Chapter 92 Minta Maaf (Part 3)

Walaupun masih berada dalam satu ruko, sepertinya perputaran udara antara lantai satu dan lantai dua sangat berbeda. Kalau di bawah sana Raksa bisa sangat rukun dengan ke enam karyawan berbeda dengan tiga orang di lantai dua.

Di lantai atas. Dua

jus kotak rasa buah  ada di depan ibu dan

Risya. Sementara Daniah duduk di sebrang mereka.  Keheningan yang tercipta begitu saja, Risya duduk diam, ibu

juga demikian. Daniah jadi merasa serba salah sendiri, ada apa dengan mereka

berdua sebenarnya. Mereka yang datang tanpa di undang, tapi mereka juga yang

diam. Belum juga Daniah mulai bicara Risya bangun dari duduknya.

Mau apa dia? Eh, kenapa kamu berlutut

begitu?

“ Maafkan aku kak Niah.” Risya

menundukan kepalanya dalam. Terdengar isak kecil.

“ Risya ada apa denganmu?” Daniah

yang tidak menduga akan terjadi hal seperti ini terlihat panik. Dia sudah mau

memanggil Raksa.

Tiba-tiba ibu juga mengikuti bangun

dan berlutut di samping Risya, Daniah bangun dari duduknya. Dia tahu dia tidak

menyukai wanita yang ada di hadapannya ini, tapi bagaimanapun dia tidak pantas

berlutut di hadapannya, bagaimanapun dia anak yang sudah dia rawat selama ini. Walaupun dia merawat dengan konsep tanpa kasih sayang sekalipun.

“ Ibu, bangunlah, ada apa dengan

kalian?” Daniah menarik tangan ibunya.

“ Maafkan kami maafkan kesalahan

kami selama ini.” Ibu dan Risya bicara bersamaan.

“ Apa ini karena tuan Saga? Kalian

sampai berlutut begini karena tuan Sagakan.” Hanya ini yang ada di pikiran

Daniah sekarang. Karena dia yakin dua wanita ini tidak mungkin sampai melakukan

di luar batas harga diri mereka hanya untuk meminta maaf padanya.

“ Tidak kak, ini tidak ada

hubungannya dengan tuan Saga. Aku hanya benar-benar merasa sangat bersalah

selama ini. Dan ingin memohon pengampunanmu agar aku bisa hidup dengan tenang.

Itu saja.”

Apa karena sekarang kalian merasa

aku diperlakukan baik oleh tuan Saga, kalian takut aku akan memintanya balas

dendam padanya untuk kalian. Jadi kalian yang datang duluan padaku. Aku tidak

sejahat itu tahu. Memang kalian pikir untuk apa aku menikah dengan tuan Saga kalau

bukan demi keluarga. Aku tidak akan melakukan hal mengerikan seperti balas

dendam pada keluargaku sendiri.

“ Bangunlah!”

“ Maafkan kami dulu kak, maafkan

aku dan ibu dulu.” Merengek berulang dengan suara menghiba. Suara isak Risya

lebih terdengar sekarang. Di ujung matanya ada yang menetes, sengaja tidak dia

seka. Biar lebih dramatis pikirnya.

“ Bangunlah! Baiklah aku memaafkan

kalian, jadi bangunlah sekarang.” Daniah sudah bicara dengan suara keras. Dia

sudah tidak tahan, melihat ibu tirinya berlutut di hadapannya begitu.

Risya membantu ibunya bangun dan

menuntunya duduk. Harga dirinya tercabik, tapi ini jauh lebih baik, daripada

harus kehilangan mimpi menjadi selebriti. Risya mengigit bibirya kelu.

“ Ibu.” Daniah bicara lirih saat

ibunya sudah duduk kembali di sofa. Dia mengambil jus kotak di meja, menusukan

sedotan dan menyerahkannya ke tangan ibu tirinya. Wanita itu menerimanya dan

menepuk tangan Daniah lembut.

“ Ia Niah.”

“ Apa ibu sudah membuang semua foto

ibuku.” Baiklah, mungkin ini saatnya aku bisa mendapatkan harta berhargaaku

lagi. Benda berharga yang harus terebut dari dirinya. Wanita di hadapannya ini

bukan hanya mencopot semua foto di dinding, tapi dia tidak mengizinkan satupun

kenangan tertinggal di rumah. Sekedar untuk menguatkan Daniah tumbuh berkembang

menjalani hari-harinya.

“ Foto ibumu.” Air muka ibu kembali

menunjukan kebencian, tapi segera berubah sedetik kemudian dengan senyum di bibirnya.

Dia sedang berusaha menahan perasaannya. “Ibu masih menyimpanya tentu saja.

Akan ibu bereskan semuanya. Ambilah ke rumah kapan saja.”

“ Bisakah ibu kirimkan supir untuk

mengantar kemari.” Sekelebat rasa tidak suka itu masih bisa di tangkap oleh

Daniah.

Kau berlutut sekarang tidak

benar-benar memohon maafkankan. Aku tahu. Kalian hanya takut aku balas dendam

melalui tuan Sagakan?

Daniah mengepalkan tangannya geram.

Tapi dia berusaha menarik nafas perlahan untuk membuang semua kebencian dalam

dirinya.

“ kenapa tidak Niah ambil kerumah

saja? Sekalian bisa bertemu ayahkan. Apa sekarang kamu sudah tidak mau pulang

kerumahmu.” Kalimat ibu menusuk telak, rumahmu. Haha, sejak kapan itu jadi

rumahku. Dada Daniah bergetar mengulangi kata-kata itu di hatinya.

“ Bukan begitu, aku harus mendapat

izin dari tuan saga untuk pulang.”

“ Apa!” Ibu dan Risya terkejut. “

Kak Niah, bukankah itu rumahmu juga, kenapa tuan Saga melarangmu untuk pulang.”

Tanyakan saja padanya kalau mau

tahu, aku juga tidak tahu kenapa dia melarangku pulang ke rumah. Aku tidak

perlu mengatakannya kalau sebenarnya akupun di larang bertemu kaliankan. Aku

hanya boleh bertemu dengan Raksa tanpa izin terlebih dahulu.

“ Niah, hubunganmu dengan tuan Saga

benar-benar baikan?” ibu tersenyum bertanya. Tapi Daniah hanya berfikir kalau

ibu hanya ingin memastikan sesuatu.

Baiklah, ayo bersandiwara kalau hubungan

kami itu luar biasa baiknya. Supaya kalian tidak mengganguku lagi.

“ Tentu saja bu, hubungan kami

sangat baik. Tuan Saga memperlakukanku sangat baik. Bahkan aku berfikir,

mungkin akan segera hamil karena seringnya tuan Saga. Hehe.” Daniah menutup wajahnya

dengan tangan. Menunduk malu. Dia mengintip melalui celah tangan bagaimana

reaksi terkejut Risya dan ibu.

Kalian sudah kehilangan

kata-katakan.

Yang terdengar selanjutnya hanyalah

kalimat puji-pujian, baik kepada Daniah ataupun tuan Saga. Risya berfikir sudah

jatuh masuk ke dalam air kehinaan sekalian menjilat saja. Mereka sudah

kehilangan harga diri. Di hadapan Daniah sekarang yang mereka lakukan cukup

bersikap baik dan ramah saja. Sampai waktunya Raksa naik dan mengajak pulang

ibu tidak berhenti bicara tentang kebaikan Daniah.

Daniah pergi mengantar mereka

keluar ruko. Saat tepat mereka berdiri di luar pintu kaca. Bukan hanya dia yang

terkejut, semua terlihat panik. Ya, tentu kecuali Raksa. Dia benar-benar

berperan jadi anak cool dalam segala situasi.

Kekacauan apa ini? Kenapa dia bisa

ada di sini.

Saga berdiri bersandar pada mobil,

sementara sekertarisnya berada dua meter darinya berdiri tidak bergeming.

“ Sayang ada apa ini?” Daniah

berlari mendekat meninggalkan keluarganyanya.

“ Aku ingin menjemputmu, rupaya kau

sedang kedataangan keluargamu.”

Ibu, Risya dan Raksa menggangukan

kepala memberi salam. Risya mengandeng tangan ibunya sudah merasa ketakutan.

Apalagi saat tatapannya bertemu dengan sekertaris Han.

“ Mereka kebetulan mampir sebentar

tadi.” Daniah berusaha berfikir seefektif mungkin mencari alasan. “ Sekarang

juga sudah mau pulang.”

Saga mengerakan tangannya agar

Daniah mendekat, gadis itu berjalan mendekat berdiri tepat di samping Saga.

Suaminya tidak terduga melingkarkan tangan dan mencium pipinya.

“ Bukankah sudah kukatakaan untuk

meminta izinku saat kamu bertemu keluargamu.” Saga menoleh pada ibu dan Risya.

“ Apa Han tidak memberitahu kalian? Kalau aku tidak suka kalian menemui istriku

tanpa pemberitahuan.”

“ Maafkan kami tuan Saga.”

“ Sayang, mereka hanya mampir. Dan

aku sudah menyampaikan pada sekertaris Han tadi.” Saga meraba bibir Daniah.

Membuat gadis itu tidak melanjutkan kalimatnya.

Sial, aku hanya mengatakan kalau

yang datang hanya Raksa.

“ Jangan banyak alasan, terima

hukumanmu nanti karena melanggar kata-kataku.” Senyum tipis di bibir Saga

berarti habis kamu.

Sebuah mobil mendekat, dua orang

laki-laki memakai jas turun sambil membawa setumpuk pizza dan makanan

pelengkapnya.

“ Mereka sudah datang, ayo

masuklah!” Saga menarik tangan Daniah meninggalkan ibu dan adiknya.

“ Ada apa ini?”

“ Aku mau mentraktir camilan sore

untuk karyawanmu. Han, antar mereka pergi.” Saga menarik tangan Daniah tanpa

melihat yang lain, masuk ke dalam ruko. Daniah menoleh sebentar pada

keluarganya, dia tersenyum pada Raksa dan melambaikan tangan.

“ Aku akan menelfonmu nanti.” Dia

bicara tanpa mengeluarkan suara. Raksa menggangukan kepalanya.

Sekertaris Han mengantar mereka

sampai masuk ke dalam mobil. Menggangukan kepala saat mobil mulai melaju meninggalkan

halaman parkir ruko.

Nona bagaimana kau bisa membuat tuan muda berbuat sampai senorak ini, tapi anda belum menyadari juga perasaan tuan muda yang sebenarnya. Cih apa semerepotkan ini yang namanya jatuh cinta.

BERSAMBUNG