Chapter 111 Pil Penunda Kehamilan

Di depan tangga Saga mendorong

tubuh Harun. “ Sudah pergi sana!”

Dokter Harun tidak mengubris dia

mendorong Saga menuruni tangga. Lalu dia menoleh pada Jen dan Sofi yang

mengikuti mereka. “ Tidur sana! Kulit kalian bisa keriput kalau begadang

nanti.”

“ aaaa, ia kak kami tidur. Selamat

malam kak Saga, selamat malam kak Harun.” Tahu kalau keberadaan mereka tidak

diinginkan.

“ Ia, ia sudah pergi kekamar kalian

sana.” Harun yang menjawab melalui lambaian tangannya.

Pak Mun sudah menunggu di bawah

tangga, para pelayan sudah dibubarkan untuk kembali ke kamar mereka

masing-masing. Kedatangan dokter Harun sekalipun tidak melakukan apa-apa sudah

menyelamatkan ketenangan rumah ini.

“ Pak Mun antar dia keluar.” Saga

ingin segera mengusir Harun dari pandangannya. Dia ingin segera kembali ke

kamar dan memeluk istrinya.

“ Hei aku mau bicara denganmu.”

“ Besok lagi, tidak lihat tadi. Aku

mau menemani istriku.” Menyingkir kau jomblo begitu teriak Saga.

“ Ini masalah penting, tentang

kakak ipar.” Berjalan menuju ruang kerja Saga. Dia tahu, kata-katanya barusan

pasti sudah bisa memancing Saga mengikutinya.

“ Sudah ku bilang dia bukan kakak

iparmu!”

Pak Mun mengikuti langkah kaki

keduanya, dia ikut masuk ke dalam ruang kerja Saga. Berdiri di samping sofa.

“ Apa kau menyuruh istrimu minum

pil kontrasepsi penunda kehamilan?” Pertanyaaan Harun langsung menyambar, wajah

Saga terlihat sangat marah mendengarnya.

“ Apa maksudmu? Apa Daniah minum

pil kontrasepsi?” pertanyaan yang tidak percaya bisa dia tanyakan. Tidak, dia

bahkan tidak percaya kalau Daniah sampai punya keberanian untuk melakukan itu.

“ Jadi tidak ya. Sepertinya dia

minum secara diam-diam di belakangmu.” Lirih menjelaskan, walaupun dia sendiri

punya perasaan tidak enak mengatakan ini.

Saga sudah terlihat sangat marah.

Dokter Harun sudah panik, apa dia akan meneruskan kalimatnya atau tidak.

Gawat! Aku pasti salah bicara.

Sialan! Seharusnya aku tidak perlu mengatakannya tadi.

“ Tunggu, tapi aku belum seratus persen

yakin juga. Aku hanya memeriksa tangan istrimu, pil KB terkadang menimbulkan

efek tertentu di kulit. Mungkin karena jenis kulit sensitif iatrimu jadi itu

semakin mudah di lihat. Tapi aku belum bisa meastikan benar-benar.”

“ pak Mun!” Sorot mata Saga menakutkan.

“ Saga, tunggu apa yang mau kamu

lakukan.”

Kamu tidak akan menyeret istrimu

kemari dan menanyakan langsung apa dia pakai pil kontrasepsi atau tidakkan.

“ Pindahkan Daniah ke kamar tamu di

lantai atas. Dan bawa pelayan memeriksa setiap sudut kamar. Temukan apapun

itu.” Brak! Dia mengembrak meja. “ Temukan pil atau apapun itu yang dikatakan

Harun.”

“ Baik tuan muda.” Pak Mun merasa

kuatir meninggalkan ruangan.

Dan tertinggalah Harun yang sama

kuatir dan paniknya. Pak Mun baru saja memegang gagang pintu.

“ Tunggu!” Pak Mun berbalik “

Bawakan baju tidurnya juga, katakan padanya untuk menganti bajunya dan

menungguku.”

“ Baik tuan muda.”

Bagaimana ini? Aku benar-benar

merasa bersalah padamu Daniah. Dokter Harun semakin panik saat mendengar

perintah Saga barusan.

Saga menendang meja kesal, bahkan

benda itu sudah mau terjungkal kalau Harun tidak memeganginya.

“ Saga tenangkan dirimu.”

“ Diam kau!”

Aaa, mati aku. Bagaimana Han bisa

tahan menghadapinya selama ini. Aku merindukan sekertaris Han. Kenapa aku tidak

menghubunginya tadi sebelum kemari. Bodoh. Bodoh.

Saga bangun dari tempat duduknya.

Dia berjalan menuju kursi kerjanya, yang dikuatirkan Harun terjadi. Semua yang

ada dia ats meja sudah jatuh berhamburan, berserak di lantai. Tidak tahu berkas

penting atau tidak.

Beraninya kau! Pantas saat aku

bicara tentang kehamilan tubuhmu langsung membeku, dan wajahmu berubah.

Ternyata kau benar minum pil pencegah kehamilan.

“ Saga, tenangkan dirimu. Istrimu

pasti melakukan karena dia punya alasan.”

Saga mendekat menginjak

dokumen-dokumen saat melewatinya. Duduk kembali ke sofa. Menatap dokter Harun.

“ Dia pasti hanya ingin melindungi

dirinya.”

“ Melindungi diri?” mencengkram bahu

Harun. “ Memang apa yang sudah kulakukan padanya sampai dia perlu melindungi

dirinya. Aku bahkan sudah memberikan seluruh perasaanku padanya.”

Tapi diakan tidak tahu bodoh kalau

kau menyukainya.

“ Han bilang dia masih berfikir

kalau kau masih menyukai Helen.” Melotot karena Harun menyebut nama helen. “

Baiklah pelukis itu.” Bahkan sekarang mendengar nama Helen sangat menjengkelkan

di telinganya. “ Jadi aku rasa dia hanya ingin melindungi dirinya, karena takut

kau akan membuangnya.”

Ayolah sadarlah, memang begitu

kenyataannya.

“ Saga mengertilah posisinya. Awal

pernikahan kalian seperti apa pasti kamu sendiri yang tahukan. Bagaimana kau

memperlakukannya juga. Dia pasti tidak akan sepercaya diri itu berfikir kalau

kau benar-benar menyukainya.”

“ Sial, sial!” Saga mengacak

rambutnya sendiri kesal. Semua kata-kata Harun tidak ada yang bisa di

bantahnya. Semuanya benar. Bagaimana dia melemparkan surat perjanjian di

depannya. Bagaimana dia memperlakukan daniah sebatas pembantu yaang harus

menjalankan kewajiban sebagai seorang istri tanpa banyak bicara. Tanpa bisa

menolak, tanpa punya hak untuk berkata tidak. Dia bahkan bisa tidur dengan

istrinya karena ancaman. Ya ancaman dia akan menghancurkan keluarga Daniah,

membuat wanita memohon untuk ia tiduri.

Cih

Pak Mun muncul setelah mengetuk

pintu. Dia terlihat ragu saat memasuki ruangan. Mengengam apa yang ada di

tangannya dengan kuat. Dia tahu apa yang dibawanya sekarang bisa jadi akan

meledakkan lava kemarahan dan emosi tuan Saga. Tapi kalau dia

menyenbunyikannya, bisa jadi seluruh rumah ini akan mengalami kekacauan yang

jauh lebih besar.

“ Pak Mun.” Harun bangun dari duduk

saat dia melirik ada sesuatu yang di pegang oleh pak Mun. Laki-laki itu

menyerahkan apa yang ia temukan ke tangan dokter Harun.

“ Tenangkan tuan muda dokter.”

Kalau tidak akan ada badai besar di rumah ini. Pak Mun bicara lirih di telinga

Harun.

“ Saga.” Harun mendekat.

“ aaa, kalian menemukan pil itu.

Apa benar itu yang kamu katakan, kontasepsi penunda kehamilan.”

Harun menganguk ragu, menyerahkan

satu tablet pil itu ke tangan Saga. Saga langsung membantingnya ke atas meja.

“ Saga kendalikan dirimu.”

“ Diam kau!” Berteriak keras.

“ Ku mohon kendalikan dirimu.

Ingatkan, kau mencintai istrimu. Kau mencintainya.”

“ Huh!!”

“ Pak mun di mana Nona?” Harun

bertanya memastikan.

“ Sudah di kamar tamu atas tuan.”

Bagaimana ini, aku takut membiarkan

Saga sendirian begini. Apalagi kalau dia kembali ke kamarnya. Telfon Han pak

Mun. Telfon sekertaris Han. Aku tidak tahu bagaimana menjinakan tuanmu. Tapi

pak Mun bingung dengan isyarat yang di berikan Harun.

“ Pulanglah! Kau pasti lelahkan.

Terimakasih sudah datang kalau aku memanggilmu.”

Hei, kenapa ucapan terimakasihmu

ini kedengarannya menakutkan.

Membuat Harun menarik tangan Saga.

Mencegahnya, agar bangun.

“ Lepaskan aku bodoh, aku mau

menemui istriku.” Mengibaskan tangan Harun kasar.

“ Saga, kumohon jangan memarahi

istrimu. Jangan melakukan sesuatu yang akan kau sesali seumur hidupmu nanti.”

Memegang  tangan Saga lagi.

“ Memang aku mau melakukan apa?

lepaskan.” Mengibaskan tangan Harun kuat sampai tangan laki-laki itu terlepas.

“ Jangan memukulnya.”

“ hei, memang kau pernah melihatku

memukul perempuan apa?” Marah mendengar perkataan Harun barusan.

Mengeleng.

Kau memang tidak memukulnya secara

langsung, tapi kau melihat dan membiarkan Han memukul wanita yang menggangumu.

Bukankah itu sama saja mengerikannya.

“ pak Mun antar Harun keluar.”

“ Baik tuan muda.”

“ Tunggu Saga, kendalikan dirimu.

Kau mau melakukan apa sekarang. Sebaiknya malam ini kalian tidur terpisah. Kau

tetaplah tidur di kamarmu, dan biarkan istrimu di kamar tamu.” Memohon. Karena

pertengkaran ini di sebabkan ulahnya yang menemukan fakta pil kontrasepsi, maka

ini membuatnya merasa sangat bersalah dan bertanggung jawab.

“ Haha, kenapa? Aku harus menghukumnya

karena kekurang ajaranya kan?” pertanyaan menakutkan, akan semakin menakutkan

kalau di jawab.

“ Saga, kumohon jangan melakukan

hal yang akan kamu sesali nanti.”

“ Berisik, sudah pulang sana.”

Tentu saja, aku akan menghukumnya.

Setimpal dengan apa yang sudah dia telan untuk mencegah kehamilanya kan?

Daniah menunggu dengan gelisah di atas

tempat tidur. Beberapa kali dia berbalik mendekat ke pintu. berharap mendengar

sedikit saja suara orang mendekat. Nihil. Tidak ada siapapun setelah pak Mun

meninggalkan kamarnya tadi. Dia sudah menganti pakaiannya dengan baju tidur

warna hitam yang di berikan pak Mun.

“ Nona, tolong ganti baju anda dan

tunggu tuan muda di sini?” dia hanya mengatakan itu. Bahkan pertanyaannya

kenapa dia harus pindah kamarpun tidak di jawab oleh laki-laki di hadapannya

itu tadi. Dia hanya mengangukan kepala. Raut wajahnya terlihat sangat kuatir,

tapi dia tidak bisa menjelaskan apapun.

Jegrek! Pintu terbuka. Daniah bisa

mendengar pak Mun mengucapkan selamat malam pada Saga. Lalu terdengar langkah

kakinya menjauh. Setelahnya tidak lama Saga masuk ke dalam kamar. Dia menutup

pintu dengan suara cukup keras. Membuat Daniah terperanjak. Dia berdiri di

depan tempat tidur. Sambil mengengam hp ditangannya.

Dia marahkan, dia pasti marah

karena tahu aku berbohong tentang sakit perutku kan. Padahal dia sudah sekuatir itu tadi.

“ Sayang!” Daniah memanggil pelan,

tapi tetap berdiri di tempatnya. Tidak berani mendekat. Air muka saga

menunjukan kalau dia sedang sangat kesal.

“ Beraninya kau!” Berteriak sambil

melemparkan sesuatu ke tubuh Daniah. Benda itu jatuh tepat di kaki Daniah.

Gadis itu terkejut ketika mengenali apa itu. Dia menjatuhkan hpnya sampai

membentur kakinya. Dia meringis kesakitan. Tapi semua rasa sakit itu seakan

lenyap. Apalagi saat ia melihat wajah laki-laki di hadapannya.

“ Sayang.”

Apa ini adalah hari kematianku.

BERSAMBUNG