Chapter 116 Masa Percobaan

Matahari sudah terang di luar sana.

Semua orang di dalam rumah sudah beraktifitas sesuai dengan tugas

masing-masing. Jen dan Sofi memilih kabur bahkan sebelum mereka sarapaan. Ya,

mereka mendengar babak pertama teriakan Saga pada kakak ipar mereka. Karena tidak

tahu bagaimana akhir peperangan mereka memilih menyelamatkan diri dari pada

harus terkena serpihan ledakan.

Padahal saat keluar dari kamar

mereka masih baik-baik saja pikir mereka. Jen dan Sofi bertanya ke sana kemari,

tapi semua bungkam tentang ada kejadian apa semalam. Pak Mun tidak mau bicara

hanya bilang tuan muda dan nona baik-baik saja, sedang ada di kamar.  Saat mereka melihat Sekertaris Han duduk

dengan sarapannya di meja makan sambil membaca dokumen mereka memberanikan diri

mendekat.

“ Benar kalian mau tahu? Orang yang

sok mau tahu biasanya mati duluan lho.” Mendengar itu mereka langsung kabur

meninggalkan meja makan tanpa menyentuh sarapan. Memaki sekertaris Han ketika

sudah sampai di mobil masing-masing.

Udara segar masuk ke dalam kamar

melalui sirkulasi udara, sinar matahaaripun jatuh ke dalam ruangan. Namun Saga

sengaja menutup tirai untuk melindungi istrinya.

Pak Mun baru saja meletakan makanan

ketika Saga muncul dari kamar mandi. Sudah memakai setelan jasnya. Rambut

tersisir rapi dan semua sudah sempurna. Dia memang sangat tampan di pagi hari.

Apalagi saat suasana hatinya sedang sangat baik.

“ Sarapan anda tuan muda.”

“ Hemm. Kemarilah!” Pak Mun

mendekat ke sofa yang di duduki Saga. Dia mengeser piring agar lebih dekat, dan

mudah di jangkau. “ Aku mau bertemu dengan gadis itu, pelayan di rumah belakang

yang berteman dengan istriku.”

“ Baik tuan muda. Akan saya panggil

kan.”

“ Tunggulah di bawah, aku akan

turun setelah Daniah bangun.”

“ Baik tuan muda. Silahkan

menikmati sarapan anda.”

“ hemm.”

Pak Mun pamit lalu berjalan keluar.

Sambil beralih menatap ke tempat tidur Saga meraih gelas dan meminumnya hampir

separu. Lalu mengambil roti isi di piring. Memakannya.

Huh! Enak sekali dia tidur, apa dia

sedang bermimpi sekarang.

Terdengar gumaman-gumaman dari

bawah selimut. Seseorang mengeliat, lalu selang tidak lama dia sudah duduk.

Menarik selimut menutupi dirinya sampai ke bahu. Karena dia sadar tidak ada

apapun yang menempel di tubuhnya sekarang. Dia mengeliat, menghilangkan rasa

pegal.

“ Kau sudah bangun?” suara dari

sofa memecah konsentrasi Daniah mengumpulkan nyawa yang berterbangan saat dia

tidur.

“ Eh, ia sayang.” Menarik selimut  melindungi diri. Ingatan semalam kembali

berlarian, membuatnya waspada. Dia mengintip melalui ekor matanya bagaimana

suasana hati suaminya. lalu sadar saat melihat piring di depan Saga. Menoleh

pada jendela. Matahari sudah terang di luar sana.

Jam berapa ini? Bagaimana aku bisa

bangun setelahnya. Dia bahkan sudah sarapan. Aku pasti sudah gila.

“ Maafkan aku sayang, aku kesiangan.

Kamu bahkan sudah sarapan ya.” Mencari-cari di mana baju tidurnya berada. Tidak

di temukan di manapun matanya berkeliling. Tidak mungkinkan dia lari ke kamar

mandi dengan tubuh polos ini.

Aku kan bisa menyeret selimut ini,

ia bawa saja masuk ke kamar mandi.

“ Sudahlah! Kembalilah tidur, kau

bisa tidur lagi sampai kapan pun kau mau.”

“ Hehe, aku mau bekerja sayang.

Hari ini banyak barang yang akan masuk.”

Saga bangun dari duduk, dia sudah

menyelesaikan sarapannya. Mengambil dasi di atas meja. “ Bekerja? Memang kau mau

bekerja kemana? Lupa yang aku katakan semalam.” Tersenyum tipis, sambil melihat

dirinya dalam pantulan kaca.

Berfikir, berfikir, Daniah berusaha

berfikir keras.

“ Kau sedang dalam masa percobaan

hukuman.” Memberi informasi, karena sepertinya istrinya lambat berfikir.

Aaaaa, ia, dia melarang ku ke luar

rumah. Sial.

“ Kalau kau berani keluar rumah tanpa

izin dariku, bukan kau saja yang akan menanggung akibatnya. Pelayan dan penjaga

yang bertugas hari ini akan ikut  bertanggung jawab juga.”

“ apa?” Memang dia mau melakukan

apa.

“ Akan kupecat mereka semua tanpa

peringatan.”

“ Sayang, kamu tidak bisa memecat

mereka senaknya.” Kehilangan kata-kata karena sikap seenaknya Saga.

“Kenapa? aku yang mengaji mereka

terserah aku mau melakukan apa.”

Haha, ya, ya, kau rajanyaa yang

mulia. Hamba mohon ampun sudah menjawab anda

Daniah hanya bisa tersenyum kecut

di atas tempat tidur.

“ Kau tidak perlu mengancamku juga,

aku tidak akan berani keluar rumah.” Gumam-gumam tapi dengan suara jelas. Biar

di dengar yang mulia raja.

Saga tersenyum tipis. “ Baguslah

kau tahu, hati-hati dengan  yang kau

lakukan, karena orang lain juga akan ikut menanggungnya.”

“ Baik.” Hanya bisa pasrah.

Saga selesai dengan Dasinya, dia

mengambil hp  milik Daniah di atas meja. Melemparkan pada daniah tepat mengenai selimutnya.

Membuat selimut itu merosot dari bahunya. Menunjukan tubuh polos Daniah dengan

banyak sekali tanda kepemilikan di sana. Bertebaran di seluruh tubuh

“ Wahhh, wahhh, kau sedang

mengodaku sekarang?”

Daniah kaget melihat tubuhnya

sendiri, dia menarik selimut. Mengulungnya, mengulungnya sampai ke leher.

“ Kenapa? Mau mencicil hutangmu

pagi ini.” Bertanya sambil tergelak nakal.

“ Tidak sayang, tidak, aku baru mau

menghitung utangku, belum mau melunasinya.” Semakin rapat dia menggulung

selimutnya. Bahkan sampai melilit ke leher.

Saga mendekati tempat tidur,

membuat gadis itu meringsek mundur ketakutan.

Jangan! Jangan lagi! Aku mohon.

“ Apa yang kau lakukan, kau bisa

susah bernafas dan mencekik lehermu sendiri.” Melepaskan gulungan selimut dari

leher Daniah. “ Kenapa kamu mengemaskan begini si, aku jadi ingin memakan mu kan.”

Merapikan rambut Daniah yang berantakan.

Hah! Dia bilang apa? itu, kata-kata

itu dia tujukan padakukan.

“ Istirahatlah kalau kau masih

lelah. Aku akan menyuruh pak Mun mengirim pelayan untuk membantumu. Pindah ke

kamar nanti setelah sarapan.”

“ Ba, baik.” Daniah kehilangan

pikiran sehatnya, pikirannya sedang binggung sekarang. Mencerna sikap Saga

dengan nalar manusianya.

“ Aku berangkat ya, kemarilah,

berikan aku ciuman selamat pagi.” Saga menyentuh pipinya. Masih dalam keadaan

belum sepenuhnya sadar dengan situasi yang terjadi, Daniah beringsut dari

tempatnyaa duduk. Masih dengan selimut agar menutupi tubuh polosnya.

“ Selamat pagi sayang, selamat

bekerja.” Ciuman di seluruh bagian wajah, dan kecupan tiga kali di bibir.

Ini kami sedang main drama apa sih?

“ Istrirahatlah!”

“ Ba, baik.”

Saga teringat sesuatu dengan hp

yang dia lemparkan tadi. Dia berbalik. Membuat Daniah kembali terkejut dan

menarik selimutnya lagi.

“ Tontonlah peremian danau hijau di

chanel resmi antarna grup, tonton sampai selesai!”

“ Eh, ia, baik.”

“ Biar otakmu pintar sedikit.”

Saga tergelak meninggalkan Daniah

di atas tempat tidur yang masih tidak tahu apa yang baru saja dia alami tadi.

Tolong, ada yang bisa menjelaskan

situasi apa ini, kenapa dengannya. Semalam dia sudah seperti banjir besar yang

akan melumatku hidup-hidup. Tapi pagi ini dia sudah seperti pemain utama dalam

drama romantis.

Aku tidak sedang menunggu hukuman

matikan? Jadi aku dibaik-baikin dulu.

Saga menuruni tangga, bahkan

terdengar siulan kecil dan dendangan dari bibirnya. Dia berjalan riang seperti

pengantin baru yang baru keluar dari kamar pengantinnya.

“ Apa itu dia?” Saga mendapati

seseorang sedang berdiri di dekat sofa ruang tv. Dia berdiri sambil menundukan

kepalanya. Pak Mun di sebelahnya mempersilahkan Saga duduk.

“ Ia tuan muda. Dia Maya.”

Saga mendekat, lalu duduk di sofa.

Bersamaan sekertaris Han muncul dari ruang kerja, ikut berkumpul. Auranya

membuat suasana semakin tegang saja.

“ Perkenalkan diri mu!” Pak Mun

angkat bicara.

Maya terlihat sangat gelisah, ini

kali pertamaanya berhadapan langsung dengan majikan yang sudah setahun ini

menjadi tempatnya bekerja. Dia baru beberapa kali melihat wajah tuan muda. Tapi

itupun tidak sedekat ini. Ia terlihat gemetar mencengkram tangannya.

“ Selamat pagi tuan muda, saya

Maya. Saya bekerja di rumaah belakang, bertugas di bagian pakaian.”

Apa aku membuat kesalahan. Kenapa

sampai aku bisa berdiri di sini.

“ Kenapa takut, aku memanggil mu

bukan karena kau melakukan kesalahan.”

Mendengar itu membuat Maya bukannya

semakin tenang, tapi malah semakin gelisah. Hanya satu alasan kenapa sampai dia

di panggil, pasti karena nona. Semalam telah terjadi sesuatu di rumah ini.

Walaupun tidak ada pelayan yang berani membicarakannya. Tapi Maya tahu ada

sesuatu yang terjadi.

“ Aku hanya ingin bertemu dengan

teman istriku dan berterimakasih padanya.” Maya mendongak sebentar, melihat ke

arah Saga. Laki-laki itu tersenyum. “ Terimakasih sudah menjadi teman di saat-saat

sulit istriku datang kerumah ini.”

Kenapa dia masih pucat pasi begitu

si, memang aku semenakutkan itu apa.

Saga mendongakan kepalanya, melihat

ke belakangnya. Han sedang berdiri tidak bergeming di belakangnya. Dengan wajah

datar namun pandangannya menatap lekat gadis itu.

“ Han, kau menakutinya tahu,

berhenti melihatnya begitu. “

“ Saya tidak sedang menatapnya tuan

muda. Saya sedang menunggu anda.”

Alasan apa itu, jelas-jelas aku

lihat kau memelototinya.

“ Jangan hiraukan dia, mendekatlah.”

Maya belum bergerak.

“ Apa kau tidak dengar apa yang di

katakan tuan muda.” Han ikut bicara, geram karena Maya belum melangkah

sedikitpun. Ucapan Han semakin membuat Maya menciut.

“ Hei, kenapa kau berteriak

padanya. Sudah kubilang kau menakutinya. Tutup mulut mu Han, mau kusuruh kau

pergi.”

“ Maaf tuan muda.”

Jatuh cinta pada gadis ini baru tau

rasa kau nanti, pikiran liar Saga berlarian.

“ Maafkan saya tuan muda.” Maya

berjalan mendekat. Saat ini dia benar-benar bisa melihat wajah tuan Saga dengan

sangat jelas. Bukan hanya sekedar di tv atau di internet. Dia memang terlihat

sangat sempurna dan tampan. Gumam Maya dalam hatinya penuh kekaguman. Tapi

buru-buru dia menundukan matanya lagi saat matanya  bertemu dengan

sekertaris Han di belakangnya.

“ Apa yang  biasanya dibicarakan istriku?”

“ Nona banyak cerita tentang

pekerjaannya, dan adiknya.” menjawab dengan cepat.

“ Dia tidak membicarakan ku.”

Hah! Pertanyaan apa ini? Aku harus

menjawab apa ini.

“ Nona jarang bercerita tentang

kehidupan pribadinya tuan muda. Maaf.”

Seperti yang ku duga. Di rumah ini

tidak ada yang tau dia minum pil kontrasepsi. Dia pasti menyimpannya rapat

seperti menyembunyikan aibnya. Baiklah, karena kau anak yang baik, aku akan

membiarkan kalian tetap berteman.

“ Baiklah. Sepertinya kau juga

tidak tahu apa-apa. Pak Mun pindah tugas kan dia untuk melayani Daniah mulai hari.”

Maya mendongak terkejut, yang baru

dia dengar tidak salahkan.

“ Baik tuan muda.” Pak Mun

menjawab.

“ Tugasmu hanya satu, pastikan

Daniah tidak melakukan sesuatu yang bisa membuatku kesal. Aku akan melipat

gandakan gajimu jadi bekerjalah dengan benar.”

Duarr, tugas macam apa itu.

Lagi-lagi Saga berfikir semua orang seperti sekertaris Han, yang tahu

menafsirkan walaupun hanya dengan mendengar desahannya saja. Maya kebingungan

dengan tanggung jawabnya apa, tapi dia tidak berani bertanya. Dia hanya perlu

menjawab baik kan.

“ Ba, baik tuan muda.”

Semoga ada yang bisa menjelaskan maksud

perintah tuan muda nanti.

BERSAMBUNG