Chapter 115 Mengerti semuanya

Sudah lewat tengah malam. Dia baru

selesai dengan urusannya. Di sampingnya Daniah langsung jatuh tertidur dan

tidak berdaya. Saga mengacak-acak rambut istrinya yang memang sudah terburai ke

mana-mana. Dia tergelak menyusuri bibir mungil dan tipis itu. Di ketuk-ketukan

jemarinya di pipi istrinya. Lalu menyelipkan kembali rambut Daniah ke belakang

telinganya.

“ Terimakasih sudah mencintaiku.”

Satu kecupan lembut di kepala Daniah. Lalu dia menarik selimut sampai leher.

Melindungi istrinya dari udara yang yang akan menciumi tubuh polosnya. Lalu

setelah menyelesaikan pekerjaan yang menurutnya luar biasa itu, dia turun dari

tempat tidur. Memakai lagi bajunya yang terserak di lantai.

Jegrek! Pintu terbuka. Saga menoleh

untuk kedua kalinya, melihat istrinya yang sudah terlelap kelelahan di tempat

tidur. Dia tersenyum senang. Saat memutar kepalanya mau keluar.  Dia terlonjak kaget saat keluar dari kamar setelah membuka pintu.

“ Kau di sini?” Han bangun dari

duduk tepat di depan pintu, begitu pula pak Mun yang mengangukan kepala. Gurat

kuatir masih tergambar jelas di wajahnya. Ya, semakin bertambaah usianya

memang banyak yang ia harus kuatirkan. Apalagi kalau berurusan dengan tuan

dan nona mudanya.  “ Kalian tidak tidur?”

bertanya heran. Memang siapa yang menyuruh kalian berjaga semalaman begini,

gumam Saga bingung.

Apa aku terlihat segila itu tadi

waktu masuk kamar, sampai pak Mun sekuatir itu.

“ Apa anda butuh sesuatu tuan

muda?”

“ Aku hanya ingin minum air

dingin.”

Sejak kapan kedua orang ini duduk di depan

kamar. Apa mereka mendengar semua? Sial, tidak mungkin mereka tidak

mendengarkan. Saga mengeram jengkel sendiri.

“ Kau menyuruhnya datang?” bertanya

pada Pak Mun menunjuk Han dengan matanya.

“ Dokter Harun yang menghubungi

saya tuan muda.” Han meraih pegangan pintu yang belum tertutup, dia melongok

kan kepalanya ke dalam kamar. Memastikan semuanya baik-baik saja.

Saha menendang kaki Han tiba-tiba,

membuatnya refleks mengaduh karena terkejut. “ Jangan melihat istriku! Dia

sedang tidak pakai baju bodoh!”

Han mengeryit, mengibaskan kakinya,

bahkan Daniah hanya terlihat ujung kepalanya saja. Rambutnya saja yang terlihat

nongol di ujung selimut. Tidak lebih. Mau dia pakai baju atau tidak selimut

tebal itu juga menghalangi pandangan Han. Dan dia masih manusia normal yang

belum bisa menembus benda padat pandangannya.

“ Saya hanya ingin memastikan kalau

nona masih hidup tuan muda. Lagi pula hanya rambutnya yang terlihat dari sini.”

bicara santai sambil menutup pintu tanpa suara. Merasa tenang saat melihat

Daniah terlelap di tempat tidur, bukan sedang menangis atau merintih di pojokan

kamar. Ntah apapun yang dipikirkannya tadi sepertinya hanya ketakutan tak

beralasan.

Seharusnya aku tahu itu kan,

perasaan tuan muda pada nona bukanlah main-main. Dia tidak mungkin menyakiti

wanita yang dia cintai.

“ Kurang ajar!” menendang kaki Han

lagi kali ini lebih keras. “ Memang apa yang di katakan Harun sialan itu.”

Berjalan meninggalkan kamar, dia menoleh pada pak Mun yang masih mengikutinya. “Pak

Mun, pergilah tidur, kau butuh istirahat, Han yang akan menemaniku.” Han

mengibaskan kakinya, tendangan yang kedua cukup menyakitkan sepertinya.

“ Baik tuan muda, anda juga segera

istirahat jika sudah selesai.” Mengangukan kepala lalu berlalu menuju tangga.

Ia menguap setelah jauh berjalan. Sepertinya dia juga lelah.

“ Jangan melihat istriku kalau dia

sedang tidur.” Saga mendorong tubuh Han di depannya. “ Cuma aku yang boleh

melihatnya.”

“ Baik, baik tuan muda. Maafkan

saya sudah mengintip tadi.”

Cih, memang apa yang bisa kulihat

dari ujung kepalanya nona Daniah.

Han dan Saga berjalan ke sofa di

dekat area tangga. Biasanya jarang yang menduduki kursi ini. Saga menjatuhkan

dirinya, langsung menyandarkan kepala, dan memijit punggung lehernya.

Sepertinya dia kehabisan energi juga.

“ Ambilkan  aku air dingin.”

“ Baik, tunggu sebentar.” Han

meninggalkan Saga, berjalan cepat menuruni tangga. Menuju kulkas yang ada di

dapur. Mengambil sebotol air.  Tidak

butuh lama ia sudah muncul lagi. “ Silahkan tuan muda.”

“ Duduklah!”

Han duduk di sofa, di samping kanan

Saga. Menerima botol yang hampir separuh di minum lalu meletakannya lagi di

atas meja. Melihat tuan mudanya. Mereka-reka semua yang terjadi di dalam kamar

tadi.

“ Apa kau langsung berlari kemari

setelah Harun menghubungi mu.”

Ya, itu pasti. Han langsung berlari

setelah mendapat telfon dari dokter Harun. Sepanjang jalan dia mengutuki

dirinya. Ketidak becusannya. Bagaimana hal seperti ini bisa lepas dari

perkiraannya. Dia tidak pernah berfikir kalau Daniah sampai seberani ini

melakukan hal besar seperti minum alat kontrasepsi pencegah kehamiilan.

Walaupun di awal-awal Saga memang tidak pernah membicarakaan tentang anak, tapi

dia tidak menduga kalau Daniah sudah mengantisipasi semuanya.

Sepertinya aku sudah meremehkan

keberanian anda nona.

“ Maafkan saya tidak memprediksi

kemungkinan tentang pil kontrasepsi ini.” Mengakui kesalahan, yang sebenarnya

bukan kesalahannya juga. Jelas-jelas orang yang tidur setiap malam di

sampingnya saja tidak tahu. Apalagi dirinya.

“ Cih, banyak hal yang luput dari

pandanganmu sekarang. Apa kau sudah kehilangan ketajamanmu.” Mengejek, padahal

tanpa di bilangpun harga diri sekertaris Han sudah terluka. Dia sudah

kecolongan satu langkah.

“ Maafkan saya tuan muda.”

“ Sudahlah! Toh ini bukan salahmu.”

Han memandang Saga sebentar, ragu

mau bertanya. Tapi dia harus bertanya jugakan, untuk membuat rencana ke

depannya. Bagaimana hubungan Saga dan Daniah.

“ Anda tidak memukul nona kan tuan

muda?” kuatir. Sebenarnya tadi dia tidak mendengar Daniah berteriak atau suara

pukulan dari dalam kamar. Tapi dia hanya ingin memastikan.

“ Kau gila ya sampai menanyakan hal

seperti itu.” Gusar menjawab. “ Memang aku pernah memukul perempuan, kau yang

suka main pukul kan?” berteriak mengebu-gebu.

Ya, aku cuma menyentil keningnya

si, sampai dia mau menangis.

“ Maafkan saya tuan muda yang tidak

memahami anda.” Merasa bersalah.

Tapi, cinta selalu membuat orang

bodoh dan gilakan, siapa tahu saking emosinya anda memukul nona kan. Saya kan

hanya ingin memastikan.

“ Tadi, dia mengatakan semuanya

padaku.” Mendesah, mengingat kembali semua apa yang di katakan Daniah. Tentang

alur cerita hidupnya, atau tentang skenario dirinya dan helen. Saga tergelak. “

kau suruh saja dia menulis novel nanti.”

Han baru kali ini susah menangkap

apa yang coba di sampaikan Saga.

“ Dia bahkan tidak menonton seluruh

acara peresmian, dia berfikir aku melamar Helen di sana.”

Apa! tunggu Nona Daniah tidak akan

sebodoh itukan.

“ Apa yang kau pikirkan? Kau sedang

mengejek istriku kan?” memukul bahu Han yang terlihat mengeryitkan wajah. “ kau

sedang berkir dia bodoh kan?”

“ Haha, mana mungkin saya seberani

itu tuan muda berfikir tentang nona.” Padahal mah iya, itu yang dia pikirkan.

“ Dia memang sebodoh yang kau

pikirkan si.” Kedua orang itu tertawa senang. Seperti menemukan satu lawakan

yang membuat keduanya sepakat.  “

Bagaimana dia sampai sebodoh itu berfikir aku melamar Helen di peresmian danau

hijau ya. Benar kan? suruh saja dia buat novel.” Saga tertawa lagi. “ tapi aku

senang dia sebodoh itu, kalau tidak, mungkin hubungan kami tidak akan meningkat

sampai tahap ini.”

Kedua orang itu sepertinya sangat

senang sekali. Mereka masih bicara kemana-mana, sampai Saga menguap dan menutup

mulutnya dengan tangan.

“ Anda pasti sudah mengantuk kan,

sebaiknya anda kembali ke kamar.”

“ Hemm, tidak usah pulang, tidurlah

di kamar tamu di bawah, sudah hampir pagi juga.”

Saga meninggalkan tempat duduknya

di ikuti Han. Sesampainya di depan pintu, baru saja memegang handle pintu dia

berbalik lagi.

“ Dimana ibu sekarang?” sepertinya

sudah cukup dia menghilang, amarahnya pun sudah menguap. Sudah saatnya ibunya

kembali.

“ Siang tadi nyonya baru kembali

dari negara XX, sekarang sedang menginap di hotel.”

“ Huh! Sepertinya sudah cukup dia

bersenang-senang. Suruh dia kembali menemuiku besok.” Pintu terbuka. Saga sudah

masuk.

“ Baik tuan muda. Setiap hari

nyonya menghubungi dan menanyakan apa kemarahan anda sudah reda dia pasti

senang bertemu anda kembali.”

“ Baiklah, tidurlah, jangan lupa

katakan padanya, untuk membawa hadiah spesial untuk Daniah “

“ Baik.”

Pintu tertutup saat Han sudah

mengangukan kepalanya. Dia meninggalkan pintu kamar, menguap juga dua kali saat

menuruni tangga. Menuju kamar tamu di lantai bawah.  Sesampainya di kamar dia tidak langsung

tidur. Duduk di sofa di depan tempat tidur. Mengambil pena dan juga kertas.

Pil kontrasepsi, bagaimana aku bisa

seceroboh ini. Tidak, bukan itu, tapi aku tidak percaya anda akan seberani ini

nona. Wahh, wahh, apa perlu aku mendaftarkanmu ke musium rekor, pasti banyak

gelar yang bisa kau dapat.

Gadis paling berani yang menantang

tuan Saga. Dan parahnya bagaimana sampai Tuan Saga pun memaafkan anda dengan mudah begini.  Mungkin gelar gadis mengemaskan yang bisa

menaklukan hati tuan Saga juga pastas untuk mu.

Han menyudahi pikiran ngawurnya.

Sekarang yang harus di lakukan  kedepannya adalah konsultasi ke dokter

kandungan dan mengawasinya 24 jam. Merepotkan sekali anda nona.

Han mengetikan pesan di hpnya “

Periksa rekaman mobil nona Daniah.”

Pagi sebentar lagi datang, Han

menjatuhkan tubuhnya dan menarik selimut. Masih sangat panjang saat untuknya

memikirkan dirinya sendiri.

Di tempat lain, di waktu yang

hampir bersamaan dengan pertengkaran Saga dan Daniah.

Hari ini Helen tidak sanggup melangkahkan

kaki pulang ke rumah atau kembali ke galerynya. Nyawanya seperti terburai

menjadi serpihan, bertebaran satu persatu meninggalkanya. Dia kehilangan

tempatnya untuk menangis. sampai akhirnya ada yang mengangkat telfonnya dan mau

membuka pintu untuknya di tengah malam yang sudah lewat ini.

“ Ibu.” Helen menangis di bibir pintu

yang terbuka. Wanita yang membukakan pintu terkejut dengan penampilan Helen

yang sangat berantakan.

“ Kenapa denganmu. Masuklah.” Dia

menarik tangan Helen, mendudukannya di sofa, lalu mengambilkan segelas air. “

Helen ada apa denganmu?”

“ Aku ingin mati saja bu, aku mau

mati saja, sekarang sudah tidak ada harapan yang tersisa dengan Saga lagi.”

Ibu mendesah, mendengar nama

anaknya di sebut. Hari ini pun dia masih belum mendapat kesempatan untuk

pulang. Sudah hampir dua minggu sejak kejadian ulang tahunnya. Dia butuh waktu

selama ini agar suasana kembali normal lagi. Dan selama waktu ini dia menyadari

siapa Daniah, bagaimana posisi gadis itu di hati Saga.

Dia tidak akan berani melakukan

apapun lagi perihal Helen. Ibu sudah mulai menyadari siapa wanita berharga yang

akan di bela Saga. Dan walaupun dia tidak rela, tapi ibu menyadari berperang

dengan Saga hanya dirinyalah yang akan kalah. Bahkan sebelum dia memulai perang

juga.

“ Helen.” Ibu menepuk punggung

gadis itu. “ Aku akan selalu menyukai mu. Tapi maaf, ibu tidak bisa mendukungmu

lagi. Tidak ada tempat lagi tersisa di hati Saga untuk mu.”

“ Ibu!” Helen berteriak memukul

punggung wanita yang memeluknya. “ Jangan lakukan ini bu, hanya ibu yang bisa

menolongku.”

Wanita itu hanya terdiam, dia hanya

mengusap pungguh Helen dan membiarkannya menangis lama. Bahkan sampai gadis itu

terlelap kelelahan.

Dia tahu, walaupun dia bukan ibu yang memahami anaknya. tapi kalau Saga sudah marah dan sampai menyuruhnya pergi menghilang untuk waktu yang lama. sesuatu yang ia bela, itu adalah sesuatu yang sangat penting baginya. Daniah adalah hal paling berharga yang ia lindungi sekarang. untuk itulah ibu tahu harus menyerah.

Dia melihat satu koper besar di sudut ruangan. semua itu adalah barang yang dia beli khusus untuk Daniah. Dia harus melakukannya walaupun belum rela.

Bersambung