Chapter 112 Helen lagi

Kejadia sore hari setelah peresmian

danau hijau, hari yang menyedihkan untuk seorang pelukis cantik bernama Helena.

Sebuah mobil berhenti jauh dari

keramaaian danau hijau. Lalu lintas lancar, hanya karena kepulangan para

pekerja yang tetap bekerja di akhir pekan atau orang-orang yang ingin

menghabiskan waktu membuat jalanan cukup ramai tapi tetap terpantau lancar.

Helena gemetar memegang kemudi.

Pikirannya sedang sangat kacau. Saat ini hanya satu nama yang terlintas di

pikirannya.

“ Sekertaris sialan! Apa kau sudah

mencium semua yang ku lakukan. Rencana ku semua gagal pasti karenamu.” Setengah

mati dia berusaha mendekati EO acara peresmian, tapi semuanya menguap dan tidak

berbekas apapun. “ Wartawan itu juga.”

Helen masih berusaha menghubungi no

telfon wartawan yang sudah menipunya. Tidak diangkat. Saat dia mau membanting

hpnya bunyi pesan masuk.

“ Maaf nona Helen saya tidak berani

menulis artikel apapun tentang anda, lawan yang anda hadapi bukanlah lawan

sepadan yang bisa saya tandingi. Saya akan mentransfer kembali uang anda.

Kirimkan no rekening anda. Jangan hubungi atau mencoba menemui saya lagi.”

Apa! Sialan! Bagaimana ini bisa

terjadi.

Kegagalan hari ini adalah akhir

dari semua usaha yang coba ia tempuh untuk bisa mendekati Saga. Tapi, apa ia

benar-benar akan menyerah. Melepaskan Saga yang seperti tambang berlian di

tangannya.

Kenapa? Kenapa aku bodoh sekali.

Helen memecah jalanan kembali,

masih berusaha menepis semua pikiran buruk di kepalanya. Ia kembali berusaha

membangun kembali harapan. Bagaimanapun melepaskan Saga adalah pilihan tidak

masuk akal yang tidak akan dipilih oleh wanita manapun termasuk dirinya.

Helen memarkir kendaraannya. Lalu

sepanjang menuju lift dia sudah mulai terisak dan menitikan airmata.

Sesengukan nafasnya. Ini hanya akting ya. Percayalah, dia tidak sebaik itu.

Ketukan keras di pintu saat dia

tidak sabar setelah membunyikan bell. Pintu berderik seorang wanita muncul

membuat Helen terkejut.

“ Noah!” padahal dia sudah mulai

mengeraskan suara tangisnya, tapi yang muncul malah seorang wanita di

hadapannya.

“ Maaf, anda siapa?” wanita yang

membukakan pintu itu tampak bingung karena mendapati seseorang menangis di

depan pintu kekasihnya. Lebih-lebih dia perempuan.

“ Sayang siapa?” dari dalam

terdengar suara laki-laki, langkah kakinya terdengar mendekat. “ Helen!”

terkejut saat mendapati siapa yang ada di depan pintu. Lebih-lebih ketika melihat

penampilan Helen terlihat sangat berantakan. Riasan yang luntur, rambut yang tidak

lagi indah tergerai. Dan yang lebih dramatis tentu saja menangis. “ Masuklah!”

Noah menarik lengan Helen masuk ke dalam rumah.

“ Dia Helen, teman yang aku

ceritakan padamu. Pacar temanku Saga.” Noah melingkarkan tangan di pinggang

kekasihnya yang sepertinya masih belum bisa menerima fakta ada wanita menangis

di depan rumah kekasihnya. Tapi setelah mendengar nama Helen yang di sebut raut

wajahnya terlihat tampak tenang. Sepertinya Noah sudah sangat terbuka berbagi

kisah hidupnya dengan kekasihnya.

“ Noah, siapa dia.” Helen mengusap

airmata disudut mata indahnya dengan tangan.

“ Dia kekasihku. Tamara, kau bisa

memanggilnya Tama.” Tama yang diperkenalkan mendekat dan menjawab tangan helen.

“ Noah sudah banyak cerita tentang

anda. Panggil saja saya senyaman anda. Sayang, ambilkan nona Helen air.” Noah

yang masih mematung tersadar. Lalu ia tertawa seperti dia yang seharusnya. Lalu

menuju dapur. Mengambil sebotol minuman dingin dari dalam kulkas.

“ Ada apa?” Dia menyerahkan botol

lalu duduk di samping Tama. Menyandarkan dagunya pada gadis itu. “ Aku

melihatmu di peresmian danau hijau, apa Saga mengundangmu?”

Reaksi Helen seperti apa yang sudah

dia rencanakan, tapi kali ini semua yang ia rencanakan di dalam mobil kandas.

Ia bahkan tidak bisa memeluk Noah dan menangis di dadanya. Karena laki-laki itu

malah bersandar di bahu wanita lain. Sekarang dia hanya memakai air matanya

sebagai senjata.

“ Dia jahat sekali.”

“ Helen.” Bagaimanapun Noah merasa,

perbuatan apapun yang akan di lakukan Helen pada Saga hanyalah perbuatan

sia-sia.

“ Dia jahat sekali, bagaimana dia

bisa lupa sepenting apa danau hijau bagi kami.” Berteriak keras. Tama di

sampingnya menepuk bahu Helen seperti memberi simpati, tapi malah membuat

suasana hati Helen semakin buruk.

“ Apa kau sudah makan?” Noah

bertanya. Dijawab dengan isak tangis. “ Biar aku pesan makanan, kita makan

bertiga. Sayang, kamu gak papakan.”

“ Ia gak papa. Nona Helen sedang

seperti inikan, dia pasti butuh teman.”

Tidak, aku tidak butuh teman, aku

butuh Noah. Cih ternyata ini kekasih Noah yang dibicarakan Clariss.

Noah berjalan meninggalkan dua

orang wanita yaang tidak saling kenal itu ke kamarnya, mengambil hp. Dia akan memesan

beberapa makanan. Tapi langkahnya terhenti.

“ Apakah Helen bersama anda tuan,

jika ia katakan padanya untuk jangan menemui tuan Saga lagi. Atau saya

benar-benar tidak akan bersikap menahan diri lagi.”

Apa yang sudah di lakukan Helen

sebenarnya. Sekertaris menakutkan itu sudah menyampaikan ultimatumnya begini.

Noah kembali duduk di samping Tama.

Melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu.

“ Helen, apa yang terjadi di danau

hijau tadi?”

“ Aku pasti sudah gila karena

memakai semua cara untuk ada di sana dan menemui Saga. Tapi bahkan dia sama

sekali tidak menyapaku.”

“ Kenapa kau melakukannya, kau tahu

kan bagaimana Saga.”berusaha menyadarkan semua hal sekarang adalah salah.

Perjuangan cintamu atau apapun itu adalah salah. Hanya move on satu-satunya jawaban

paling benar.

“ Aku sudah tidak tahu mau

melakukan apalagi!” menangis lagi. Kali ini ia merasa tidak senang saat tangan

Tamara menepuk bahunya. Kenapa gadis di sampingnya ini begitu sok tahu dan

bersimpati padanya, padahal dia sendiri tidak saling mengenal.

“ Sayang jangan memaksa nona Helena.”

Tamara menyentuh tangan Noah.

“ Berhentilah sampai di sini saja." Noah hanya menepuk pungung tangan Tama, tapi tidak menghentikan kata-katanya.

" Kita tidak tahu apa yang bisa di lakukan sekertaris Han. Kamu sudah melangkah

sangat jauh.” Dia selalu merealisasikan ancamannya, hanya itu yang Noah tahu

pasti.

“ Noah, aku mencintai Saga. Dia

juga mencintaiku.” Kalimatnya terhenti.

“ Dulu, itu dulu. Sebelum kepergian

mu dan kedatangan Daniah dalam hidup Saga. Kamu tahukan bagaimana sifat Saga.

Saat bersama mu dulu dia hanya menatap mu, tidak perduli sekeliling mu, tidak perduli

sebanyak apapun wanita yang mengejarnya. Dia hanya menatapmu. Saat ini sama

seperti waktu itu. Keperduliannya, tatapaan Saga dan semua yang dimiliki Saga

sudah menjadi milik Daniah. Dia tidak akan melihat ke arah wanita lain.

Posisimu saat ni tidak hanya lebih sebagai penggangu.”

“ Sayang.” Tamara berusaha

menghentikan Noah yang bicara terlalu jujur. Bagaimanapun Tamara menyadari

sebagai sesama wanita yang di butuhkan Helen saat ini bukanlah kebenaran. Tapi

ia hanya butuh dukungan.

“ Kenapa kau seperti ini?” Helen

mengusap air matany, semakin merasa kecewa. “ Kau jadi sama jahatnya dengan

Saga!”

“ Helen.” Noah sampai pada titik

dimana dia kehilangan kata-kata.

Helen bangun dari duduk, menepis

tangan Tama di bahunya.

“ Karena kau sudah punya kekasih,

jadi kau menganggapku sama sekali tidak penting lagi. Apa yang kau ceritakan

padanya?” melihat sebentar Tamara di samping Noah. “ kenapa dia sangat

bersimpati, apa kau sudah menceritakan kisah menyedihkan aku mengejar-ngejar

Saga.”

“ Helen, ada apa denganmu. Tama

hanya bersimpati padamu.” Noah bangun ingin meraih tangan Helen tapi Helen

menepisnya.

“ Seharusnya aku tidak kemari.” Dia

menyambar tas tangannya di atas meja. Berjalan cepat menuju pintu. Menutupnya

lalu bergerak cepat menuju lift. Saat di dalam lif dia belum menutup pintu.

“Apa! dia tidak mengejarku.” Akhirnya dia menutup lift yang membawanya ke area

parkir.

Bahkan semua orang sudah

meninggalkannya. Noah yang menjadi tumpuan terakhirnya pun sudah punya wanita

penganti di sisinya. Saat ini segala penyesalan merasuki dirinya. Dia masih

mengharapkan Saga sampai melupakan Noah yang sudah ada di sampingnya. Sekarang

saat dia sudah kehilangan Noah hubungannya dengannya di masa lalu ternyata

sangat berharga.

Padahal dulu dia akan melakukan

apapun untuk ku, sekarang dia bahkan tidak mengejarku.

Mobil meninggalkan area parkir,

membawa tangis keras pengemudinya seorang diri. Dalam luka dan kesepian yang menyayat hati.

BERSAMBUNG