dan Jen

cukup tahu diri, dia dianggap apa oleh laki-laki itu.

“ Diakan sayang pada kak Saga, otomatis juga sayang pada kita kan.” Sofi

merasa ragu dengan kata-katanya sendiri. Karena cara sekertaris Han

memperlakukan mereka tentu saja jauh berbeda seperti sikapnya pada Saga.

“ Kamu saja kalau mau.”

“ Tidak!” Bulu kudu sofi langsung merinding. Jujur

saja, kalau Jen masih berani bicara pada sekertaris Han, kalau Sofi dia akan

memilih menghindar jauh-jauh dari laki-laki itu.

Keduanya mulai lupa dengan rasa lapar, memilih membahas Han.

“ Siapa ya kira-kira yang akan menikah dengannya?” Keduanya sama-sama

menatap langit kamar. Mencoba menggambar sebuah sketsa karakter wanita yang

cocok dengan sekertaris Han.

Dia harus sekeren kakak ipar dan setegar karang. Menghadapi laki-laki aneh

seperti Han dibutuhkan mental baja yang tidak akan lumer walaupun di serang

tatapan dingin dan angkuhnya Han. Jen dan Sofi sepakat dengan pemikirannya masing-masing.

“ Haha, sof, kamu coba bayangkan ya, Misalnya  Han menikah dan pergi untuk bulan madu malam

pertama mereka. Tidak jauh-jauh, bulan madunya mungkin cuma di apartemannya.

Tahu alasannya?” Jen sudah tertawa walaupun belum mendengar jawaban Sofi.

“ Dia pasti bilang, kalau aku pergi bagaimana kalau tuan muda

membutuhkanku. Haha. Auto manyunkan istrinya.”

Lalu munculah beberapa skenario dadakan.

“ Dan pas mereka lagi malam pertama tiba-tiba kak Saga menelfon dan bilang. Han, datang kemari sekarang!” Jen lagi.

“ Dan apa yang terjadi saat itu teman-teman, dia langsung bangun dan

mengambil baju.” Sofi bangun, memperagakan gerakan mengambil pakaian di lemari.

“ Lalu istrinya berteriak, Sayang, kamu mau kemana?” Jen memperagakan

karakter istri masa depan Han.

“ Tuan muda memanggilku, aku akan kembali dalam satu jam.” Memeriksa hp dan

mengambil kunci. Dia berhenti sebentar saat istrinya berteriak marah.

“ Tidak, ini malam pertama kita. Bagaimana kau bisa pergi meninggalkanku

untuk tuan Saga. Aku tahu dia bosmu tapi aku istrimu.” Jen pandai sekali

memperagaan adegannya. Gadis kesal yang ditinggal suaminya di malam pertama.

Han diam sebentar.

“ Kalau kau pergi memilih tuan Saga, ceraikan saja aku. Kenapa juga kamu

menikahiku.”

Dan tahu apa yang terjadi.

“ Baiklah, akan kuurus semua suratnya besok. Karena ini sudah larut kau

bisa tinggal di sini malam ini.”

Apa!

Mereka berdua tertawa terbahak sampai ambruk lagi di tempat tidur. Adegan drama

mengelikan yang mereka buat sendiri. Membayangkan sekali lagi kalau benar-benar

Han mengalami adegan yang sudah mereka reka ulang. Mereka kelelahan tertawa sampai

merasa lapar. Tersadar akan nasi goreng kambing pedas lagi.

“ Hallo kak Raksa ya, bukan ini

bukan kak Jen. Ini Sofia.” Menjelaskan siapa posisi dia. Adik ipar Kak Niah

juga.

“ Adik Jen ya, kak Niah juga cerita

tentang Sofi, salam kenal. Kenapa?” Raksa memeriksa nama yang tertera di hpnya.

Jelas-jelas ini no Jen.

“ Kak Raksa tahukan, kalau kak Saga dan kakak ipar sedang bulan madu?”

“ Ia. Kak Niah sudah bilang. Kenapa?” menjawab lagi, menanyakan kenapa menelfon malam-malam.

“ Kami terkurung di dalam hotel sekarang dan tidak bisa kemana-mana.”

Disebrang sana Raksa sedang

mencerna. Terkurung di dalam hotel dan tidak bisa kemana-mana.

“ Apa kalian baik-baik saja? Dimana Jen?”

“ Ia, kami baik-baik saja kak. Kami di hotel XX.”

Bukankah itu hotel tuan Saga.

Jenika keluar dari kamar mandi

sambil mengeringkan wajahnya. Ia kelelahan tertawa sampai wajahnya kram.

“ Bicara dengan siapa? Hei kenapa

pakai hpku. Siapa yang kamu telfon? Haze.” Jen langsung lompat ke tempat tidur

saat melihat hp di dekat telinga Sofi adalah miliknya. Hp sudah berpindah

tangan. Matanya langsung terbelalak. “ Beraninya kau!” bicaranya dengan bahasa

bibir di sambut gelak Sofia.

“ Aku mau mengajak kak Raksa

menjemput kita, kamu bilang kelaparan dan mau makan nasi goreng.”

Gila ya!

“ Hallo”

“ Hallo Jen.”

“ Sofi memang sembarangan, maaf ya

sudah menggangu. Kamu pasti lelah, sudah ya.” Jen sudah mau mengakhiri

panggilan telfonnya.

“ Gak papa, mau kupesankan nasi

goreng via ojek online.” Keduanya, Jen dan Sofi saling berpandangan. Kenapa

sampai mereka tidak kepikiran ya. Karena di kepala mereka hanya bawaan ingin

kabur dan kabur saja dari tadi. Tapi, daripada meminta Raksa memesankan nasi

goreng melalui ojek online Jen memilih yang lain.

Akhirnya sampailah Raksa di depan

pintu kamar. Sofi yang tertawa senang saat membukakan pintu. Memberi salam dan

memperkenalkan diri. Pertama kalinya melihat secara langsung, laki-laki yang selalu di sebut Jen pria paling baik di seantero anak magang Antarna Group.

“ Maaf ya sudah merepotkanmu, sebenarnya kami cuma ingin keluar saja.”

“ Kak Raksa jadi tumbal. Hehe.”

Jen melotot.

Sofi sudah memegang hpnya, nada

tersambung. Namun belum diangkat. Sebelumnya dia sudah mengirim pesan untuk

voice call.

“ Kenapa? Kalian tidak membuat

masalahkan?” seperti biasa wajah datar itu muncul di layar. Sofi langsung

menyerahkan hp ketangan Jen, dan bersembunyi di balik punggung Jen.

“ Sekertaris Han, apa kami bisa

pergi keluar.” Jen menjauhkan hp dari wajahnya.

“ Sudah kukatakan jangan membuat

masalah selama tuan muda pergi.”

“ Kami tidak membuat masalah.” Jen

menarik tangan seseorang. “ Kami pergi bersama Raksa.”

Raksa terlihat mengangukan

kepalanya sopan dan menyapa.

“ Apa yang kau lakukan di sana?”

“ Jen minta bantuan untuk menjamin

mereka.” Raksa hanya menyebutkan skenario yang sebelumnya sudah di jelaskan

Jen.

“ Berikan hp pada nona Jenika.”

Menatap tajam setelah hp berpindah tangan. Bertanya, apa yang kau inginkan.

Tapi tanpa membuka mulutnya.

“ Aku ingin makan nasi goreng XX,

malas makan makanan hotel jadi kami minta Raksa untuk menemani. Bolehkan.”

“ Memang nona tidak bisa pesan ojek

online, atau kemana pengawal nona?”

“ Aku akan menelfon kak Saga

langsung untuk minta izin.” Jen mengancam tiba-tiba. Karena kedua hal tadi benar-benar tidak kepikiran di kepala mereka.

Han berdecak kesal.

“ Hebat sekali ya kalian sudah bisa

mengancamku.” Melemparkan hp ke meja. Sekarang Jen hanya bisa melihat

langit-langit kamar.

“ Maaf.”

Gawat, dia marah.

“ Pergilah, kembali sebelum jam

10. Aku akan menelfon jam 10 tepat nanti.” Lalu sambungan terputus. Mereka

saling berpandangan dan berteriak girang kemudian.

Dan sekarang mereka sudah ada di dalam mobil Raksa. Lega, akhirnya mereka berhasil

keluar dari hotel. Walaupun tidak lama Jen sudah manyun karena ada seseorang yang menelfon Raksa.

Bersambung.........