Chapter 118 Gedung Antarna Group (Part 1)

Waktu bergulir semakin siang. Han

kembali dengan perasaan cukup tenang. Dia tidak menemukan pil apapun di ruko,

jadi dia berfikir pekerjaan nona bisa di selamatkan dengan mudah. Tuan Saga

tidak akan menutup tempat itu secara paksa, dan nona bisa kembali bekerja kalau

masa hukumannya selesai.

Ketika Han masuk ke dalam ruangan

presdir, Saga masih ada di kursi kerjanya. Han senang melihatnya, berarti semua

urusan sampai siang ini berjalan sesuai rencana. Kalau semua dokumen itu sudah

selesai di tandangani, dia bisa melanjutkan semua pekerjaannya dengan cepat.

Senangnya kalau suasana hati anda

selalu seperti ini.

“ Apa itu?” Saga bangun dari duduk

saat melihat Han meletakan kotak di atas meja, di belakangnya seorang pengawal

dengan hati-hati melatakan figura besar. Dia mengangukan kepala pada Saga lalu

pamit pergi.

“ Ini sepertinya ibu nona, dan

barang dalam di kardus ini benda-benda masa kecil nona. Ada foto-foto juga.”

Han membuka penutup kardus. Mendengar itu Saga terlihat sangat antusias. Dia segera

mendekat dan duduk di sofa.

“ Kita lihat, ada apa di sini.”

Mendekat, seperti menemukan harta paling berharga di dunia. “ Haha, dia

mengemaskan sekali.” Saga memegang sebuah foto, seorang gadis kecil sedang

duduk di pangkuan ibunya. Belum terlihat mirip Daniah saat ini, tapi rambut

bergelombangnya sudah membuatnya bisa di kenali dengan baik. “ Han, masukan no

hp Daniah ke hpku. Aku mau menelfonnya.”

“ Baik.” Han bergegas berjalan ke

meja kerja Saga. Meninggalkan Saga yang sedang bermain dengan dunia masa kecil

Daniah melalui foto-fotonya. Han Mengambil hp yang pemiliknya sedang asik

dengan temuan barunya. “ Anda mau menyimpannya dengan nama siapa?”

“ Berikan padaku.” Berfikir

sebentar setalah memegang hpnya. Kira-kira nama apa yang pantas ia pakai untuk

menyimpan no Daniah di hpnya. Terlihat berfikir sangat keras. Dahinya berkerut.

Nama yang bisa mewakili seluruh perasaannya pada Daniah. Masih serius berfikir,

Han hanya mengeryit. Setelah cukup lama tengelam dalam perenungan diri akhirnya

Saga tersenyum mengerak kan jarinya, setelah menyelesaikan satu pekerjaan hebat

lagi menurutnya. Lalu dia menelfon.

“ Hallo ini siapa?” suara wanita di

sana. Pertanyaan itu membuatnya gusar.

“ Siapa? Kau tidak mengenali

suaraku?”

“ Siapa ya?” yang di sana mulai

menggangap telfon iseng.

“ Hei, Daniah kau benar-benar mau

membuatku marah!”

“ Sayang, Benar ini kamu suamiku.

Maafkan aku.” Mulai tersadar dia telah melakukan ke salahan besar. Tidak

mengenali suara yang mulia raja. “ Maaf, ini pertama kalinya aku mendengar

suara mu di telfon. Ada apa sayang?” Heran yang menyusupi sampai ke hatinya.

Kenapa laki-laki ini menelfonnya.

“ Bersiaplah, Leela akan

menjemputmu.”

“ Kemana? Bukankaah aku di larang

keluar rumah.” Daniah merasa curiga, apa ini hanya jebakan biar dia semakin

masuk dalam labirin kesalahan.

“ Siapa yang melarangmu keluar

rumah?” Saga bertanya kesal.

“ Kan kamu yang melarangku, bahkan

melarangku keluar dari pintu rumah utama.” Heran semakin datang, ada apa dengan

keisengan suaminya.

“ Lalu siapa yang menyuruhmu keluar

dari rumah?” Semakin gusar terdengar dari intonasi suara semakin meninggi.

“ Kamu juga.” Daniah menjawab.

“ Kalau begitu lakukan saja

perintahku dan jangan banyak bicara!”

“ Baik, baik. Maaf.”

Menutup telfon tanpa pemberitahuan.

“ Bodoh, aku takut dia bosan di

rumah, bukannya berterimakasih malah banyak sekali dia bicara.”

Itukan karena anda yang ribet tuan

muda. Tinggal cabut larangannya keluar rumah sudah beres semua kan.

“ Bereskan ini!” tunjuknya pada

semua benda yang dia keluarkan dari kotak milik Daniah. Han langsung melakukan

apa yang di perintahkan. “ Ini apa lagi?”  Saga menunjuk sebuah amplop besar yang juga

ada di atas meja.

“ Itu laporan keuangan nona yang

diambil dari pemakaian kartu dan rekening yang anda berikan pada nona.” Saga

penasaran. Mengambil amplop besar itu. Beberapa kertas jatuh tercecer, karena

ternyata banyak isinya. Dia bergumam pelan melihat beberapa lembar terakhir. “

Itu donasi nona ke balai kota untuk beasiswa kuliah.”

Saga memeriksa beberapa detail yang

tertulis dalam laporan itu. Nama-namaa penerima beasiswa dan gender mereka.

“ Cih, dia membantu murid laki-laki

juga, menyebalkan sekali.”

“ Nona tidak terlibat dalam

penunjukan siswa yang menerima beasiswa. Nona hanya menyerahkan kepada dewan

kota. Saya sudah memeriksa mereka tidak terhubung satu sama lain. Random

terpilih karena mereka termasuk siswa kurang mampu tapi berprestasi.”

“ Aku punya istri mulia sekali.

Tahu bagaimana menghabiskan uangku.” Mendesah kecil. Tapi dia merasakan

kebanggaan di hatinya.

“ Nona sudah memulai ini sebelum

menikah dengan anda, tapi setelah menikah jumlahnya donasinya naik hampir

sepuluh kali lipat.” Han menunjuk angka-angka di atas kertas.

“ Haha, baiklah, biarkan dia.

Asalkan dia senang. Dia pasti binggung menghabiskan uang yang ku berikan.”

Han membereskan kertas-kertas dan

memasukan kembali ke dalam amplop.

“ Sepertinya nona tidak terlaku

suka belanja-belanja barang mewah, jadi dia memakai uang yang anda berikan

untuk hal seperti ini.”

“ Manisnya, bukankah dia

mengemaskan begini. Semua orang tidak bisa tidak jatuh cinta kalau tahu dia

seperti apa.” Memukul bahu Han senang. “ Benar kan istriku mengemaskan.”

“ Benar.”

“ Hei jangan memujinya, Cuma aku

yang boleh memujinya.”

Han angkat bahu  tidak perduli protes tuannya, sambil memindahkan

semua benda yang dia bawa dari ruko milik Daniah ke sudut ruangan.

Nona memang mengemaskan dari semua

sisi, baik wajah maupun kebaikan hatinya. Untuk itulah anda sangat

menyayanginyakan.

Kekacauan terjadi menjelang

waktunya makan siang. Staff sekertaris mengetuk pintu dengan kuatir. Han muncul

semakin membuat mereka menciut.

“ Maaf tuan, ada nona Helena di

lantai bawah. Dia tidak mau pergi walaupun sudah di usir, dia bahkan

berteriak-teriak ingin bertemu dengan tuan Saga.” Tidak berani melanjutkan

informasi. Dia menutup mulutnya rapat.

Han terlihat sangat kesal, langsung

menutup pintu dan kembali menemui Saga yang sudah duduk di meja kerjanya.

“ Kenapa?”

“ Nona Helen ada di bawah dan

memaksa untuk bertemu dengan anda.” Saga terdiam lalu meletakan pena yang

sedang di pegangnya.  Dia merasa sangat

jengah. Tapi kalau dia tidak mengakhiri semuanya dengan tegas, sampai kapan pun

Helen tidak akan paham. Kalau semua tentangnya sudah berakhir. “ Biarkan dia

masuk, ini terakhir kalinya aku akan menemuinya.”

“ Tuan muda, anda tidak perlu

melakukannya. Saya akan membereskan dia.” Tahu, kalau Saga merasa tidak nyaman

dengan situasi ini.

“ Biarkan dia masuk, aku tidak mau

Daniah sampai bertemu dengannya. Katakan pada semuanya untuk menutup mulut

tentang keributan ini.” Mengusir Han dengan tangannya.

“ Baik.” Han membungkukan kepala

lalu berjalan ke luar.

Dia sudah terlihat sangat kesal

keluar dari ruangan presdir, staff sekertarisnya berjalan dengan langkah cepat

mengikutinya dari belakang.

“ Katakan pada semuanya yang

melihat kedatangan Helen untuk menutup mulut mereka. Tuan Saga tidak ingin ada

yang membiacarakan ini ke depannya.”

“ Ba, baik tuan.” Memasuki lif

rasanya dia sudah merasa susah bernafas.

Wanita tidak tahu malu itu menatap

dirinya dengan penuh kebencian. Tapi Han tidak mengubris tatapan itu.

Sedikitpun dia tidak mengangukan kepalanya.

“ Ikuti saya, tuan saga akan

menemui anda.”

Helen mengikuti Han, sementara

staff sekertaris tertinggal untuk membereskan semua kekacauan yang ditimbulkan

Helen. Mereka memasuki lif tanpa ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Han

bahkan tidak melirik atau melihat helen sama sekali. Tangannya hanya

mencengkram kesal, menahan emosi.

Pintu ruangan presdir terbuka, Han

memberi isyarat dengan tangannya agar Helen masuk. Di dalam ruangan yang mulai

terasa tidak nyaman untuk bernafas itu, Saga berdiri di dekat jendela kaca.

Menatap gedung-gedung dan langit yang membiru. Dia tahu Han dan Helen sudah

masuk ke dalam ruangannya. Tapi dia belum beranjak dari tempatnya berdiri. Dia

sedang berfikir apa yang akan ia lakukan.

Akhiri ini secepatnya, Daniah akan

datang juga, aku tidak mau sampai dia bertemu Helen apalagi kalau sampai berbuntut salah paham tidak penting.

Saga  meninggalkan tempatnya berdiri, Helen mengikuti

setiap langkah kakinya. Saat Saga sudah mendekat dan menjatuhkan diri di sofa.

Gadis itu langsung ambruk terduduk di lantai.

Han melihat tidak suka, bisa

menebak apa yang akan di lakukan helen selanjutnya.

“ Saga, maafkan aku. Aku mohon

maafkan aku.”

Cih, dia memakai senjata

terakhirnya. Berlutut dan memohon.

Han benar-benar ingin menyeret

gadis itu, menghentikannya mempermalukan dirinya sendiri dan lebih membuat Han

kesal saat melihat Saga dia terlihat tidak nyaman dengan apa yang di lakukan Helen.

“ Bangunlah! Kau sudah tidak perlu

berlutut dan memohon padaku.” Bicara tegas, tidak menunjukan tatapan simpati. Bahkan

hanya sebentar dia menatap Helen lalu dia memilih mengalihkan pandangan.

“ Saga, maafkan aku. Aku mencintaimu.”

“ Hentikan!” suaranya sudah

setengah berteriak memenuhi langit ruangan. “ Hentikan omong kosongmu sekarang.

Huh!” mendesah. “ Kurang ajar juga harusnya ada batasannya kan? Kau tahu sudah

sekurang ajar apa dirimu sekarang.”

“ Maafkan aku.” Mulai menangis dan

mencengkram lututnya. “ Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Aku

mencintaimu Saga. Maafkan aku.”

“ Aku bilang hentikan! Dua tahun

kita bersama kau pasti tahukan apa yang paling aku benci.”

Helen gemetar mengingat apa yang paling

di benci Saga. Melihat wanita keras kepala mengejar-ngejarnya dan menyatakan

cinta padanya. Padahal jelas-jelas mereka tahu Saga memiliki kekasih yang

dicintainya. Dan yang membuatnya merinding, saat ini ia melakukan hal yang

sangat di benci Saga itu.

“ Maafkan aku.” Airmata Helen

berjatuhan membasahi lututnya.

“ Bangunlah! Jangan membuatku

mengulangi kata-kataku. Duduklah di sofa.”

Helen gemetar bangun dari

berlulutnya, dengan penuh drama sambil berurai air mata dia menyeret kakinya

dan duduk di sofa. Masih mencengkram lututnya sendiri. Dia melihat Saga dengan

pandangan hangat.

“ Kau hanya ingin aku memaafkanmu

kan? Baiklah, kita anggap impas semuanya. Pergilah dengan tenang dan  hiduplah dengan baik setelah ini.” hanya ini yang bisa aku katakan untuk membayar semua kenangan kita dua tahun lalu. Saga meyakinkan dirinya.

“ Saga, aku masih mencintaimu.”

Helen tiba-tiba meraih kedua tangan Saga.

“ Lepaskan tangan anda nona!” Han

yang jauh lebih terkejut melihat apa yang di lakukan Helen. Gadis itu sama

sekali tidak perduli apa yang di ucapkan Han. Dia tetap mencengkram tangan

Saga.

“ Singkirkan tanganmu!” Saga

menepis kedua tangan Helen. “ siapa yang mengizinkanmu menyentuhku.” Marah.

“ Saga!” mulai terisak lagi.

“ Cuma Daniah istrimu yang boleh

menyentuhku!”  Suara keras Saga

terdengar. Dia bangun dari duduk. “ Pergilah! Hubungan kita sudah berakhir.”

“ Saga, ku mohon.”

“ Pergilah!” Berteriak keras. “ Kau

sudah pernah melihatku marah kan? Aku tidak mau melampiaskannnya pada mu. Bagaimanapun

dua tahun lalu kau pernah jadi orang yang sangat dekat denganku.”

Masih sesengukan Helen bangun dari

duduknya.

“ Menghindarlah kalau kita tidak

sengaja bertemu. Aku benar-benar tidak ingin melihatmu lagi.” Kata-kata itu

mengiringi langkah kaki Helen meninggalkan ruangan.  Setelah pintu tertutup Saga menjatuhkan diri

di sofa. Tangannya mencengkram pinggiran Sofa. “ keluarlah Han, pastikan dia

keluar dari gedungku.”

“ Baik tuan muda.”

Han berbalik, pandangannya melewati

meja kerja Saga.

Sial! Sejak kapan bintang di hp itu

berkedip. Aku bahkan tidak menyadarinya.

BERSAMBUNG