Chapter 163 Sofia dan kekasihnya

Kembali ke kamar hotel. Bersama

Sofi dan Jen. Setelah terdampar kembali ke masa sekarang, dari kenangan buruk beberapa tahun silam.

“ Kak Jen, aku ingat kejadian itu.

Aku refleks menampar Haze.” Sofi kembali membayangkan wajah kesal Haze. Sehabis

tangannya menempel keras di pipi laki-laki itu.

“ Terus, dia memukulmu juga?” Jen mengeryit dengan pertanyaan tidak masuk akalnya.

Hei, mana mungkin Haze melakukan itu.

“ Mana mungkin kak, tahukan sebaik

apa Haze” Sesal datang, apalagi sampai hari ini Haze bahkan belum mengiriminya

pesan apapun. “ Dia bahkan hampir menangis kemaren karena kaget aku berteriak

padanya.”

Membayangkan wajah Haze saat

kejadian saja Jen sudah ingin tertawa.

Hari dimana pristiwa penamparan

terjadi.

Hari itu cuaca sedikit mendung,

udara lembab di luar mobil yang mereka tumpangi. Angin sesekali bertiup cukup

keras. Mungkin menjadi pertanda alam agar segera turun hujan.

Saat itu lampu sudah menyala hijau,

suara klakson mobil sudah seperti makian. Tapi Haze belum mengerakan tangannya.

Mobil masih berhenti. Dia terlihat sedang berusaha mengumpulkan akal sehatnya.

Secepat kilat dia menyeka airmata yang menganak di pelupuk matanya. Saat suara

klakson mengejutkan matanya melihat lampu jalan. Dia segera tancap gas

meninggalkan makian pengemudi lain.

Sofi melirik cemas laki-laki di

belakang kemudi di sampingnya.

“ Maaf.” Tangannya mendekat ingin

meraih pipi Haze. Memeriksa bekas tangannya yang menempel keras tadi.

Mobil berdecit, berhenti tepat di

pinggir jalan. Sementara lalu lalang kendaraan tidak berhenti atau terusik

sedikitpun.

“ Kenapa memukulku, aku hanya ingin

menciumu sedikit saja.” Haze bicara pelan. Tanpa menatap Sofia, dia memilih

melihat kedepan, keluar kaca. Jalanan lurus yang berseliwearan kendaraan.

“ Kenapa mencium tiba-tiba! Kau

bahkan tidak minta izin.” Sofi menjawab cepat.

Karena kau mengemaskan sekali saat

mulutmu tidak berhenti bicara! Haze ingin berteriak begitu. Tapi dia

menahannya.

“ Benarkan, cuma aku yang menyukaimu.

Cuma aku yang suka dan tergila-gila padamu. Kau mau pacaran denganku karena aku

jatuh cinta dan nembak duluankan? Perasaanmu padaku masih setengah-setengah.” Keluar juga kata-kata itu dari mulut Haze. Selama ini dia hanya mendiga-duga.

“ Tidak!”

Sofi selalu merasa kalau

perasaannya pada Haze tulus dan tidak dibuat-buat.

“ Bohong! Buktinya kamu semarah

itu. Buktinya kamu tidak pernah coba-coba melakukan kontak fisik. Akukan hanya

ingin menunjukan sayangku padamu.” Walaupun berteriak tapi Haze malah yang

terlihat ingin menangis karena frustasi sekarang. Apalagi saat Sofi terkejut

dengan kata-kata kerasnya. Dia bahkan ingin segera minta maaf dan memeluk gadis

di depannya. Tapi dia sekuat tenaga mencengkram kemudi.

“ Maaf.” Sofia mengalah pada akhirnya. mungkin refleks tangannya juga sudah keterlaluan. Seharusnya dia cukup mendorong Haze tadi.

“ Lihatlkan, kau cuma bisa minta

maaf tanpa mau menjelaskan apapun. Karena kau tau aku pasti memaafkanmu jadi

kamu cuma bilang maaf.” Tidak mau menerima maaf Sofia semudah biasanya. padahal hatinya benar-benar ingin mengengam tangan Sofi sekarang.

“ Maaf.”

Sofia binggung bagaimana harus

menjelaskan. Kalau kak Saga tiba-tiba muncul di kepalanya, menatapnya tajam. Jadi tangannya refleks bergerak sendiri. Tapi semua akan menjadi panjang. Mungkin latar belakangnya sebagai adik presdir Antarna Group akan terbongkar pada akhirnya.

Haze memukul kemudi mobil. “Jangan

bicara padaku lagi sekarang.”

“ Kenapa?” Sofi dengan polosnya

bertanya. “ Aku minta maaf. Aku sayang sama kamu Haz, tapikan kita sudah janji,

untuk tidak melakukan kontak fisik. Apalagi kamu tiba-tiba menciumku, akukan

kaget.”

Haze terdiam, menyadari

kesalahannya. Tapi tentu saja dia tidak mau mengakuinya. Dia sedang merasa

sangat kesal sekarang. Perasaan Sofia padanya saat ini saja dia merasa sanksi.

“ Kau tidak benar-benar

menyukaikukan?” Akhirnya dia mencoba menegaskan kesimpulan yang dia buat tadi.

“ Tidak. Aku menyukaimu. Lihat di

chat siapa yang paling sering bilang sayang duluan. Akukan.” Menunjukan hp di depan wajah Haze.

Mati aku, aku sudah menghapus

riwayat chat.

Haze merebut hp ditangan Sofi,

memeriksa.

“ Lihat, kamu bahkan menghapus

semua riwayat chat kita. Padahal chat kamu satu bulan lalu masih ada di hpku.”

Mengambil hp miliknya dan menunjukannya pada Sofi. “ Lihat, seberapa pentingnya

kamu buat aku.”

“ Ini karena kakakku memeriksa

hpku.” Menyerah sudah. Keluar juga kebenaran dari mulut Sofi.

“ Apa! dia memeriksa hpmu? Kenapa?

Kak Jen?” Haze mengenal jen sebagai satu-satunya kakak bagi Sofi.

“ Bukan, kakak laki-lakiku.”

Tepatnya Han yang memeriksanya.

“ Kenapa dia memeriksa hpmu?” Haze

merasa tidak wajar. Bukankah aneh kalau sampai seorang kakak memeriksa hp adiknya.

Aaaaaa, bagaimana aku

menjelaskannya.

Lagi-lagi Sofi tidak bisa

mengatakan apapun perihal Saga. Membuat Haze kembali kesal. Merasa bahwa alasan yang dibuat Sofi hanya mengada-ada, untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya.

“ Sebaiknya kita jangan bicara beberapa

waktu dulu.” Akhirnya Haze memutuskan. walaupun dia sendiri tidak rela.

“ Tapi kalau chat bolehkan?”

“ Aku tidak akan membalas.” Membalas cepat.

“ Tapi kitakan ada kelas bareng,

apa aku juga tidak boleh menyapamu.”

“ Sofia!” Setengah berteriak karena sudah kesal.

“ Apa!” Sofiapun sama kesalnya.

Kehilangan kata-kata untuk membalas, lalu

laki-laki itu keluar. Membanting pintu mobil dan meninggalkan Sofia di dalam mobil. Baru beberapa langkah kakinya sudah berhenti. Ketika sadar dia ada dimana.

“ Haz mau kemana? Disinikan jauh

dari kampus. Bawa mobilnya ke kampus dulu, kamu ada kuliahkan?”

Lanjutkan marahnya nanti saja pikir Sofia.

Langkah kaki Haze terhenti. Dia berbalik, menatap jalanan panjang dan mobil Sofia.

Menimbang-nimbang. Akhirnya dia masuk lagi kedalam mobil.

“ Jangan bicara padaku.” Katanya ketus.

“ Ia, ia. Aku akan diam.”

Dan Sofi asik dengan hpnya

sepanjang perjalanan.

Mendengar cerita adiknya Sofi, Jen

guling-guling di atas tempat tidur tertawa.

Membayangkan wajah Haze yang kesal setengah mati, sementara Sofi yang masih asik bermain dengan hpnya.

“ Kasian sekali Haze, jadi kalian

belum bertegur dua hari ini?”

“ Belum.”

“ Lagian cium sedikit gak papa kali

Sof, Hazekan pria baik juga. Lagipula itu di lampu merah, memang mau ngapain si

dia.” Menyenggol siku adiknya.

“ Kak jen gak tau si, saat Haze

habis nyium itu wajah kak Saga langsung membelalak di mata aku tahu.”

Kasihan sekali batin Jen, tapi

jujur diapun selalu mengingat pristiwa itu di kepalanya. Saat kasih sayang Saga

menjadi kemarahan. Saat dia mengatakan menjaga kehormatan sama saja menjaga

cinta dan perasaanmu. Sesuatu yang harus kau berikan pada orang yang tepat dan

waktu yang tepat.

“ Dan kami sepakat untuk tidak

melakukan kontak fisik, tapi dia malah menciumku. Siapa yang tidak kaget.” Sofia membuat pembelaan, kalau dia tidak sepenuhnya salah.

“ Ia, ia, Haze juga salah. Tapi

kamu juga tidak seratus persen benar."

“ Kenapa lagi?”

“ Karena kau menamparnya tampa

peringatan.” Sofi merengut, mungkin yang dilakukannya berlebihan.

“ Tapi kak, aku ada teman yang

pernah melakukan hal seperti itu selama pacaran. Dia bilang, awalnya hanya

sebatas ciuman saja, lalu pacarnya minta lebih dan lebih. Dan akhirnya mereka

melakukan hubungan tubuh. Aaaaa. Aku ngeri membayangkan.” Karena Sofi mengikuti

perkembangan hubungan temannya itu dengan kekasihnya. Awalnya temannya itu merasa

menyesal, dan marah pada dirinya sendiri. Berjanji tidak akan pernah

mengulanginya. Cukup sekali dia terjebak dalam hubungan fisik yang tidak sehat.

“ Tapi lama-kelamaan karena

pacarnya menuntut akhirnya hubungan mereka jadi seperti itu kak.

Bertemu hanya sebatas kontak fisik, padahal mereka belum

menikah.”

Ini bukan perkara suci atau sok

suci, namun Jen dan Sofi meyakini, seperti apa yang pernah dia dengar dari

kakak laki-laki mereka. Bahwa menjaga kehormatan diri bukan sebatas dipandang

kau mempersembahkan robekan selaputt dara pada laki-laki yang akan menjadi belahan hidupmu. Tidak seperti itu, tapi tubuhmu, adalah bagian cinta dan

perasaanmu. Berikanlah pada orang yang tepat dan waktu yang tepat.

Sekali lagi, Jen dan Sofi

membayangkan. Kalau Kak Saga yang sesempurna itu bahkan bisa menjaga hatinya.

Bahkan saat bersama Helen yang luar biasa, mereka tidak melakukan hubungan di luar batas. Kenapa mereka tidak. Untuk itulah mereka mengengam kata-kata Saga seperti berlian di hati mereka. Mereka ingin menikah dengan laki-laki seperti kak Saga. Hingga akhirnya mereka merasa perlu menjaga diri mereka agar pantas. Seperti kakak ipar mereka yang bahkan memberikan ciuman pertamanya untuk suaminya.

Aaaaa, Haze sudah mengambil ciuman pertamaku!

Sofia panik.

bersambung