Chapter 157 Bulan madu (Part 1)

Waktu kembali berputar, matahari

kembali bersinar. Dimusim cerah seperti ini, langit pagipun sudah berwarna biru

terang.  Kalau jadwal rutin biasanya,

hari ini pasangan suami istri itu  sudah

keluar kamar dan menikmati sarapan. Namun sepertinya hari ini tidak seperti

biasanya. Langit cerah terus bergerak menuju siang. Dan pintu kamar mereka

masih tertutup rapat.

Terlihat Saga keluar dari ruang

ganti baju, mengeringkan rambutnya. Suasana hatinya terlihat senang, bisa dilihat dari senyum yang muncul di bibirnya. Dia memakai pakaian

yang cukup santai. Tanpa setelan jas seperti biasanya selalu melekat di tubuh

sempurnanya.

“ Hah! Kau benar-benar tidak

bergerak dari tempat tidur ya.” Bergumam sendiri saat mendapati Daniah yang

hanya terlihat ujung rambutnya, tertutup selimut. Masih terlelap dalam tidur.

Saga melemparkan handuk di tangannya yang  jatuh ke ujung meja. Lalu dia melompat ke tempat

tidur di samping Daniah. Gadis itu hanya mengeliat tapi tidak terbangun.

Walaupun Saga menjatuhkan diri cukup keras di sampingnya. “Haha, kau

benar-benar tidak bangun ya.” Sudah mulai gemas dan tidak bisa menahan diri.

Menarik ujung selimut sampai bahu

Daniah tersibak, terlihat jelas beberapa stempel kepemilikan melekat merah di

sana. Saga mencium setiap tanda itu sambil tergelak, karena Daniah benar-benar

tidak menunjukan reaksi apapun.

“ Hei, bangun!” mencium lagi. “Kau

tidur jam berapa semalam, sesiang ini belum bangun?” Padahal karena siapa

Daniah sampai seperti itu, seharusnya tidak perlu ditanyakan. “ Sayang, Niah

sayang, bangun.” Saga berbisik di telinga Daniah sambil tangannya melingkar

memeluk Daniah. “ Niah sayang, bangun, atau kau ketinggalan pesawat nanti.”

Belum bereaksi juga, akhirnya Saga mencium leher Daniah sampai mencipta tanda

merah untuk kedua kalinya.

Mulai mengeliat. Terdengar erangan

kecil. Terdengar auman dari mulutnya kemudian, segera dia tutup dengan tangan saat tahu

Saga terbaring di sampingnya.

“ Hei bangun!”

“ Jam berapa sayang.” Mengeliat,

sambil memastikan waktu dengan melihat jendela. Terperanjak karena di luar sana

sudah terang benderang, matahari pasti sudah lama naik.  “ Maaf, aku terlambat ya? Kenapa belum

siap-siap? Tidak bekerja?” deretan pertanyaan muncul saat melihat baju yang

dipakai Saga.

“ Hari ini libur.”

“ Ahhh, enaknya presdir bisa

semaunya bekerja.” Saga hanya bereaksi dengan mempererat pelukannya. Lihat, dia

yang minta orang bangun, giliran sudah bangun malah di dekap seerat itu.

Bukannya melepaskan diri Daniah ikut larut bermalas-malasan juga. Sambil

mengeliat dan membenamkan wajah di dada suaminya.

“ Sayang, aku bermimpi barusan.”

Mendongakan kepala yang langsung di sambut kecupan lembut di keningnya.

“ Apa?”

Tanganmu tuan, kondisikan tanganmu.

“ Kau memanggilku sayang dengan

sangat manis di telingaku.”

Saga tergelak lalu mencium pipi

Daniah. “ Kau pasti benar-benar bermimpi, bangun dan mandi sana, Han pasti

sudah menunggu di bawah.” Mengeser tubuh lalu bangun. Kalau dia tetap berbaring

dan memeluk istrinya bisa jadi jadwal keberangkatan bulan madu akan tertunda. Semua agenda yang di susun Han akan mundur.

Aku benar-benar cuma mimpi ya tadi.

Kupikir dia akan mengaku kalau memanggilku sayang. Dasar, mengaku saja si biar

aku senang.

“ Sayang!” Menarik ujung lengan

Saga yang sudah duduk di tepi tempat tidur.

“ Apa? bangun sana! Mau kumakan

lagi.”

Daniah merengut sambil mengelengkan

kepala. “ Panggil aku sayang dulu. Niah sayang. Haha, aku baru mau bangun.”

Daniah tertawa sendiri sambil menutup mulutnya. Panggilan yang tadi terdengar

di mimpi terdengar sangat manis. Dan dia ingin merasakan debaran itu secara

nyata.

“ Belum bangun juga dari mimpi kamu

ya.” Tertawa, meletakan tangan di ujung selimut yang dipakai Daniah melindungi

tubuh polosnya. “Kau benar-benar mau mengajakku tidur lagi ya?” menarik selimut.

“ Tidak.” Langsung sigap

mempertahankan helaian kain pelindung tubuhnya. “ Hei, Saga panggil aku sayang

dulu.” Daniah tertawa sambil tetap mempertahankan selimutnya.

“ Wahhh, wahh, mulai kurang ajar

ya.” Saga melepaskan sandal yang sudah dipakainya dan naik ke atas tempat

tidur. “ Niah sayang kau mau aku mulai dari mana?”

“ Tidak! Tidak. Aku cuma minta

dipanggil sayang, tidak mau yang lain.” Bangun dari tempat tidur, dengan

selimut sudah berpindah  ke tangan Saga. Tapi dia berhasil lari dan masuk ke ruang ganti

baju. “ Aku mencintaimu.” Teriaknya, langsung menutup rapat pintu. Sementara Saga tergelak

sambil menjatuhkan tubuh ke atas tempat tidur lagi. Mencium selimut yang

dipakai Daniah tadi.

Hei Saga, hei Saga, hei Saga.

Kurang ajar sekali aku, tapi kenapa itu menyenagkan ya memanggilnya begitu. Aku ingin memanggilnya begitu sesekali.

Daniah  melihat bayangannya di kaca saat mengeringkan

rambut. Merasa dicintai itu benar-benar memunculkan perasaan yang berbeda

dengan situasi saat kita mencintai. Dia merasa senang sekaligus berbunga secara

bersamaan. Makin hari perasaannya semakin tumbuh dengan kuat.

Daniah mengintip di balik pintu

ruang ganti setelah selesai mandi dan ganti baju, masih mendapati Saga terlentang di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar. Tidak tahu apa yang dipikirkannya.

Kenapa dia masih di atas tempat

tidur si, kalau dia membalasku bagaimana?

“ Sayang, memang kamu mau kemana?

Kenapa sampai tidak berangkat kerja? Aku boleh pergi ke rukokan?” Belum keluar

dari ruang ganti baju. Yang diatas tempat tidur diam tidak menjawab. Mau tidak

mau Daniah keluar juga akhirnya. “ Sayang.”

“ Hemm.”

Aaaaa,  ia, aku lupa semalam belum membicarakan kepergian

Leela. Akukan mau minta bawa mobil sendiri lagi.

Mendekati tempat tidur sambil

berfikir. Memutar otak dengan cepat bagaimana memilih kata yang paling tepat. Dia tidak mau kalau permohonannya terdengar seperti rengekan. Karena kalau jelas-jelas dia meminta bawa mobil sendiri, kecil kemungkinan kalau Saga akan meloloskan permintaan itu. Daniah masih yakin, kalau suaminya selalu senang kalau melakukan sesuatu yang tidak dia sukai.

“ sayang, aku boleh.” Mau membahas

tentang Leela.

“ Niah sayang, kemarilah.” Tangan

Saga terangkat, dia mengoyangkan tangannya berulang. Isyarat Agar Daniah mendekati tempat tidur.

Aku tahu, kau tidak akan

mengampuniku semudah itu. Kenapa aku cari perkara minta dipanggil sayang segala

si.

“ Niah.” Suara Saga terdengar

setengah berbisik.

“ Ia, ia. Aku datang.”

Dan kegiatan bulan madu benar-benar

mundur dari jadwal.

“ Aku lapar!” Daniah melingkarkan

tangan di lengan Saga. Sambil menyeret kakinya.

“ Mau ku gendong?”

“ Tidak! Terimakasih.”

Tidak tahu harus membayar dengan

apa kalau sampai tuan muda ini mengendongnya menuruni tangga.

“ Sayang, hari ini kamu mau

ke mana?” bertanya lagi. “Karena Leela sudah berhenti apa aku boleh.....”

“ Kita akan berangkat bulan madu.”

Jawaban Saga sudah membungkam Daniah untuk bicara tentang Leela lebih lanjut.

“ Hah! Bulan madu! Sekarang?”

Menghentikan langkah. “ Sekarang?”

“ Ia sekarang.”

Apa-apaan dia, kenapa mendadak

begini. Aku bahkan belum menyiapkan apapun.

Daniah bahkan tidak memikirkan atau

belum memikirkan apa yang harus dia bawa. Pakaian dan semua barangnyapun belum

dia kemas.

Dia benar-benar gila ya, kenapa

suka mendadak begini si.

“ Tapi sayang, aku bahkan belum

siap-siap dan mengepak pakaian.” Sampai dibawah tangga. Daniah melihat Han

keluar dari ruangan Saga dengan membawa tas kerjanya.

Lihat itu, si pembuat jadwal

keberangkatan.

“ Pak mun sudah menyiapkannya.” Saga membalas cepat. " Kau hanya perlu membawa tubuhmu." Ada senyum diujung kalimat Saga.

Apa, cukup membawa tubuhku. Dasar!

“ Apa pak Mun, apa kamu menyuruhnya

menyiapkan pakaian?” Malu, membayangkan pakaian seperti apa yang dipilih pak

Mun.

“ Hei, memang tidak ada pelayan di

rumah ini, sampai dia yang harus mengepak baju. Ayo makan, kamu bilang

kelaparan tadi.” Menarik tangan Daniah menuju meja makan. Saga menarik kursi dan mendudukan tubuh Daniah.

Seenaknya si seenaknya, tapi jangan

begini juga kali. Masak aku pergi bulan madu tanpa persiapan apa-apa.

Daniah mengedarkan pandangan.

Merasa suasana yang berbeda di rumah. Tapi apa? dia tidak bisa menebak walaupun sudah berfikir. Pak Mun

muncul dari arah dapur membawa makan siang, di belakangnya ada dua pelayan yang

sigap menyusun makanan di atas meja. Setelah mempersilahkan Daniah makan, mereka meninggalkan ruangan. Hari ini pakaian pak Mun terlihat berbeda dari biasanya.

“ Anda baru turun tuan muda? Kita

sudah mundur dari jadwal yang seharusnya.” Han sudah berdiri di samping meja makan. "Ada yang harus tuan muda cek sebelum berangkat." Menunjuk tas yang di pegangnya.

“ Daniah mengajakku tidur lagi

tadi.” Menyentuh rambut Daniah di sampingnya, lalu mengacaknya pelan.

Apa! kenapa aku. Hei, kenapa kau

percaya juga kata-kata tuan Saga.

Daniah mendelik sebal sambil

mengambil sarapannya. Karena protesnya tidak digubris sekertaris Han.

“ Makanlah duluan, aku akan

membereskan beberapa berkas.” Satu kecupan mendarat di kepala Daniah.

“ Eh Ia.” Mengikuti langkah kaki kedua orang itu meninggalkannya sendiri di meja makan.

Han yang berjalan di belakang Saga

menoleh, berdecak sambil mengelengkan kepala menatap Daniah penuh arti.

"Apa!" Berteriak tanpa suara.

kurang ajar, masih

sempat-sempatnya dia meledek.

Bersambung