Chapter 152 Siapa Aran?

Di sebuah kontrakan sempit yang di

sewa dengan biaya cukup terjangkau kalangan menengah kebawah. Bangunan sedikit

kumuh yang bercampur dengan kawasan padat penduduk. Ada banyak kontrakan

sejenis yang menawarkan harga murah dengan fasilitas alakadarnya di sekitarnya.

Becek sedikit jika hujan turun. Bukan sebuah hunian yang akan menjadi pilihan,

jika kalian memiliki uang lebih di ibukota. Namun, tempat-tempat ini menjadi

penyelamat para pekerja dengan gaji dibawah rata-rata.

Dan kontrakan sempit inilah tempat

gadis itu bernaung, menyembunyikan diri dari dunia yang sudah lama

meninggalkannya.

Sudah dua hari lewat dari

pertemuannya dengan harimau gila itu. Aran sama sekali tidak bergerak dari

kamar kosnya. Dia delevery makanan beberapa kali. Sebagai upayanya

menyembunyikan diri. Tapi hp di atas meja , tidak bergetar selama dua hari ini.

Tidak ada pesan masuk atau panggilan telfon. Dia kerap memeriksanya. Bahkan

mungkin selama dua hari ini pekerjaannya adalah memeriksa hp.

“ Aku pasti sudah gila! Kenapa aku

kecewa dia tidak menghubungiku.” Depresi “ Aku tahu, dia tidak mungkin

menghubungiku. Dia hanya mengintimidasiku kemarin.” kembali berusaha memperoleh kesadaran diri.

Aran menjatuhkan diri ke atas

tempat tidur, bergulingan di bawah selimut tipisnya. Mengulingkan tubuh sampai

membentur dinding pembatas. Dia bahkan tidak punya ruang untuk sekedar

berguling-guling di atas tempat tidur. Kepalanya muncul dari balik selimut. Dengan

rambut terburai kesana kemari.

Tapi kenapa aku sama sekali tidak

menuliss!

Di depan laptopnya yang menyala dia

hanya mematung. Seluruh ide di kepalanya buntu. Selama dua hari ini dia hanya

bolak-balik memandang hpnya. Membuka kotak pesan, melihat daftar pangilan. Seperti

pelamar kerja yang sedang menunggu panggilan wawancara. Dia benar-benar

mendedikasikan waktu untuk menunggu sesuatu yang tidak pasti.

Seharusnya aku menulis.  Aku tahu dia hanya mengerjaiku. Laki pula

sudah gila ya, memang apa yang dia inginkan dariku. Dia bahkan punya ratusan

karyawan yang bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Lantas apa artinya

serpihan daun sepertiku ini.

“ Bangun Arandita!” berteriak

sendiri memenuhi kamar kosnya dengan teriakannya. Ntah kenapa Aran mengerutu.

Seharusnya dia senang sekertaris Han tidak menghubunginya. Walaupun jujur

dibagian hatinya yang lain dia merasa kecewa. Dengan perasaan engan dia bangun

dari atas tempat tidur. Menyeret kakinyanya menuju karpet dimana meja kecil dan

laptopnya yang sudah dua hari ini tidak dia sentuh.

Pendar cahaya laptop membias ke wajahnya.

Mengerakan mouse untuk membuka kertas lembaran putih. Dia harus menulis

sekarang. Jadwal update dua novelnya sudah ada di depan mata. Krik, krik sudah

setengah jam dia meletakkan tangannya di keyboar laptopnya. Tapi kepalanya

benar-benar tidak bisa diajak berfikir.

Aaaaaaa, kenapa aku ini.

Akhirnya Aran memilih bersandar di

tempat tidurnya. Menjatuhkan kepalanya. Menatap langit-langit kamar sempitnya.

Adegan masa lalunya menari-nari di pikirannya, terbiaskan di langit kamar. Dulu,

saat ia masih menjadi reporter di stasiun tv ternama milik konglomerat negri

ini. Stasiun TV XX yang berhasil mendapatkan wawancara khusus dengan presdir

Antarna Group saat dia menyatakan perasaannya pada istrinya.

Kejadian itu sudah sangat lama,

namun tidak akan pernah terlupakan dari ingatannya. Karena keserakahannya dan

kenekatannya. Membuat Aran harus kehilangan semuanya.

Siang itu putri pemilik stasiun tv

tempatnya bekerja mendatanginya di ruangannya. Wanita cantik yang juga telah

menyelesaikan studi bergensinya di luar negri. Dia sudah memiliki brand

kosmetik yang sangat populer di negara ini. Cantik, pintar, kaya raya dan dari

keluarga terpandang. Dia punya semua modal untuk jadi bunga di kalangan atas

pergaulannya. Tapi, kenapa gadis sesempurna dia harus jatuh cinta pada orang

yang salah.

“ Nona, anda tahukan ada aturan

yang tidak tertulis di dunia media negara ini. Bahwa Antarna Group adalah

perusahaan yang tidak bisa di sentuh secara pribadi.” Ada garis yang tidak bisa

ditembus media dalam memberitakan Antarna Group. Yaitu mengenai kehidupan

pribadi pemiliknya, yaitu Saga Rahardian Wijaya. Sudah seperti aturan tidak

tertulis, jangan menggangunya, kalau kalian mau hidup damai. Begitulah adanya.

Perusahaan sekala nasional yang ada di semua lini kehidupan. Loyalitas para

karyawan yang sudah tidak perlu dipertanyakan. Membuat media selalu menaati

batas tidak tertulis itu.

“ Bukan tuan Saga. Diakan sudah

punya pelukis Helena. Gadis sombong itu sudah seperti putri, memamerkan

hubungannya dengan tuan Saga.” Mendengus sebal, membayangkan wajah pelukis

Helena. Gadis paling beruntung di negri ini yang diperkenalkan kepada publik

sebagai kekasih tuan Saga.

“ Tapi memang itu layak untuk

dipamerkan nona.” Aran membalas ringan. Siapa juga yang tidak akan pamer kalau

punya pacar sehebat tuan Saga. Kalau dia bukan serpihan debu di dunia ini

mungkin dia juga akan tidak tahu malu untuk ikut menyukai tuan Saga.” Tapi, Kalau bukan

tuan Saga siapa lagi. Setau saya dia tidak punya adik yang diperkenalkan ke publik.”

Walaupun Aran juga tidak tahu kalau dalam pergaulan kelas atas yang terbatas. Mungkin

saja nona di hadapannya ini mengenal adik tuan Saga.

“ Sekertarisnya.” Jawaban wanita di

depan Aran seperti sambaran petir di telinga gadis itu.

“ Apa nona sudah gila!” Aran

berteriak keras, tidak perduli siapa wanita yang ada di depannya. Putri kesayangan

pemilik tempat dia mengantungkan hidup. “Nona tahu siapa dia? Walaupun dia juga

sama-sama tampan, tapi seharusnya nona jangan pernah berhubungan dengannya.”

Aran tahu siapa yang dimaksud nona dihadapannya. Laki-laki dingin yang selalu

berada di belakang tuan Saga. Saat dia mengambil foto-foto resmi presdir

Antarna Group, dia selalu melihat laki-laki itu. Dia bahkan selalu dalam frame

foto yang sama dengan tuan Saga. “ Nona carilah laki-laki normal saja.”

Wajah wanita di hadapan Aran tampak

sangat muram. Dia tahu kalau sekertaris Han memang terlihat sangat dingin dari

luar, tapi dia yakin kalau dia bisa menyentuhnya hati itu sebenarnya hangat.

“ Tapi aku menyukainya, kami sudah

beberapa kali bertemu di forum resmi. Semakin dilihat dia semakin mempesona.”

Sudah gila ya! Aran memaki dalam

hatinya.

Sekertaris Han ibarat musuh para

reporter. Dengan isyarat tangannya saja para reporter sudah tahu untuk menjaga

jarak  untuk sekedar mengambil foto. Dia

tidak segan mengambil tindakan fisik jika dia merasa ada yang menggagu kenyamanan

tuan Saga. Dan tidak pandang bulu. Dia bisa memukul laki-laki atau perempuan.

Semua gender itu sama saja baginya. Penggangu kenyamanan tuan Saga. Harus

dihilangkan.  Dan Aran paham betul, dia

harus menghindari orang seperti itu.

Setampan apapun dia, aku tidak akan

memilihnya untuk jatuh cinta.Memang aku punya nyawa berapa sampai mau berurusan dengannya.

“ Aku akan memberimu uang sekian.”

Nona muda itu menyebutkan nominal uang yang jumlahnya bisa mengugurkan

pertahanannya. Glek, Aran menelan ludah demi mengulang nominal itu di kepalanya.

Setengahnya saja bisa dia pakai untuk melunasi pinjaman pembelian rumah

orangtuanya. Dan sisanya bisa dia pakai untuk dirinya sendiri. Jiwa serakahnya,

naluri keingintahuannya, tantangan yang menaikan semangat. Berlomba memprovokasi.

Aran dikenal sebagai reporter

tangguh di stasiun TVXX. Kerjanya cepat dan juga profesional. Berani, walaupun

terkadang keberaniannya dilandasi karena kekurangan uang. Untuk itulah nona

muda itu mendatangi Aran. Nona muda itu tersenyum tipis. Dia mengenal Aran

dengan baik. Reporter satu ini bisa bekerja diluar nalar manusia biasa jika

dijanjikan uang.

“ Nona maaf, saya tidak berani.” Sepertinya

Aran belum kehilangan akal sehatnya.

Cih, dia tidak terpancing.

“ Aku yang akan bertanggungjawab

semuanya. Kau tahukan ayahku sangat menyanyangiku.” Aran mengangukan kepalanya.

“kau cukup mengambil vidio sehari-hari, dan foto-foto. Setelahnya serahkan

pada tim produksi, mereka yang akan mengatur semuanya.”

Nona, kenapa anda gila begini si.

Anda bahkan mau menyiarkannya di tv. Anda tidak tahu seberbahaya apa laki-laki

itu. Julukannya saja harimau gila. Ya, itu julukan dariku si.

“ Aku akan memberimu bonus dua kali

lipat gajimu setelah semua selesai.”

“ Nona.” Mulai tergoda saat kembali

menghitung nominal yang akan di dapat.

“ Aku yang akan menjaminmu.

Percayalah, tidak akan terjadi apa-apa. Identitasmu akan dirahasiakan.” Semakin

tergoda mendengarnya.

Dan akhirnya Aran benar-benar

melakukannya. Membuka lembaran ikatan mematikan dengan laki-laki yang dia

juluki harimau gila. Seharusnya dia tidak boleh terlalu serakah. Karena ini adalah hal yang ia sesali sepanjang hidupnya.

Bersambung