Chapter 121 Ketahuan

Daniah duduk di ruang tv di lantai

bawah, sambil selonjoran dan bermain hp. Saat dia mendengar langkah kaki dia

bangun dan mengedarkan pandangan. Kembali duduk setelah yang di lihatnya pelayan

yang masuk.

Hari ini dia mau mengadu atas sikap

sekertaris Han yang berlebihan menghukum Leela. Tapi dia tidak akan mengatakan

kalau dia bertemu helen. Dia sudah latihan beberapa babak tadi, agar tidak sampai

ketahuan. Dan semua terlihat wajar.

Cukup lama dia menunggu, sampai akhirnya

Saga muncul di ikuti pak Mun dan

juga Han di belakangnya. Daniah langsung bangun dari tiduran. Senang sekaligus

kesal melihat sekertaris itu juga ikut masuk rumah dan tidak langsung pulang.

“ Kau menungguku?” Saga menunjuk

pipinya agar Daniah memberi ciuman selamat datang.

Baiklah, kemarilah.

Setelah memberi ciuman selamat

datang, Daniah menarik tangan Saga agar duduk di sofa, dia melirik sekertaris

Han sekilas. Kesal.

“ Sayang, bisakah kamu minta dia

berhenti memukul pelayan atau siapapun yang melakukan kesalahan.” Menuding

dengan kata-kata tajam, sambil melihat sekertaris Han yang terlihat tersenyum

tipis di tempatnya berdiri.

Apa, dia tersenyum. Lihat, kalau

aku tidak membuatmu dihukum atau minta maaf pada Leela, jangan. Tidak, aku

tidak mau bertaruh apa-apa. karena aku sudah merasa akan gagal. Hiks.

Maaf Leela, melihatnya tersenyum aku sudah gagal sepertinya.

“ Kenapa?” Saga menyentuh pipi

Daniah “ Kamu melihatnya memukul siapa?” Daniah melihat sekertaris Han dengan

sorot mata puas, habis kau, aku ingin melihat tuan Saga marah padamu. “ Han.”

Saga bicara tanpa mengalihkan padangannya dari wajah Daniah.

“ ia tuan muda.”

“ Sudah ku peringatkan kan, jangan

memukul siapapun di depan Daniah lagi.”

Hei bukan begitu, dia memang tidak

memukul siapapun di depanku.

“ Saya tidak memukul siapa-siapa di

depan nona tuan muda.” Daniah sudah gemetar geram. Mudah sekali dia cuci tangan

pikir Daniah. Saga menoleh pada Daniah, tatapan hangatnya, menyusuri setiap

garis wajah Daniah.

“ Memang siapa yang dia pukul

sampai kamu sekesal ini. Aku juga tidak bisa melarangnya mendisiplinkan

karyawan. Sudah pernah ku katakan kan, kalau dia itu memang menakut kan. Jadi

biarkan saja dan jangan menggangunya.  Memang apa kesalahannya sampai kau memukulnya Han?”

Daniah tercekik, dia tidak bisa

mengatakan kalau Leela yang sudah di hukum sekertaris Han, alasannya karena dia

meninggalkan Daniah sendirian di kantor tadi,  kalau sampai Saga mencari tahu semuanya, bahkan Leela yang akan mendapat

imbas dari semuanya. Dan Daniah pasti yang paling akan menyesal.

“ Siapa yang kamu pukul Han.”

Bertanya lagi. Karena tidak mendapat jawaban apapun dari Daniah ataupun dari

sekertarisnya.

Daniah tiba-tiba memeluk Saga.

Karena situasi semakin berlari ke arah yang tidak dia inginkan. Bukannya

mendapatkan pembelaan, dia malah akan membuat situasi semakin runyam.

“ Sayang, ibu sudah kembali. Dia

membelikanku banyak sekali hadiah.” membuat Saga melupakan kata-katanya tadi dan fokus pada yang lain.

Kurang ajar, dia tersenyum lagi.

Melihat seringai titis di bibir

Han, membuat Daniah kalah lagi.

“ Benarkah? Dia sudah minta maaf

padamu?”

Daniah mengangukan kepala, masih

membenamkan kepala di dada Saga. “ Sayang, kamu juga maafkan ibu ya. Ibu sedang

di kamarnya sekarang, kami mengobrol lama tadi”

“ Baiklah. Kau mau ikut aku bicara

dengan ibu?”

“ Tidak sayang, kalian harus bicara

berdua kan. Aku tunggu di sini. bicaralah senyaman mungkin dengan ibu.”

“ Baiklah.” Membelai kepala Daniah.

“ Pak Mun panggil ibu ke ruangan kerjaku.”

“ Baik tuan muda.”

Daniah mengikuti langkah kaki Saga

sampai dia hilang masuk ke dalam ruang kerjanya. Lalu dia beralih menoleh pada

sekertaris Han.

“ Kau mau kemana sekertaris Han,

kita perlu bicara?”

“ Saya mau membuat kopi, apa anda

mau?” Berjalan ke dapur, mau tidak mau Daniah menginkuti langkah kaki Han.

Daniah memilih duduk di kursi dapur melihat sekertaris Han membuat kopi dengan

mesin kopi. “ Benar anda tidak mau?”

“ Tidak! Aku mau bicara denganmu.” Menjawab ketus.

Menunggu sampai dia selesai membuat kopinya. Lalu dia mengambil duduk

mengesernya agar menjauh dari Daniah.

“ Apa yang anda mau bicarakan.”

“ Kamu benar-benar memukul Leela

kan? Apa kau tidak tahu malu, dia bahkan adik sepupumu!” Daniah merasa perlu

melindungi Leela, atau tidak dia melakukan ini karena rasa bersalahnya.

“ Saya tidak memukul adik sepupu

saya nona. Saya menghukum pengawal anda yang tidak becus bekerja.” Lugas dia menjawab, seperti memberi tahu protokol keamanan yang sudah semestinya.

“ Apa! sudah kukatakan itu bukan

salahnya kan!” Daniah berusaha mendebat.

“ Jadi ini salah siapa?” Han terlihat mulai tersenyum tipis.

“ Ini salahku. Aku yang salah.” Daniah mengakui dengan suara lantang. bahwa semuanya adalah kesalahannya. sampai pristiwa di kantor tadi terjadi.

“ Sepertinya anda mulai belajar

sekarang. Kalau tahu ini kesalahan anda dan orang lain yang harus menerima

hukumannya. Mulai sekarang ber hati-hatilah jangan pernah melakukan kesalahan

yang sama lagi.”

Dia ini mau bilang apa si.

“ Anda mendengarnya kan?” Han

sedang mengetes rasa penasarannya, sejauh apa Daniah mendengar pembicaraan tuan

Saga dan Helen tadi.

“ Apa?”

“ Ucapan tuan Saga pada nona Helen.”

Sekelebat raut wajah Daniah berubah, namun dia langsung bersikap biasa. Terlambat,

Han menyadari itu. Bibirnya sudah tersenyum tipis melihatnya. “ Sama hal nya

tuan Saga yang hanya mengizinkan anda menyentuhnya. Seharusnya hal itu juga

berlaku untuk anda kan?”

Kata-kata Han memasuki seluruh

pikiran Daniah. Ia cukup senang mendengar itu tadi saat Saga mengucapkannya

di depan Helen. Tapi kenapa sekarang saat sekertaris Han yang mengatakannya itu

terdengar seperti ancaman.

“ Huh! Kau sudah gila ya. Apa itu

juga berlaku seperti ini.” Plak! Daniah memukul bahu Han sekali. “ Seperti ini.”

Bibirnya menyeringai. Karena melihat Han terbelalak dengan apa yang di

lakukannya. “ Apa aku tidak boleh bersentuhan dengan orang lain seperti ini.” Kali

ini memukul bahu Han lebih keras.

Nona, kenapa anda mengemaskan

begini. Aku bisa gila juga karena sikap anda yang seperti ini.

Han bangun dari duduk, membuat

Daniah mundur ke belakang kursinya.

“ Kenapa? Kau mau menghukum orang

yang ku sentuh juga. Jadi hukum saja dirimu sendiri.” Siaga untuk segera kabur

dari situasi yang mengancam.

“ Nona, apa anda mau saya daftarkan

ke musium rekor.”

“ Apa?”

“ Bagimana kalau masuk kategori

wanita yang selalu membuat orang kerepotan.” tergelak dengan ucapannya sendiri.

“ Haha, boleh, aku juga mau

memasukan mu juga, dalam kategori laki-laki menyebalkan. Tidak mau mendengarkan,

tidak mau menjawab kalau di tanya, suka main hukum orang seenaknya. ” Diakhiri dengan tawa puas Daniah.

Lihat anda semakin mengemaskan

begini kalau di ladeni. Bisa gila saya kalau tetap di sini.

Han menatap Daniah sebentar, tidak

menjawab lagi serangan Daniah. Dia berjalan berlalu begitu saja.

“ hei, aku belum selesai!” Han

melambaikan tangannya tanpa berpaling.

Apa! kenapa dia yang pergi dengan

gaya sok keren begitu. Seharunya tadi aku pergi duluan kan, biar aku yang

kelihatan keren, walaupun tidak bisa menang adu argumen dengannya.

Sekarang aku benar-benar seperti pecundang kalah karena dia yang pergi duluan.

Daniah mengigit jarinya kesal,

melihat kepergian sekertaris Han.

Sementara itu di ruang kerja Saga.

“ Duduklah bu.” Ibu yang masih

berdiri lalu beranjak duduk pelan di samping anaknya. “ Apa ibu sudah cukup

bersenang-senangnya?”

“ Maafkan ibu nak.” Menyentuh tangan

Saga, mengengamnya di pangkuannya. “ Maaf ibu sudah salah. Ibu akan berusaha

menerima Daniah sebagai istri mu.”

Saga terdengar menghela nafas

panjang. Hubungannya dengan ibunya sejauh ini lumayan baik, hingga jarang

terjadi perselisihan. Ini kali pertamanya  ibu sampai harus pergi lama karena kesalahannya.

“ Aku tahu ibu tidak menyukai

Daniah, tapi bisakah mulai sekarang ibu memperlakukannya dengan baik.” Ibu masih

terdiam. Masih di gengamnya tangan Saga. “ perlakukan dia dengan baik sebagai

bagian dari keluarga ini.”

“ Saga.” Ragu.

“ Hemm, katakanlah, apa yang mau

ibu katakan.”

“ Bagaimana kalau kamu menikah

lagi.” Saga menarik tangannya kuat, tidak suka dengan apa yang baru saja ibunya

katakan. “ Dengar kan ibu dulu, kamu tidak perlu menceraikan Daniah. Kamu hanya

perlu menikah dengan wanita yang sederajat denganmu. Biarkan dia melahirkan

anakmu.”

Aaaahhh, wajah Saga mulai terlihat

jengah.

“ Apa ibu masih mau membahas Ele?”

“ Tidak! Ibu tidak akan membahas

tentang Helen lagi. Bagaimana kalau ibu carikan wanita lain. Ibu akan mengatur

semuanya.”

“ Hentikan bu, sebelum aku

benar-benar kesal.” Saga sudah menahan sekuat tenaga emosinya.

“ Saga.”

“ Aku mencintai Daniah bu, jadi

berhentilah melakukan hal yang menggangu. Aku akan memintanya melahirkan

anak-anak ku. Ini terakhir aklinya aku mendengar omong kosong ibu tentang

pernikahanku dengan wanita lain.” setengah berteriak membuat imu mencengkram pegangan sofa.

“ Tapi, apa Daniah juga

mencintaimu. Dia selalu bilang ingin pergi dan bercerai denganmu kan.”

Ini yang ibu ingat dari semua kejadian yang berlalu di rumah ini.

“ Kalau ibu penasaran kenapa tidak

menayakannya langsung pada Daniah.”

“ Saga, ibu hanya ingin kamu bahagia

nak.”

“ Dan kebahagiaanku adalah Daniah

bu, jadi terima kenyataan itu.”

Mereka berdua terdiam cukup lama setelah mengatakan itu.

Daniah berlari menabrak pak Mun di belokan menuju ruang kerja Saga. Pak Mun melihat pintu ruang kerja yang sedikit terbuka.

“ Nona, ada apa? tuan muda dan

nyonya sedang ada di ruang kerja.”

“ Tidak apa-apa pak Mun, sepertinya

mereka belum selesai bicara. Aku tidak mau menggangu. Jadi aku mau menunggu

tuan Saga di kamar saja. Tidak perlu mengatakan padanya kalau aku mencarinya ya

pak Mun. Sepertinya pembicaraan mereka sangat serius.”

“ Baik nona.”

Daniah menepuk bahu pak Mun, lalu

dia naik tangga setengaah berlari menuju kamarnya. Menjatuhkan diri di atas

tempat tidur. Pandangannya buram, dia tidak bisa berfikir apa-apa.

BERSAMBUNG