Chapter 120 Hukuman untuk Leela

Tidak bisa di percaya Saga

benar-benar tidur terlelap dalam dekapan Daniah tanpa melakukan apapun. Rekor

yang harus di catat sejarah sepanjang hubungan mereka.  Bahkan Daniah pun jatuh sebentar dalam alam

tak sadarnya. Namun tidak lama dia tertidur karena merasa dirinya terancam. Setelah

terbangun dia tertawa sendiri, karena Saga masih terlelap dalam dekapannya.

Bahkan saat dia iseng menarik-narik telinga Saga laki-laki itu tidak mengeliat.

Dia benar-benar tertidur dengan wajah yang sangat tenang.

Setelah bangun tidur mereka makan

siang dengan suasana hangat dan nyaman. Bahkan bagi Daniah situasi ini masih

terasa canggung, namun ntah kenapa dia merasa sangat menikmati. Perasaan

malu-malu di hatinya menyeruak. Dia merasa bahagia dengan perlakuan Saga dan

hatinya menerimanya sebagai ketulusan Saga. Mungkin cacian Helen dan ancaman

Helen yang ia dapatkan tadi memang menjadi bukti semua hubungan Saga dan Helen

sudah berakhir. Hingga Daniah bisa bernafas lega. Semua ketakutannya seakan

berlarian meninggalkannya.

“ Pulanglah!” kecupan lembut di

pipi Daniah. Setelah makan siang selesai.

“ Apa aku  boleh mampir ke

toko?” Mencari celah lolos dari masa percobaan. Memanfaatkan situasi, dengan

mempertimbangkan suasana hati Saga yang sedang sangat baik.

“ Hei, kau lupa sedang masa

percobaan hukuman. Melanggar sekali saja ku anggap kau gagal dalam masa

percobaanmu ya.” Menghardik keras lewat kata-kata.

“ Maaf. Aku hanya bercanda.”

Memeluk Saga tanpa di sadari. Sepertinya akhir-akhir ini tubuhnya punya refleks

yang baik untuk menyelamatkan diri dengan baik. “ Aku akan pulang dan

menunggumu. Terimakasih sudah mengajak ku makan siang.”

“ Nah begitu kan manis." Kecupan lembut di kepala Daniah." Han ambilkan

barang-barang yang kamu ambil di ruko tadi.” Daniah binggung, mengikuti langkah

sekertaris Han. “ Kenapa kau menyimpan semua hal berhargamu di ruko?”

Daniah terkejut ketika melihat apa

yang di bawa sekertaris Han.

“ Kamu bisa menyimpan dan meletakan

itu di manapun kamu mau di rumah.” Lembut Saga memeluk Daniah yang sudah merasa

haru menyeruak di hatinya.  Kenangan berharga

milik ibunya, yang hanya bisa tersimpan di gudang di sudut rumahnya. Dan betapa

terhiburnya ia saat Saga pun menganggap itu adalah sesuatu yang berharga

baginya.“ Han akan mengantarmu ke bawah.”

“ Eh ia, makasih sayang.” Daniah

memberikan ciuman lembut di pipi Saga, lagi-lagi membuat laki-laki itu

terkejut. “ Aku akan menunggumu di rumah.”  Tidak semudah itu Saga melepaskan Daniah

setelah ciuman di pipinya. laki-laki itu merasa ciuman di pipi yang di lakukan Daniah tanpa ia minta adalah sesuatu yang sangat berharga, yang harus ia balas ribuan kali lipat.

“ Keluarlah dulu Han.” Saga menarik

tangan Daniah. Han paham lalu dia melangkah keluar, dan menutup pintu tanpa

suara.

Terjadilah, hal yang harus terjadi.

Daniah merapikan rambutnya lagi.

Dengan wajah merah padam. Dia keluar dari ruangan presdir.

Kenapa dia sensitif sekali si kalau

aku mencium pipinya. Aku kan hanya berterimakasih, kamu kan tidak perlu

membalasnya dengan seribu ciuman juga.

Leela sudah menunggu di depan

pintu. Dia menerima figura besar di tangan sekertaris Han lalu mengikuti

langkah Daniah.

“ Leela sudah makan?” di dalam lif.

Han ikut membawa kotak berdiri paling belakang.

“ Sudah nona.” Menjawab singkat

sambil mencari pandangan ke arah lain agar Daniah tidak bisa bersitatap mata

dengan nya.

“ Baiklah, kita langsung pulang ya.

Lagian aku gak bisa ke mana-mana.”

Sekertaris Han tidak bicara apa-apa

selama di dalam lif, sampai dia meletakan barang-barang di dalam bagasi

belakang dengan hati-hati. Dia membukakan pintu depan untuk Daniah. Menunggu

sampai Daniah masuk.

“ Selamat jalan nona.”

“ Terimakasih.”

Daniah melirik Leela dan sekertaris

Han bergantian, mereka bahkan tidak saling menyapa.

Dalam perjalanan pulang. Sebenarnya

Daniah ingin sekali mampir ke tokonya. Tapi mengingat ancaman Saga tadi membuat

nyalinya menciut. Dia terlihat berfikir lama, dan tengelam dalam lamunannya

cukup lama. Kembali mengingat semua kejadian yang terjadi di gedung Antarna

Group. Semua. Dari kedatangannya tadi sampai dia bertemu Helen. Daniah menoleh

pada Leela yang juga diam saja.

Hei, ada apa denganmu.

Daniah menyentuh tangan Leela

memintanya menghentikan kendaraan. Lalu dia meraih dagu Leela dia melihat pipi kiri  gadis itu memerah, bahkan ada luka kecil

di sekitar bibirnya sebelah kanan. Kalau dia menunduk atau memalingkan wajah

Daniah bahkan tidak akan menyadarinya.

“ Ada apa dengan wajahmu?”

Memeriksa dengan teliti.

“ Tidak apa-apa nona, saya hanya

terjatuh.”

Daniah mengeryit tidak percaya,

bagaimana Leela bisa memakai alasan jatuh. Kalau dia sendiri yang jatuh dia

akan percaya.

“ Jatuh, di mana? Kamu baik-baik

saja tadi. Apa sekertaris Han yang melakukan ini.”  Daniah menguncang tubuh Leela agar bicara

jujur. “ Dia yang memukulku kan.” Bicara dengan suara keras. Daniah merasa

sangat  kesal, bagaimana bisa sekertaris Han melakukan ini.

“ Tidak nona.”

Bahkan sampai akhir Leela hanya

menutup mulutnya membuat Daniah merasa bersalah.  Karena dia Leela harus menerima hukuman. Bahkan

ini bukan kesalahannya. Geram rasanya memikirkan wajah sekertaris Han, ingin

dia wajah itu karena kesal. Saat sudah sampai di rumah, Daniah segera

masuk ke dalam rumah. Meminta alat kompres untuk di tempel di pipi Leela. Dia

menarik tangan Leela untuk duduk. Di depannya sudah ada kotak obat.

“ Maaf.”

“ Nona tidak melakukan kesalahan

apapun, tidak perlu minta maaf.” Duduk diam, dan membiarkan Daniah melakukan

apapun yang ia inginkan, sekedar mengobati rasa bersalahnya.

“ Bagaimana ini bukan salahku. Aku

yang menyuruhmu turun tadikan, memaksa mu tidak mengikutiku. Cih, bagaimana dia

bisa memukulmu begini. Maafkan aku Leela.” Menyentuh pipi Leela.

“ Ini bukan kesalahan anda atau

sekertaris Han nona ini semua salah saya.”

“ Memang apa salahmu?” Berteriak

juga akhirnya. Jelas-jelas ini salahnya, begitu Daniah berfikir. Kalau dia

membiarkan leela di sampingnya tadi. Sekertaris Han pasti tidak akan melihatnya

terpojok di hadapan Helen.

“ Saya seharusnya tidak

meninggalkan anda apapun alasannya. Anda pasti takut sekali tadi.” Sorot mata

penuh penyesalan Leela semakin membuat Daniah merasa bersalah,

“ Hei, memang apa yang dikatakan sekertaris sialan itu.” Mengoleskan salep

dingin di dekat bibir Leela, dan mengusapkan perlahan dan tipis-tipis di pipi

yang memerah.

“ Nona Helen yang hampir memukul

anda.”

“ Apa dia bilang begitu. Helen

tidak memukulku Leela. Dia hanya mendorong ku ke dinding dan mencengkram

bajuku. Begini.” Daniah menarik bajunya sendiri, memperagakan apa yang di

lakukan Helen tadi. “ Dan aku tidak selemah itu kali sampai membiarkan dia

memukulku. Walaupun aku kalah besar dan tinggi darinya tapi aku juga tidak mau

di pukul sama dia kan.”

Ada apa dengannya, kenapa sekarang

dia yang telihat  sangat kesal.

“ Maafkan saya nona, saya sudah

melakukan kesalahan yang sangat besar.” Lagi-lagi Daniah merasa frustasi jika

Leela atau sekertaris Han mengatakan ini.

Cih, memang apa yang akan di

lakukan tuan Saga si kalau sampai aku terluka. Aku penasaran sekaligus takut.

“ Hei, aku tidak apa-apa.”

“ Kalau tuan muda tahu.” Daniah

langsung memotong kata-kata Leela.

“ Jangan katakan apapun di

depannya. Aku tidak mengatakan kalau aku bertemu Helen tadi padanya. Jangan

mengungkitnya. Leela sepertinya aku sudah membuat kesalahan besar ya. Maafkan

aku.” Daniah semakin merasa bersalah.

Tadinya dia benar-benar

megesampingkan semua perkataan sekertaris Han, tapi mendengar apa yang di

katakan leela, sepertinya kata-kata sekertaris Han terdengar sangat masuk akal.

“ Kalau sampai tuan muda tahu, saya mungkin tidak akan selamat dari

kemarahannya.”

Cih, aku penasaran juga apa yang

akan di lakukan tuan Saga kalau dia marah padamu. Tapi kalau sampai dia marah

padamu, bagaimana nasib karyawan-karyawan yang lain.

Sekali lagi Daniah hanya bisa

mengigit bibirnya kelu, dia merasa bagaimana Saga memperlakukannya sangat

berlebihan. Caranya mencintai, atau caranya melindunginya sampai akpan Daniah akan terbiasa dengan situasi semacam ini.