Chapter 151 Jangan terbebani

Daniah sudah selesai mandi, dia

tidur-tiduran di sofa sambil menyalakan tv. Tapi tetap, matanya hanya melihat

layar hpnya. Tidak ada pesan pembeeritahuan kapan tuan Saga akan kembali,

membuatnya hanya berdiam diri di kamar. Sesore ini dia benar-benar dibuat sangat

sibuk. Mengacak-acak mesin pencarian. Mencari potongan-potongan vidio acara

love story.

Kenapa aku baru tahu sekarang si,

ada kejadian beginian. Wahai reporter pemberani siapakah dirimu, ayo berteman

denganku.

Daniah menatap hpnya terperanjak.

Pangilan dari Raksa.

Aaaa, Raksa, kangen!

“ Jadi kamu bilang begitu ke Jen?

Bilang kalau kamu mengangapnya adik.” Rasanya Daniah bisa ikut merasakan

bagaimana situasi jen. Frustasinya Jen.  Apalagi harus berhadapan dengan Raksa setiap

hari. “ Apa jen juga setuju kamu bersikap begitu?”

Tidak mungkinkan, yang ada dia

bakal menangis dan mengigit jarinya pedih. Aneh-aneh aja si, kenapa pakai main

adik-adikan segala.

“ Dia gak keberatan, dia memang

adik ipar kak Niah yang baik ya. Senang rasanya sekarang semua orang

memperlakukan kak Niah dengan baik. Kapan-kapan kita bertemu ya, aku kangen kak

Niah. Mau traktir kak Niah. Hehe, sekarang akukan sudah punya gaji sendiri.”

Aduhhhh, polosnya adikku, menurun

dari siapa si sifatmu itu.

“ Raksa semakin keren pastinya

sekarang ya. Nanti aku kabari ya, harus minta izin yang mulia dulu.” Tertawa. “

sudah traktir ayah dan ibumu juga?” mendengarkan Raksa bercerita. Kalau dia

memilih memberikan uang tunai pada ibunya dan sebuah sepatu untuk ayah. “

Risya?”

“ Dia memintaku membelikan tas yang

harganya tiga kali lipat gajiku. Pakai acara ngambek kalau tidak kubelikan. Ah,

dia sama sekali belum berubah kak. Apalagi sekarang, karena filmnya lumayan

booming jadi tambah gila dalam penampilan.” Mengerutu. “ Untung aku gak pernah

cerita kalau kak Risya itu kakak perempuanku, kalau tidak teman-teman kampusku

bakalan heboh.”

Daniah paham, dia kerap melihat

beberapa kali artikel Risya di berita online, kemampuan aktingnya cukup diperhitungkan

selain karena wajah cantiknya. Dan yang pasti di samping itu gemerlap

penampilannya pun akan semakin sejalan dengan popularitasnya.

“ Jadi kamu belikan?”

“ Aku belikan dengan mencicil lima

kali kak!” merengek. “Kurang ajar dia memang, kalau bukan kakakku, malas aku

melihat wajah sombongnya tiap kali dia pamer kalau habis diwawancara media.”

Dulu Risyapun sudah seperti itu,

apalagi sekarang. Daniah bahkan akan berfikir aneh kalau sampai gadis itu

berubah. Saat Daniah dan Raksa masih terlibat pembicaraan tiba-tiba pintu kamar

terbuka. Jen sudah muncul memasang wajah dramatis seperti biasanya. Membuat

Daniah terkejut.

“ Sudah ya Dek.”

“ Tuan Saga sudah pulang?” tanyanya

terkejut.

“ Bukan, jen yang datang.”

“ Jen, baiklah. Salam sama dia ya

kak.”

Aaaaa, gak mau. Memang aku mau

bilang apa sama dia. Salam dari Raksa yang menggangapmu kakak. Yang ada dia

malah nangis.

Daniah hanya menjawab dengan hemmm,

lalu menutup telfon. Membiarkan Jen yang sudah duduk di sebelahnya memeluknya.

Sementara dia meletakan hpnya.

“ Kak Saga ya?” Tanya Jen melirik

hp di meja.

“ Bukan, Raksa.”

“ Aaaa, kakak ipar dia bilang apa!”

mulai memeluk Daniah sambil menguncang-guncang bahunya dramatis. “ Dia bilang

kalau aku cuma dianggap adik!” berteriak seakan meminta pertanggungjawaban

Daniah. “Kakak ipar, kenapa dia polos banget begitu si, memang siapa yang mau

jadi adiknya. Hiks, hiks.”

“ Ia, ia sudah jangan menangis.”

menepuk bahu jen lembut. “ Dia tidak mungkin mengangapmu kakak kan, jadi dia

pasti pilih mengangapmu adik.”

“ Kakak ipar!” Daniah masih

tergelak sambil menepuk bahu Jen.

Lalu Jen menceritakan semua kejadian

di kantor, dengan dibumbui banyak dramatisasi di sana-sini. “Aku penasaran, sekaligus

tidak mau tahu. Tapi aku sungguh penasaran, seperti apa pacarnya Raksa. Apa dia

semanis kakak ipar sampai aku tidak bisa mengalahkannya.”

Bagaimana menjelaskannya ini, kalau

perasaan cinta atau suka sudah milik hak paten orangnya si, mau kita bilang

seseorang cantik belum tentu orang lain akan bilang begitu. Sebaliknya kalaupun

kita bilang seseorang biasa saja, tapi ternyata dia bisa membuat pasangannya

tergila-gila.

Cukup lama jen mencurahkan semua isi hatinya,

sampai pada rencana kedepan yang ingin dia lakukan. Senekadnya dia, dia mau

menyatakan perasaannya. Walaupun tahu, bahwa hatinya sudah bertepuk sebelah

tangan sekalipun. Karena terkadang, hati akan merasa puas jika isinya tersampaikan. apapun hasil pencapaian. Sekalipun Jen ditolak, bahkan kemungkinan besar akan begitu. Namun perasaannya akan jauh lebih lega, karena isi hatinya tersampaikan.

“ Apa yang kau lakukan di sini

jen?”

Saga sudah berdiri di depan pintu.

Sementara pak Mun ada di belakangnya seperti biasa. Saking serunya yang mereka

bicarakan, tidak menyadari ada yang membuka pintu.

“ Kak Saga.” Menegakan kepalanya

dari dada kakak iparnya.

“ Apa lagi sekarang.” Saga

mengisyarakan agar pak Mun meninggalkannya, laki-laki itupun menganguk dan

keluar. Menutup pintu pelan. “Kau menangis lagi karena Raksa pada kakak iparmu?” berdecak sambil mengelengkang kepala.

“ Kak Saga, Raksa bilang akan

mengangapku seperti adiknya sendiri karena aku adik iparnya kakak ipar.” Mengadu, tujuannya supaya dibela dan dikasihani.

“ Buahaha.” Saga malah tertawa terbahak

mendengar perkataan Jen. Wajah Jen langsung cemberut. “ Kemarilah!” menyuruh

adiknya mendekat kemudian. “ Kasihan sekali kamu Jen.” Jen menurut, meninggalkan Daniah dan mendekati Saga. Memeluk adiknya di bahunya. Lalu

mengusap kepala Jen pelan. “ Berusahalah, dan tunjukan kalau kau gadis luar

biasa. Raksa pasti bisa melihat ketulusanmu.”

“ Kak Saga.” setelah memeluk Saga dia ingin kembali ke kursi lagi.

“ Sekarang, keluarlah!”

Aaaaaaa, pelit!

Daniah melambaikan tangannya, ketika Jen dengan cemberut diusir dari ruangan.

Daniah keluar dari ruang ganti

baju setelah meletakan pakaian ganti Saga, dia sudah menganti baju tidurnya dengan warna biru muda. Saga sudah duduk di atas tempat tidur bersandar pada bantal. Dia sedang

melihat hpnya. Daniah langsung beranjak naik, meraih bantal, memiringkan bantal

dan tubuhnya. Menghadap ke Saga.

Kalau aku ikut main hp gak papa

kali ya, dia juga sedang serius dengan hpnya.

Beberapa saat menunggu dan Saga masih terlihat membaca pesan-pesan di hpnya. Daniah sudah berbalik dan membuka laci meja. Tempatnya meletakan hpnya.

“ Hei, taruh hpmu.” Baru saja

Daniah menutup laci mejanya, sementara hp sudah ada ditangannya. Mendengar itu dengan cemberut dia mengembalikan lagi hp yang sudah ada

ditangannya. “ Peluk aku sini.” Kata yang mulia lagi.

“ Kenapa?” bertanya dengan heran. Jelas-jelas saat ini bahkan dia tidak mengalihkan pandangan dari hpnya.

“ Mau peluk suamimu saja, kamu

perlu alasan.” Masih memegang hp, dan matanya juga masih tertuju di sana. Tapi nada suaranya terdengar kesal.

“ Bukan begitu sayang, kenapa tiba-tiba minta peluk? Lagian kamukan masih sibuk sama hp kamu.”

serba salah sendiri. Tapi bisa menjelaskan dengan runut

“ Kau saja memeluk Jen seharian

tadi.” alasan apa itu yang di sampaikan Saga. dengan intonasi cemburu.

Apa! siapa yang memeluk jen

seharian!

Saga mendongak dari hpnya, membuat

Daniah langsung mengeser tubuhnya mendekat. Daripada panjang urusannya, lebih baik menurut. Menyilangkan tangannya dikaki

suaminya. sementara Saga belum berhenti dengan hpnya. Ntah apa yang sedang

diperiksanya.

Puas yang mulia?

Saat Daniah memindahkan

tangannya, Turun dari kaki suaminya. Saga langsung mengembalikan keposisinya semula. Walaupun matanya masih melihat layar hp.

Cih

Selang beberapa

waktu sudah terdengar dia memasukan hp ke dalam laci. Sebelum Daniah tersadar

Saga sudah menjatuhkan tubuhnya mensejajarinya. Sekarang mereka saling berhadapan.

Kenapa aku masih deg degkan setengah mati kalau dia mulai menatap dengan pandangan begitu si. Dasar hati selembek selimut.

“ Kemarilah, biar aku memeluku. Aku

ingin mencium aroma tubuhmu.” Menarik ujung rambut Daniah, lalu menciuminya.

“ Sayang.” Malu yang ada, tapi tubuhnya

mendekat. Refleks menginginkan juga. Dan Saga benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Dia mencium

setiap lekuk leher Daniah. Merasai aroma tubuh istrinya.

“ Niah.” pelan membisikan nama itu.

“ Eh ia.” Daniah langsung berdebar,

kalau Saga tiba-tiba memanggilnya dengan nama itu. Jantungnya masih berdegub sangat kencang.

Dasar hati!

“ Apa kau cemas dengan hasil

pemeriksaan kesehatanmu?”

Apa! leela tidak mengadukan?

“ Aku sudah mendengar dari Harun

tadi, semua hasil pemeriksaanmu. Dia bilang, kau cemas dengan hasilnya. Kenapa?” Saga membenamkan wajah istrinya dalam dadanya. membelai rambut bergelombang itu dengan jemarinya. Dia melakukannya berulang.

" Rambutmu masih jelek juga ya?"

" aaaaaa, apa si!" Menghancurkan suasana syahdu yang tercipta tadi. "Jangan pegang-pegang kalau begitu."

" Kenapa? aku suka rambut jelekmu ini," tertawa, sambil kembali asik bermain dengan rambut Daniah. menciuminya lagi. " Katakan, apa yang kau cemaskan?" mengulang pertanyaan yang tadi belum dijawab.

“ Tidak sayang, aku hanya sedikit kuatir,

apa pil yang pernah aku minum tidak akan berdampak apa-apa.”

Kalaupun ada, kamu berhak marah dan menyalahkanku. Aku akan menerimanya.

“ Kenapa cemaskan itu, dokter kan

sudah mengatakan semua baik-baik saja.” Kata-kata yang keluar dari Saga yang sebelumnya tidak diprediksi Daniah.

“ Ia sayang." Daniah belum seratus persen yakin dan merasa lega. masih saja dihantui perasaan bersalah.

“ Niah.”

“ Ia.”

“ Kedepannya jangan pernah terbebani

perihal anak. Aku tidak memaksamu untuk hamil sekarang ataupun nanti. Biarkan itu jadi rencana Tuhan untuk kita. Aku akan menerimanya kapanpun itu. Asalkan itu kau, yang menjadi ibu dari anak-anakku.”

Sayang, kenapa kau baik sekali

begini si. Bagaimana setiap hari aku tidak semakin mencintaimu dan serakah

akan cintamu.

" Aku minta satu hal darimu."

" Apa?" Memang apa yang bisa kuberikan, kau bahkan sudah punya semua hal.

" Tetaplah di sampingku seumur hidupmu."

Aaaaa, tanpa perlu memintapun, aku akan melakukannya.

" Sayang, bolehkah aku juga minta hal sama padamu. Jangan pernah pergi meninggalkanku."

Maaf Tuhan kalau aku sudah terlalu serakah.

Daniah memeluk suaminya erat. Terdengar Saga meraih laci, sekejap saja lampu kamar sudah padam. Hanya ada pendar cahaya dari lampu tidur di sudut ruangan. membuat nuansa temaran. Saga sudah menendang selimut sampai ujung tempat tidur.

" Ayo fokus membuatnya, jangan pusingkan apapun hasilnya." berbisik ditelinga Daniah pelan.

Aaaaaa

Bersambung