Chapter 156 Bertemu dengan Saga (Part 2)

Akhirnya, setelah sekian lama

menunggu. Dia masuk juga ke ruangan presdir Antarna Group. Dadanya berdebar  bersemangat.  Dia berdiri di belakang sekertaris Han. Menatap

dengan antusias seseorang yang sedang duduk di sofa.

Gila! Itu benar-benar tuan Saga.

Presdir Antarna Group.

Bahkan dalam kegiatan resmi saat dia

menjadi reporter, dia hanya bisa berdiri dari jarak sekian meter untuk

mengambil foto. Kalau dia menemukan posisi tepat sambil berebut dengan reporter

lain itu saja sudah membuatnya senang. Saat ini, ia berada di jarak sedekat

ini. Aran ingin sekali mengeluarkan kameranya dan mengabadikan momen penting

ini. Ya, walaupun hanya sekedar mengambil gambar dengan kamera hp sekalipun.

“ Dia Arandita, tuan bisa bertanya

langsung padanya.”

Saga memperhatikan penampilan

wanita yang masuk bersama Han. Gadis ini di bawa Han dari luar Antarna Group.

Membuatnya sangat penasaran. Apa yang membuat Han tertarik padanya. Posisi yang

akan diberikan padanya sangat penting dalam kaca matanya. Han tidak mungkin

memberikan kesempatan pada orang sembarangan.

“ Mendekatkan!” Perintahnya sambil

mengerakan tangannya.

Aran terperanjak dari dunianya yang

sedang mengagumi apapun yang ada di dekeliling Saga, lalu ia berjalan cepat

beberapa langkah. Begitu pula dengan sekertaris Han, dia terlihat berjalan ke belakang

Saga.

Kenapa kau berdiri di sana? Biar lebih

dramatis mengintimidasi dengan tatapanmu. Aran mengerutu dalam hati tahu maksud

kepindahan sekertaris Han.

“ Siapa kau?” Pertanyaan tidak

jelas di sampaikan Saga seperti biasanya.

Hah! Pertanyaan apa itu? Aku harus

menjelaskan dari mana?

“ Apa anda tidak mengenali saya

tuan.” Akhirnya memilih menjawab dengan kepercayaan tinggi. Dia cukup populer

karena kejadian itu. Walaupun kepopulerannya dalam hal negatif dan masuk daftar hitam

Antarna Group.

“ Memang siapa kau, sampai tuan

muda harus mengingatmu.” Dari belakang tempat Han berdiri dia menjawab sinis

dengan sorot mata mematikan itu. Jangan bicara yang tidak perlu, begitu

isyaratnya.

Tapi jawaban gadis yang berdiri di

depannya dan reaksi Han malah membuat Saga tertarik.

“ Memang siapa kau?” tanyanya lagi.

“ Sampai aku harus mengingatmu?” Saga malas mengingat-ingat sesuatu yang tidak

penting.

“ Saya reporter stasiun TVXX tuan,

yang dulu mendokumentasikan keseharian tuan Han untuk acara lamaran tuan Han di

stasiun tv.” Menjawab dengan cepat dan lugas, sampai tidak sadar seseorang yang

berdiri di belakang sedang mengeram kesal.

Ingatan Saga sampai diwaktu itu,

dan dia tergelak cukup keras, karena kejadian itu nyata terbayang di kepalanya.

Sampai membuat Aran terperanjak.

Gila! Ini pertama kalinya aku

melihatnya live tertawa. Benar-benar tertawa. Tapi tunggu, kenapa dia tertawa?

“ Hebat sekali kau ya. Semua

anggota tubuhmu masih ada di tempatnya. Padahal kau sudah membuat Han sekesal

itu. Aku pikir, kau pasti sudah kehilangan satu tangan atau kakimu.” Masih di

susul tawa setelah mengatakannya. Membuat Aran mulai merasa takut.

Tiba-tiba kaki Aran lunglai demi

mendengar kata-kata Saga.

Aku tahu, seharusnya aku tidak ada

disini dan terlibat dengan tuan Han.

“ Berkat kebaikan tuan Han saya

masih sehat seperti ini. Terimakasih tuan atas belas kasih anda yang tidak terhingga.”

Tidak berani menatap sekertaris Han di belakang Saga. Demi mengusir rasa takut

yang tiba-tiba muncul kata-kata tersusun manis itu keluar.

Ayo sanjung dan puji harimau itu.

Diamnya dia saja sudah seperti mau menerkam begitu.

“ Han.”

“ Ia tuan muda.” Sekertaris Han

mendekat.

“ Aku ingin melihat data dirinya.

Sepertinya cukup menarik juga.”

Sebenarnya kenapa kau melepaskannya

itulah yang paling menarik. Lebih-lebih kau yang membawanya sendiri ke hadapanku.

Han mengambil sebuah amplop coklat

di meja kerja Saga. Mengeluarkan lembaran kertas lalu menyerahkannya pada Saga.

Arandita matanya tampak berbinar melihat pemandangan di depannya. Sikap patuh

Han yang hanya ia tunjukan di hadapan tuan Saga. Adalah momen indah yang harus

diabadikan.

Apa aku boleh merekam ini?

“ Kau boleh juga sepertinya.”

Membalik lembaran kertas di tangannya. “ Aku tidak meragukan keahlianmu, kau

bahkan bisa mengelabui Han.” Mengingat berapa banyak vidio dan foto yang bisa

diambil tanpa sepengetahuan Han sudah menjadi nilai plus baginya.

“ Terimakasih tuan.” Tanpa sadar

tersenyum dengan bangga. Padahal itukan bukan hal yang perlu dibanggakan,

lebih-lebih orang yang dia buntuti sedang menatapnya dengan sebal begitu.

“ Han, dia membangakan

keberhasilannya merekammu diam-diam. Apa kau tidak marah?”

Apa yang anda lakukan tuan Saga?

Jangan menyiram bensin dalam kobaran api. Dalam kehidupan sehari-hari ternyata

kalian akrab begini ya.

Semakin banyak hal yang membuat

Arandita gemas, ingin mengambil hp dan mengabadikan momen-momen ini. Menunjukan

pada dunia. Imej sesungguhnya presdir Antarna Group.

Masih terlalu dini untuk terkejut

nona penulis, kau saja belum bertemu dengan Daniah dan melihat interaksi

mereka. Wkwkwk.

“ Sejauh apa kau memakai ilmu

beladirimu?” Saga bicara lagi tanpa mengalihkan pandangan dari kertas-kertas

yang dipegangnya. Sepertinya dia sedang melihat daftar ilmu beladiri yang

dikuasai Aran.

“ Saya sudah sampai di level

tertinggi tuan.” Bangga. Aran mendapatkan semua itu tidak dalam waktu sebentar.

Jadi dia merasa pantas untuk membanggakan diri.

Keahlian beladirinya memang

diturunkan dari kakeknya yang mempunyai tempat pelatihan khusus. Tapi

percayalah, dia bekerja keras untuk mendapatkan semua pencapaiannya sampai hari

ini. Dulu dia bahkan sempat bercita-cita menjadi atlit bela diri, jika tidak

jatuh cinta pada dunia berita.

“ Apa kau bisa mematahkan tangan

orang?”

Apa! kenapa? Bukannya tadi tugasku

menjaga nona muda.

“ Aku tidak mau siapapun menyentuh

tubuh istriku, apa kau bisa memastikan itu.”

Apa! jadi aku harus mematahkkan

tangan laki-laki yang menyentuh nona. Aku tahu, aku seharusnya tidak berada di

sini.

Sampai dititik ini, Aran mulai

merasa dua laki-laki di hadapannya ini sama-sama gilanya.

“ Saya belum pernah melakukannya

tuan. Mematahkan tangan atau apapun itu namanya.” Merasa harus menjawab jujur,

karena mulai dihantui keraguan. Sepertinya pilihan untuk menerima pekerjaan ini

adalah salah.

Pantas, dia menawariku gaji 3 kali

lipat daripada di stasiun TVXX.

“ Menurutmu kenapa Han

merekomendasikanmu?” sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab dengan pasti.

Sebenarnya hanya Han yang tahu jawabannya. Saga hanya ingin mendengar versi

gadis di depannya.

Apa ada sesuatu yang aku lewatkan di masa lalu?

“ Saya harus membalas kerugian tuan Han.” Menjawab jujur. melirik sekilas yang berdiri dibelakang. Tidak bergeming saat mendengar jawabannya.

“ Kenapa?” Semakin antusias. Sepertinya benar-benar ada hal yang di lewatkan Saga saat tragedi lamaran Han di tv.

“ Karena sudah menabrak tuan Han

dan membangkitkan kenangan buruk tentang masa lalu.” Aran menjawab dengan polos, seperti mengadu. Lihat, alasan aneh dan dibuat-buat itu.

“ aaa, lamaran di stasiun tv. Kau

masih hidup saja sudah membuatku heran.”

Benarkan, seharusnya aku tidak ada

di sini. Cara berfikir mereka benar-benar bersinergi satu sama lain.

“ Baiklah, satu tes terakhir. Ambil

hp Han dan berikan padaku. Aku ingin melihat sehebat apa ilmu bela dirimu."

Aran terlihat binggung. Apalagi

saat menatap wajah yang tidak bergeming itu.

Bagaimana ini? Yang ada tanganku

patah.Lagipula, di mana dia menyimpan hpnya?

“ Kuberi tahu satu rahasia.” Saga bicara pelan, seperti berbisik. Padahal jelas terdengar di seluruh ruangan.

“ Ia tuan.” Berbinar bola mata Aran.

“ Han biasanya menyimpan hp di saku

jas bagian kiri.” Mata Aran langsung tertuju ke saku jas bagian kiri. “ Kau

bisa menendang kakinya, lalu memutar tangannya. Kalau perlu dorong dia

ke tembok. Ambil hpnya dan bawa padaku.”

Hah! Sudah gila ya. Ide apa itu.

Memang tenagaku bisa mendorongnya sampai ke tembok. Dan kenapa sepertinya tuan Saga bangga sekali dengan ide gila itu.

“ Semoga berhasil.”

Saga bangun dari duduk di sofa,

berpindah ke meja kerjanya. Supaya pemandangan yang terlihat jauh lebih jelas. Dia terlihat senang sekali, apalagi saat melihat wajah Han yang sebal.

Bagaimana ini, tendang kakinya,

putar tangan lalu sudutkan dia ditembok. Memang dia ini bocah. Lihat tinggi

badannya itu. Aran hanya bisa mengerutu, sambil menyusun strategi. Sementara sekertaris Han masih berdiri di tempatnya. Menunggu yang dilakukan Arandita selanjutnya.

Ragu, Aran mendekat. menoleh sekilas pada Saga yang sudah duduk bersandar di kursi kerjanya.

Dia menonton sambil makan!

Matanya kembali tertuju pada Han. dengan langkah hati-hati dia maju mendekat. Mencoba merealisasikan ide gila yang diberikan tuan Saga. Walaupun jelas-jelas dia tidak punya keberanian. Menendang kaki, sudah gila ya, makinya dalam hati. Tidak mungkin dia berani melakukannya. Jarak mereka sudah terpaut hanya tiga langkah. Aran mematung.

Han mengerakan tangannya, membuat Aran langsung waspada. Dia sampai mundur selangkah karena kaget. lebih terkejut saat Han mengeluarkan hp dari saku kirinya dan menyerahkannya dengan tangan kiri.

" Ambil!"

Apa! Dia serius?

" Ambil!" Han mengoyangkan benda ditanganya, supaya gadis di depannya segera meraihnya.

" Buahahaha." Sementara Saga terbahak di kursinya, semakin membuat Aran kebinggungan. "Sepertinya tidak ada alasan aku tidak menerimamu. Han sampai membiarkan orang lain menyentuh hpnya. Ambil!" Menunjuk hp di tangan Han, " Berikan padaku dan keluarlah!"

Patuh mengikuti apa yang dikatakan tuan Saga. Dengan hati-hati mengambil hp di tangan sekertaris Han. Lalu menyerahkan dengan kedua tangannya pada Saga. Setelahnya tanpa berfikir ulang langsung mengambil langkah keluar dari ruangan. Di depan dia bersandar di meja staff sekertaris yang masih menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Sementara itu di dalam ruangan.

" Haha, aku tahu. Kau tidak mungkin melepaskannya dulu tanpa alasan." menyerahkan hp ke tangan Han. "Duduklah!"

Kau pasti melepaskannya karena sesuatu.

" Saya tidak sengaja bertemu dengannya beberapa hari lalu tuan. Dan berhentilah berfikir yang tidak-tidak, saya melepaskannya dulu hanya karena saya tidak mengangapnya penting. Serangga penggangu yang sama sekali tidak penting."

" Benarkah?" Tertawa tidak percaya.

Kau tidak mungkin membawanya padaku untuk menjaga Daniah, kalau merasa dia hanya serangga penggangu.

" Jangan menduga yang tidak-tidak tuan muda."

" Terserah aku." Tidak mau kalah. " Ayolah Han, mengaku saja. Aku bisa melepaskanmu dari sumpah setiamu sekarang."

Hah! tidak berhasil. Dia selalu terlihat kesal kalau aku menyuruhnya mulai mengurus hidupnya.

" Aku bahagia bersama Daniah sekarang." Saga bicara dengan keyakinan penuh.

" Saya yang akan memastikan itu sendiri tuan muda."

Sekali lagi Han mengatakan kalau belum waktunya dia berfikir tentang dirinya sendiri.

Arandita berdiri gelisah, bersandar di dinding. Menatap pintu ruangan presdir Antarna Group.

Sepertinya aku benar-benar sudah salah langkah. Dua laki-laki itu sama-sama gila. Dan kalau aku terlibat dengan keduanya pasti aku yang gila.

Aran memutuskan untuk mundur. Menutup mata dari panggilan lembaran uang yang bisa ia terima setiap bulannya. Pekerjaan apapun itu, menjaga nona muda. Bukan hal sepele yang bisa dia lakukan sambil melindungi dirinya dari sekertaris Han. Dia terperanjak saat pintu terbuka. Dia mengepalkan tangan meyakinkan diri.

Nyawakukan jauh lebih berhargakan? Tuan Saga laki-laki sempurna yang selalu menuntut kesempurnaan. Bisa habis aku kalau salah sedikit saja.

" Tuan Han, bisa kita bicara." Ragu.

" Kenapa?"

" Saya sepertinya tidak bisa melakukan pekerjaan ini. maaf!" berteriak keras sampai staff sekertaris langsung melirik. " Pekerjaan ini sepertinya tidak cocok untuk saya."

" Apa kau sedang main-main denganku." Han mendorong tubuh Aran sampai membentur tembok. " Bukankah kau tahu, aku tidak pernah bercanda kalau berurusan dengan tuan muda."

" Maaf tuan!" Habislah aku. " Saya takut tidak bisa melakukan dengan sempurna seperti yang tuan Saga katakan tadi."

Han mencengkram kerah baju yang di pakai Arandita.

" Tuan, tuan berjanji tidak akan memukul sayakan?" Mengingatkan syarat yang sudah di setujui Han.

" Memukulmu. Siapa yang memukulmu? aku hanya menyudutkanmu ke tembok dan menarik kerah bajumu." Belum melepaskan tangannya. "Tuan muda sudah memilihmu."

" Tapi ini juga termasuk kekerasan fisik." Berkilah, sambil berusaha melepaskan diri.

" Kekerasan fisik. memang apa bunyi syarat yang kau minta tadi." Bertanya dengan tatapan licik.

" Jangan memukul saya." Sial! seharusnya aku memakai kalimat tidak ada kekerasan fisik secara umum. Aaaaa, kenapa aku bodoh sekali!

Aran kalah telak lagi. Saat melihat bibir Han kembali menyeringai kemenangan.

" Ambil ini." Han menempelkan kartu di kening Aran. "Pergi beli semua kebutuhanmu. Ganti penampilanmu, jangan sampai nona muda kami merasa malu kau ada di sampingnya."

Aran menatap kartu di tangannya.

" Apa saya bisa membeli apa saja yang saya butuhkan?" Lupa sudah tujuan mau mengundurkan diri tadi.

" Hemm."

" Termasuk melunasi pinjaman keluarga saya di bank." Wahh, berani sekali kau menanyakan itu Arandita.

" Kalau kau berani lakukanlah."

Aku pasti tidak berani. Lebih baik berhutang di bank resmi daripada padanya.

" Tuan Han, apa saya juga boleh memakai kartu ini ke salon. untuk meluruskan rambut saya." Han yang sudah berbalik menoleh lagi. Menatap kesal.

Kenapa kau bahkan jauh lebih banyak bicara di banding nona Daniah.Tidak bisa kubayangkan kalau kalian bersama.

" Kalau kau mau jadi serangga lagi, lakukanlah." Sudah berjalan meninggalkan Aran.

Apa! kenapa bawa-bawa serangga lagi si.

Bersambung