Chapter 155 Bertemu dengan Saga (Part 1)

Sudah di dalam mobil yang melaju. Aran menyodorkan kopi dan roti isi yang dia pesan dua paket tadi. Tapi sekertaris Han melirikpun tidak. Akhirnya dia menikmati semua makan itu. Dua porsi sekaligus tandas dalam sekejap. Han terlihat melirik sebentar, lalu mengalihkan pandangannya menatap jalanan.

Bagaimana dia tidak tahu malu, makan sebanyak itu lagi. Yang seperti itu mengaku dewi kecantikan? mengemudi sambil mengelengkan kepalanya sendiri.

Setelah meletakan semua sampah dalam plastik, Aran menghela nafas lega. Perutnya yang merinding keroncongan tadi sudah terisi penuh. Melihatnya sudah selesai makan sekertaris Han mulai bicara.

Sepanjang perjalanan Aran terdiam

mendengarkan, mencatat semua yang dibicarakan Han di kepalanya. Walaupun

sebagian besar yang dikatakan Han dia sudah tahu. Sebagai reporter berita resmi, dia mengetahui banyak protokoler yang harus di taati ketika bertemu dengan pejabat penting, perusahaan besar, atau artis sekalipun.

"Tutup mulutmu dan jangan bicara

kalau tuan Saga tidak memintamu bicara. Jawab dengan jelas kalau dia bertanya.

Dia yang akan menentukan apa kau layak menerima pekerjaan ini atau tidak. Jika

tuan Saga menolak, kau juga tidak akan bisa bekerja."

Cih, lantas kenapa sudah seperti

aku diterima wawancara kerja saja tadi.

" Kalau tuan muda menolakmu, kau bisa bekerja menjadi pesuruh. Aku akan mengirimu ke luar kota. Merangkak sekalipun kau tidak akan bisa keluar dari tempat terpencil itu."

Apa! dia hanya sedang menakutikukan.

" Aku serius!" Menjawab sorot tidak percaya di mata Aran.

Aaaaa, jadi orang baik apa akan membunuhmu, kenapa bicara saja selalu setajam pisau begitu.

Sekali lagi sekertaris Han mengingatkan bagaimana Aran harus bersikap di hadapan tuan Saga.

Arandita sudah paham bagaimana

protokoler berhadapan dengan tuan Saga. Dia sudah sering mengikuti berbagai

acara resmi Antarna Group yang melibatkan presdirnya. Jadi standar baku yang

harus dilakukan di hadapan tuan Saga dia sudah hafal diluar kepala.

Tapi kenapa dia yang akan

memutuskan sendiri, memang pekerjaanku apa si.

Mata-mata? Atau menguntit istrinya? Hei tapi untuk apa?

Penasaran, sekaligus nyali yang

sedikit menciut. Bagaimanapun dia belum pernah berhadapan langsung atau bicara

dengan presdir Antarna Group. Tapi ketakutannya bisa ia kubur, sekali lagi dia berusaha hanya melihat hal positif di depannya. Uang dan hidup yang lebih baik. Jauh lebih indah untuk dibayangkan, daripada pekerjaan yang menantinya.

“ Tuan apa pekerjaan saya

sebenarnya?” Akhirnya bertanya setelah sebelumnya melirik Han ragu-ragu. maju mundur dalam hati untuk bertanya.

Han mengemudikan mobil dalam diam.

“ Apa aku belum memberitahumu.” Jawabnya seenaknya, tidak menoleh sedikitpun.

Apa! kau sengaja ya. Jelas-jelas

penjelasan panjang lebarmu tadi hanya seputar protokoler berhadapan dengan tuan

Saga, yang semuanya sudah ku hafal di luar kepala.

“ Tuan sama sekali belum

menjelaskan pekerjaan saya.” protes kecil yang tidak berarti.

“ Kenapa kau tidak bertanya? bodoh!

Sepertinya aku salah menilaimu ya. Kinerjamu sebagai reporter sok tahu

sepertinya sudah mulai hilang.” Lagi-lagi setajam itu kata-katanya.

Apa! akukan sudah bertanya di kafe

tadi, cuma kau jawab dengan bawa-bawa mempertaruhkan nyawa.

“ Maafkan saya tuan. Selama menjadi

dewi kecantikan saya hanya menghabiskan waktu di kamar sempit saya, jadi

sepertinya jiwa sok tahu saya sedikit memudar.” Menjawab dengan nada sedikit

kesal.  Membawa nama pena yang sedari

tadi jadi bahan ejekan sekertaris Han.“Kalau tuan tidak keberatan apa tuan mau

menjelaskan pekerjaan saya.”

Ya, ya, aku tahu, seringaimu itu

muncul saat kau senang kan? Aku akan menganti nama penaku nanti. Jadi gadis buruk rupa, biar kau puas.

“ Kau akan bekerja menjaga nona

muda kami.”

“ Apa! maksudnya nona Daniah?”

Sebuah nama yang sempat mengegerkan itu. Menjaga nona Daniah? Dari apa? dia bahkan

tidak diperkenalkan ke publik untuk menjaga privacinya. Pertanyaan berseliweran

di kepala Aran.

Jangan-jangan sebenarnya dia orang

populer di negara ini?

“ Kau tidak terlalu ketinggalan

informasi rupaya.” Han bicara lagi.

“ Siapa yang tidak tahu nama itu

tuan. Sejak tuan Saga mengatakannya ke publik siapa nama istri yang dicintainya.

Apa tuan tahu, kalau nama Daniah menjadi nama no satu yang dipilih ibu hamil

untuk memberi nama anak perempuan mereka.”

Hah! Kau tidak tahu rupanya. Aran seperti menang telak satu permainan. Kemenangan yang dia klaim sendiri.

“ Apa ide menyatakan perasaan tuan

Saga  di stasiun tv terinspirasi dari

kejadian lamaran untuk tuan dulu.” Langsung menutup mulut dengan tangan. Terkejut dengan kata-katanya sendiri.

“ Tutup mulutmu!” Tegas.

Aku cari mati.

“ Maaf tuan.” Arandita langsung

bungkam setelah meminta maaf, dia tidak berani lagi membuka mulutnya bicara

sepatah katapun. Diapun berfikir, kalau dirinya sudah gila. Bagaimana bisa dia

mengungkit kejadian itu lagi.

Sial, sial aku keceplosan. Dia

tidak akan melempar ku keluar mobilkan.

“ Kau mau aku mulai memotong

gajimu, yang bahkan belum kau dapat.” Han membuka mulutnya ketika mobil masuk

ke area parkir gedung Antarna Group.

“ Tidak tuan, maafkan saya. Maafkan

kelancangan saya.”  Memohon, Han diam dan

mengacuhkan. keluar dari mobil, sementara Arandita berlari di belakangnya. Mengutuki kebodohannya bicara.

Lantai tertinggi gedung Antarna

Group.

Mimpi apa aku bisa sampai di lantai ini. Dengan pekerjaanku dulu saja mustahil aku bisa menginjakan kaki di lantai tertinggi ini.

Aran mengedarkan pandangannya. Bersitatap

dengan staff sekertaris yang langsung berdiri saat dia dan sekertaris Han

sampai di depan ruangan.

Ini pasti ruangan tuan Saga. Eh,

kenapa aku ditinggal.

Aran mematung di depan pintu,

ketika dia mendapat isyarat untuk diam menunggu. Sementara Han masuk ke dalam

ruangan. Dia tersenyum pada staff sekeeratis yang masih melihatnya dengan penuh

tanda tanya. Aran ingin melangkah bertanya, tapi diurungkan niatnya. Tuan Han

mau dia diam menunggu tadi.

Jangan membuat kesalahan Aran, atau

kau hanya akan kerja sukarela tanpa bayaran.

Arandita hanya melihat kesibukan

tiga staff sekertaris itu. Ada satu orang yang terlihat keluar masuk membawa

berkas dari sebuah ruangan yang ntah ada di mana. Dia hanya terlihat memasuki

lorong di ujung ruangan. Setelah dia duduk, dia  memberi instruksi

kepada dua orang yang ada di sampingnya.. Aran melihat semua hal itu, namun

ntah kenapa kelebatan yang terngiang di kepalanya adalah slide kehidupan masa

lalunya.

Betapa senangnya aku, kalau aku

tidak pernah terlibat dengan Tuan Han. Hari ini aku pasti sedang sibuk dengan

tumpukan berita dan foto-foto. Arandita! Bagaimana kau bisa terjerumus dan hidup

seperti ini.

Rasa sesak yang tiba-tiba muncul,

saat sesosok wajah muncul juga setelah bayangan tuan Han lenyap. Ya, nona muda putri

dari pemilik stasiun TVXX yang dulu menjanjikan kerahasiaan namanya. Cih, memang

seharusnya dia tidak mudah percaya kata-kata orang yang sedang dimabuk cinta.

Saat dia meminta pertongan, wanita itu menjanjikan uang dengan nominal yang

tidak terbayangkan. Kerahasiaan namanya, dan jaminan kalau tidak akan terjadi

apa-apa padanya. Tapi nyatanya!

Sial! Aran memaki lagi demi

mengingat wajah nona cantik itu.

Dia bahkan sekarang sudah menikah.

Aku tidak dapat uang, kehilangan pekerjaan dan harus berurusan dengan orang

seperti tuan Han. Kalau saja dalam hidup ini boleh balas dendam, rasanya aku

ingin balas dendam. Menyiram segelas air saja sepertinya sudah cukup untuk

membalasmu nona.

Hiks, hiks, Aran menagis tanpa

mengeluarjan suara dan airmata. Bagi rakyat jelata sepertinya itu tidak

mungkin. Setelah dia ditendang secara tidak hormat dari stasiun tv jangankan

bertemu dengan nona muda untuk menuntut haknya. Dia harus menghilang dan

bersembunyi seperti bayangann masa lalu. Karena muncul dan menunjukan diri sama

saja mencari mati.

Aran sempoyongan karena tiba-tiba

bahunya terdorong dengan kuat. Terjaga dari lamunan. Namun dia bisa mundur dengan cepat dan

membuatnya tidak terjatuh.

Kenapa dia kuat sekali, padahal

hanya mendorong dengan jari.

“ Kau tuli ya, kupanggil tidak

menjawab?”

Han sudah ada di hadapannya. Ntah

sudah berapa lama dia tengelam dalam pikirannya.

“ Masuk! Ingat, apa yang sudah

kujelaskan di dalam mobil tadi.” Langsung membalikan badan dan membuka pintu.

“ Baik tuan.”

Aku sudah tahu! Aku hafal di luar

kepala protokoler itu.

Dibelakang Han, Aran mengutuki

laki-laki dihadapannya dengan makian.

Bersambung