Chapter 114 Pertengkaran di tempat tidur (Part 2)

Masih di atas tempat tidur. Babak

baru pertengkaran di atas tempat tidur masih akan berlanjut. Tidak tahu akan

menjadi singkat atau semakin bertele-tele. Apa mereka akan kembali saling

berteriak sampai urat saraf mereka menonjol.

Daniah membuka matanya ketika

tangan Saga malah  terasa menyentuh

kepalanya. Alih-alih yang dia takuti akan di pukul. Dia menepuk kepala Daniah,

tapi bukan tepukan lembut seperti biasanya. Menyadarkan Daniah bahwa dia sama

sekali belum selamat. Dia masih dalam situasi genting, belum melewati garis

selamat. Dia atau keluarganya masih berada di bibir jurang.

“ Maafkan aku, aku pasti sudah gila

bicara yang tidak-tidak.” Sadar akan kesalahannya Daniah kembali memohon. Saga

masih terdiam, dia hanya menurunkan tangannya. Meraih dagu Daniah menghadapkan

wajah gadis itu ke hadapannya. Daniah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Kali ini dia kehilangan keberanian.

“ jadi kau menyukaiku? Sudah jatuh

cinta padaku.”

Apa! kenapa hanya itu yang kau

tangkap dari pembicaraanku. Bukan itu poinnya tuan muda.

“ Sejak kapan? Sejak kapan kau

mulai menyukai ku?” mulai bertanya lagi, hanya mengambil inti yang mau di

dengarnya saja. Kalimat panjang-panjang yang di keluarkan Daniah dengan segala

keberanian tadi tidak dia tanggapi. “ Jawab!”

“ Aku juga tidak tahu!” setengah

berteriak karena frustasi sekaligus merasa malu.

Sejak kapan aku mulai menyukai

laki-laki yang seharusnya tidak boleh aku sukai ini.

Laki-laki yang melemparkan surat

perjanjian sebelum pernikahan, suami yang memperlakukannya seperti pembantu.

Namun di akhir-akhir ini, Daniah seperti kecolongan, dia seperti di khianati

hatinya sendiri. Dia tersentuh dengan ucapan lembut suaminya. Terlena dengan

kehangatan tubuh dan  sentuhan lembutnya

di tempat tidur. Daniah hanya bisa mengutuki kecerobohan dirinya. Lebih

parahnya lagi, kenapa dia sampai mengakuinya di depan Saga.

“ Maafkan aku sudah lancang

menyukaimu, aku menyalah artikan semua sikap baik mu akhir-akhir ini. Aku akan

menutup hatiku rapat. Aku akan .”

“ Apa!” mencengkram dagu Daniah

kuat. “ Kau mau apa? menutup hatimu rapat? Jadi kau mau berhenti mencintaiku.”

Daniah mengangukan kepalanya cepat,

dengan tangan Saga masih mencengkram dagunya. Dia akan melepaskan Saga kembali

kepada Helen. Toh seperti itu semestinyakan. Seluruh penduduk negri ini juga

pasti tahu setelah peresmian danau hijau siang tadi. Dan dia bukan wanita tidak

tahu malu. Berharap berada di samping Saga padahal dia tahu dia tidak di

cintai. Akan semenyedihkan apa hidup yang harus ia jalani. Bahkan pasti jauh

lebih parah dari sekedar ia di anggap sebagai pembantu.

Cletak! Sentilan keras di kening

Daniah membuat gadis itu mengerang.

“ Sakit.” Dia menjatuhkan kepalanya

di dada Saga, buru-buru dia menggankat kepalanya. “ Maaf, maafkan aku.” Daniah

memilih memalingkan wajah mengusap keningnya berulang dengan rambutnya. Panas

dan ngilu masih menjalar.

Dasar jahat! Kenapa menyentilku.

Memang salahku apa? memang kau mau aku tetap menyukaimu. Tertawa melihatmu

bahagia bersama helen!

“ Memang siapa yang mengizinkanmu

untuk berhenti menyukaiku?”

Apa? memang maumu apa? kau mau

menikahi Helen tapi tetap menyuruhku menyukaimu. Apa kau mau punya dua istri.

Sudah gila ya!

Daniah menepis tangan Saga yang

menyentuh bahunya, karena dia masih merasa kesakitan.

“ Kau menolak ku lagi?” belum

menguap kesal, sudah semakin kesal, karena melihat tangannya di tepis.

“ Ia! Ini sakit tahu!” mengusap

keningnya di depan wajah Saga

Daniah tidak berfikir jernis karena

masih fokus pada keningnya. Dia bahkan menjawab seenaknya apa yang di katakan

Saga.  Ini sentilan ke dua kalinya Daniah

merasa sangat kesakitan, waktu pertama dia bahkan tidak berani mengusapnya.

Sekarang sengaja di depan Saga ia usap keningnya, menunjukan kalau dia

kesakitan.

“ Kau akan berhenti menyukaiku?” menarik

tangan Daniah agar mendekat padanya.

Benar, sentilan ini bukan akhir

masalah. Dia kan manusia paling sensitif dan pendendam di muka bumi ini. Tidak

mungkin hanya akan selesai dengan satu sentilan di keningku.

“ Maafkan aku.” Kembali duduk

bersimpun di samping Saga melupakan rasa sakitnya. “ Tuan Saga.” Daniah memakai

panggilan yang dulu dia pakai secara formal memangil Saga. “ Maafkan saya yang

minum pil kontrasepsi. Maafkan saya. Hukumlah saya, tapi saya mohon lepaskan

keluarga saya. Ini semua kesalahan saya. Saya mohon belas kasih anda tuan.”

Saga meletakan tangannya di leher

Daniah. “ Kau hebat sekali ya. Padahal kau sendiri belum tentu selamat, tapi

masih memikirkan orang lain.” Hanya mengunakan satu tangan untuk mencengkram

leher sudah membuat Daniah tersengal dan terbatuk. Dia melepaskan tangannya.

Saga kembali menyandarkan tubuhnya menarik kakinya dan membiarkan Daniah

mengatur nafas. Melihat gadis itu terbatuk sambil mengusap leher dan dadanya. “

Nyalimu besar sekali Daniah.”

“ Maafkan aku tuan, maafkan aku.

Aku salah, aku mohon lepaskan keluargaku, aku akan menanggung semua kesalahan

pil kontrasepsi itu. Silahkan hukum aku.” Tangan Daniah sudah terkatup di depan

dadanya. Mengusap-usapkan kedua tangannya seperti anak-anak yang memohon pada

orang tua mereka setelah melakukan kesalahan besar. “ Anda bisa menceraikan

saya kapan pun anda mau. Saya akan pergi tanpa membawa apa pun, hanya pakaian

saya pribadi yang akan saya bawa. Saya akan pergi dan mendoakan kebahagiaan

untuk anda.” Ntah kenapa cuma ini yang bisa di pikirkan Daniah. “ Saya akan

berhenti dan menutup hati saya rapat dan melupakan anda.”

Dia sudah melamar Helen pasti siang

tadi, hanya tinggal menunggu waktu saja kan.

Mendengar apa yang di ucapkan

Daniah Saga tertawa, membuat Daniah menciut dan mengerutkan wajahnya. Dia

mundur perlahan. Ingin menyelamatkan diri, karena merasa aura mengancam dari

pandangan Saga. Tapi terlambat tangan Saga sudah menyentuh bahunya,

mendorongnya kuat sampai dia terjerembah. Tangan Daniah meraba-raba mencari apapun

yang bisa dia pakai sebagai perlindungan. Tidak ada yang bisa ia raih. Saga

sudah menjatuhkan  semua bantal dan

selimut ke lantai. Dia hanya bisa mencengkram seprei tempat tidur.

“ Apa kau sudah selesai mengarang

novelnya? Panggil aku sayang!” Berteriak memenuhi langit-langit kamar. Sekarang

Saga sudah duduk bertumpu pada lututnya di atas tubuh Daniah. “ Panggil aku

sayang!”

“ Ba.. baik sayang.”

Dia mau apa di atasku! Mau

menindihku dengan tubuh besarnya!

“ Hei Daniah istriku tersayang, kau

suka panggilan itu?”

Apa! kau masih bisa bercanda di

situasi mematikan seperti ini. Tergelincir sedikit saja lutut mu, ngeek!! Aku

akan mati tergencet tahu!

“ Ia, ia, aku senang. Senang

sekali. Saking senangnya aku ingin terbang ke langit tinggi dan pergi bebas ke

angkasa.”

“ Apa! Pergi bebas? Kau bilang mau

kabur?”

“ Tidak, tidak sayang, itu hanya

kata kiasan.”

Kenapa kau bodoh sekali si, itu cuma

kata kiasan basa basi.

“Dengarkan ini dengan telingamu dan

masukan dalam hati mu.” Menunjuk dada daniah dengan telunjuknya. “ Aku adalah

aturan yang harus kau patuhi.” Daniah mengangukan kepala dalam posisinya

berbaring. “ Kalau aku bilang ia, maka artinya?”

“ Ia, artinya ia.”

“ Benar, jadi dengarkan ini. Mulai saat

ini aku melarangmu bicara tentang Helen.” Saga menyusuri rambut Daniah dan

sampai ketelinga. Memainkan daun telinga yang sering ia lakukan seperti

biasanya “ Aku akan melipatkan hukumanmu dua kali lipat kalau kau menyebut

namanya.”

“ Ia.”

Tapi, kau akan menikah dengannya

kan?

“ Aku melarangmu bicara tentang

cerai tidak aku melarangmu walaupun kau hanya memikirkannya.”

“ Kenapa?”

Saga meletakan tangannya di leher

Daniah lagi. Mengingatkan pada gadis itu apa yang baru saja terjadi saat dia

tersengal tadi.

“ Apa aku menyuruhmu bertanya?”

“ Maaf. Ia.”

Tapi toh kau akan menceraikan aku

kan?

“ Dan kalau kau  sampai berhenti mencintaiku, akan kuhabisi

keluargamu mulai dari adikmu. Dengar?”

“ Ia.”

Saga menjatuhkan tubuh di samping

Daniah, mengangkat kakinya memeluk Daniah. “ Cintai aku dengan semua perasaan mu.

Tambahkan setiap hari. Aku mau kadar cintamu bertambah  setiap hari.” Memberi kecupan keras di leher

yang menyisakan noda merah. “ Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau berani

menutup hatimu lagi.”

“Tapi, Helen.”

“ Aaaaa, sudah kubilang jangan

menyebut namanya lagi kan!”

“ Ia, ia maaf.” Daniah sudah

memiringkan tubuh, membenamkan wajah di dada Saga. Melingkarkan tangannya

memeluk pinggang suaminya. Dan saga mencium kepala Daniah berulang.

Apa ini artinya amarahnya sudah

hilang? Aku sudah bisa bernafas lega kan? Persetan dengan lamarannya pada

Helen. Terserah dia akan mengusirku kapan, aku harusnya cukup senang selamat

malam ini kan.

“ Tapi, aku belum mengampunimu

dengan pil kontasepsi itu.”

Aku tahu itu, kau iblis

pendendam!

“ Aku tidak akan menghukum

keluargamu tentang pil kontrasepsi itu. Aku hanya akan menghukummu.”

Apa aku harus senang dan

berterimakasih sekarang?

Saga menarik kedua tangan Daniah  yang melingkar di bahunya ke atas kepala gadis

itu. Mengengamnya erat hanya dengan satu tangan. Sementara tangan yang satu

menyentuh dagu, lalu ia membuka mulutnya dan mulai mencium daniah. Makin dalam

dan dalam. Tubuh mereka mengeliat. Melepaskan semua emosi yang mereka rasakan.

“ Hemm. Hemm.”

Bukankah artinya aku sudah

dimaafkan kalau seperti ini. Daniah terus bergumam dalam pikirannya.

Bibir Saga sudah turun ke leher dan

bagian depan Daniah, dia terhenti setelah meninggalkan bekas merah di bagian

dada. Membelai lembut pipi gadis itu.

“ Berapa pil yang sudah kau telan?”

bertanya sambil menyeringai, menyadarkan Daniah kalau suaminya tentu tidak akan

melepaskan masalah pil itu semudah ini.

“ Aku tidak tahu, aku tidak ingat.”

Merasa malu, dia bahkan tidak mau menghitung berapa jumlah pil yang dia minum.

“ Sebaiknya kau ingat-ingat, karena

sejumlah itulah kau harus membayarnya setiap malam.”

Apa! Apa yang dia bilang.

“ Sa, sayang. Aku.”

“ Kalau kau belum melunasi hutangmu

jangan harap kau bisa mendapatkan kebebasan mu.”

“ Sayang, kamu tidak seriuskan? Aku

bahkan tidak ingat harus menghitung dari mana?”

Tangan Saga sudah aktif bergerak,

menyentuh bagian sensitif Daniah. Dia mengaangkat wajahnya. “ akan kusuruh pak

Mun membantumu menghitung!”

“ Hah! Aku ingat, aku ingat harus

menghitung dari mana.” Sudah gila apa sampai membiarkan Pak Mun dan dirinya

bekerja menghitung hari-hari dia minum pil kontrasepsi.

Saga tergelak, mencium kembali

bibir istrinya. “ Hari ini tidak di hitung dalam hutang mu ya.”

Apa! kenapa kau licik sekali.

Apakah Daniah harus senang karena

malam ini terlewati tanpa pertumpahan darah, ataukah dia akan semakin dalam

masuk dalam lubang yang tidak bisa ia naiki lagi. Dia terjebak semakin dalam

dalam perasaannya. Dalam cintanya pada tuan saga. Padahal ia tahu, mungkin ke

depannya semua tidak akan mudah.

Tengah malam sudah berlalu, tapi

mereka belum selesai dengan urusannya.

BERSAMBUNG