Chapter 91 minta maaf (Part 2)

Ruko milik Daniah

Kembali bekerja, kembali

mengumpulkan uang hasil keringat sendiri. Sekarang, bahkan dia tidak tahu

alasan apa yang membuatnya masih bersemangat menjalankan toko onlinenya. Uang

yang diterimanya dari tuan Saga sangat jauh dari nominal pendapatannya. Makin

hari ketika waktu bergulir dan berlarian di sekitarnya, seperti mengataakan,

sudahlah terima nasibmu sebagai istri tuan Saga. Jangan pura-pura ingin lari

dan pergi. Memang kamu mau kemana?

Apa kamu benar tidak suka pada tuan

Saga? Apa benar kamu tidak akan menangis kalau dia membuangmu. Lihat, dasar

tidak tahu malu, kau menikmati tidur bersamanya setiap malamkan? Kamu tersipu

saat dia mengatakan kamu cantikkan, ya walaupun pujian itu bisa jadi lidahnya

hanya kepeleset. Hemm, bagaimana saat dia memanggilmu sayang. Jantungmu ingin

meledak saking senangnya ya kan.

Diam kau hati kurang ajar! Aku ini

pemilikmu, jangan menghianatiku.

Daniah mengusir kegalauannya

kembali dengan jauh lebih bersemangat bekerja.

“ Dorong tik!” aaaaaa, Daniah menarik

sekuat tenaga paket besar berisi pakaian anak menuju lantai dua. Tika mendorong

dari bawah ngos-ngosan juga. Ini paket ke tiga hari ini. Ambruk di kasur

setelah ke tiga paket mendarat dengan sempurna. “ aaaaa, aku ingin punya toko

satu lantai aja!, yang besar, luas, lebar!” berteriak keras agar impiannya

terbang ke langit tinggi. Sementara Tika tertawa, duduk bersandar di tempat

tidur, di mana Daniah berbaring meluruskan pinggangnya.

“ Mbak Niah, boleh aku tanya gak.”

Setelah menengak hampir separuh dari botol minuman dingin di tangannya. Dia

melirik bos wanitanya itu.

“ Kenapa?”

Ada apa ini, biasanya juga gak

pernah izin kalau mau bertanya.

“ Memang tuan Saga gak komentar

tentang pekerjaan mbak Niah. Ya, semua orang jugakan tahu mbak kekayaan tuan

Saga itu sampai semana kalau di jejerin.” Tika tertawa sendiri mendengar

kalimatnya. Rasanya memang tidak ada angka pasti kalau untuk menghitung berapa

uang tuan Saga. Daniah sendiripun tidak tahu berapa perusahaan yang dimilikinya

di bawah Antarna Group.

Daniah menatap langit-langit

ruangan. Nafasnya terhembus berat.

Karena aku tidak tahu kedepannya

bagaimana nasibku Tika. Apa aku masih tetap bisa berada di samping tuan Saga

atau tidak. Sampai hari ini, mungkin cuma hatiku yang sedikit bergoyah karena

sikap lembutnya. Tapi aku tidak mau berharap.

“ Dia tidak pernah bertanyaa juga Tika

berapa omset jualanku. Yang penting aku pulang tepat waktu dan ada di rumah

saat dia kembali, itu sudah cukup.”

“ Ya ampun sweat banget si suami

mbak Niah, jadi dia selalu minta di sambut ya kalau pulang. Ciee, ciee, mbak

Niah gimana menyambutnya. Langsung peluk tuan Saga kalau pas turun dari mobil

atau gimana. Hehe.”

Gak gitu kali! Kebanyakan kena

racun drama ya otakmu itu.

“ Huss mau tau aja, urusan orang

dewasa.” Daniah duduk, meraih botol minum yang tadi di minum Tika, lalu

menghabiskan isinya sampai tak bersisa. “ Aaaa, segarnya.”

“  Oh ya mbak, apa gak papa kalau mbak sekarang

selalu beli makanan mewah banyak-banyak untuk

kami. Walaupun kami senang, hehe, tapi itukan gak murah mbak.”

Karyawanku memang baik-baik ya,

mereka ini gak pernah banyak menuntut dan bekerja keras. Tapi kalau aku memberi

sesuatu apapun itu wujudnya mereka selalu berterimakasih dengan tulus. Aaaa,

aku ingin memeluk mereka satu-satu. Mereka yang sudah berjuang bersamaku dari

bawah.

“ Hehe, akukan pakai kartunya tuan

Saga. Tenang saja, kalau aku tidak memakai uangnya dia malah bisa ngamuk.

Hitung-hitung kita membantunya menghabiskan uang.”

“ enaknya jadi mbak Niah, aku juga

ingin punya suami seperti tuan Saga.” Tika tertawa sambil berangan-angan.

Menuliskan karakter impiannya untuk menjadi pasangan.

Jangan Tika, jangan berharap dan

bermimpi punya suami seperti dia.

Dering hp membuyarkan obrolan

mereka, bersamaan dua karyawan muncul dari lantai bawah. Mereka sudah terlihat

puas istirahat. Makan enak, perut kenyang, saatnya kembali bekerja lagi. Daniah

mengambil tas yang terongok di pojok tempat tidur. Sementara Tika bicara dengan

teman karyawannya.

“ Sudah selesai makan siangnya?”

“ Ia mbak.”

“ Kita pisahkan dulu baju-bajunya

aja ya, pisahkan semua yang punya reseller dulu. Catatannya ada di laci.”

Mereka mengambil buku sesuai instruksi Tika. Sementara Daniah  masih mencari-cari hp yang berbunyi di dalam

tas.

“ Hallo dek kenapa?” mendengarkan

pembicaraan adiknya. “ kenapa? Ibu dan Risya juga? Memang mereka mau apa?” diam

mendengarkan. “ Baiklah, Kak Niah tunggu ya,”.

Sambungan terputus.

Daniah membisu di atas tempat tdur,

hpnya ada di dekat kakinya. Pikirannya berlarian kemana-mana.

Risya dan ibu, mau apa mereka. Kenapa

aku merasa sangat tidak nyaman begini. Mereka tidak akan melakukan apa-apakan.

Mereka tidak akan membalasku karena kejadian ulang tahun ayahkan. Karena ada

tuan Saga waktu itu merekakan jadi tidak bisa mengerjaiku. Tapi merekakan

datang bersama Raksa. Seharusnya tidak apa-apa.

Sudah hampir jam tiga, Daniah

sedang membungkus paket-paket kecil orderan eceran. Sementara yang lain

membungkus paket-paket yang lebih besar milik para reseller. Daniah masih

tampak gelisah. Saat Tika berteriak dari lantai bawah membuatnya terlonjak.

Terkejut. Mengatakan Raksa menunggu di luar ruko.

“ Ia sebentar!”

Sebaiknya aku menghubungi

sekertaris Han dulu, menanyakan tuan Saga akan kembali sebelum makan malam atau

tidak.

“ Sekertaris Han, apa tuan Saga

akan kembali sebelum makan malam.” Pesan terkirim.

“ Ia nona.” Jawaban secepat kilat.

Hidih, apa hp itu selalu di

gengamnya.  Bagaimana reaksinya sangat

tangap begini. Jadi aku harus kembali sebelum jam lima berarti ya. Bagaimana

kalau mereka lama ya.

“ Apa anda bisa membawa tuan Saga

pergi kemana dulu gitu, sebelum pulang. Sepertinya saya ada sedikit keperluan

mendesak. Jadi saya takut belum bisa kembali pada waktunya.” Memberi emoji

memohon dengan kedua tangan terkatup.

“ Apa yang akan anda lakukan nona?”

Kalimatnya sudah seperti

mengatakan, jangan berbuat yang merepotkan nona. Kembalilah tepat waktu dan

jangan membuat masalah.

“ Tidak, aku hanya ingin bertemu

dengan adikku.” Maaf Raksa aku hanya memakai namamu, karena kalau menyebut ibu

dan Risya pati butuh perizinan yang lebih lama.

“ Baiklah, akan saya sampaikan pada

tuan muda.”

“ Benarkah?”

Agak lama jeda menunggu, tidak

seperti tadi. Mungkin sekertaris Han sedang bertanya pada tuan Saga.

“ Nikmati waktu anda bersama adik

anda, sampai jumpa nanti.”

Kenapa aku merasa setiap kalimatnya

selalu bermakna terselubung si. Dia tidak akan tiba-tiba muncul di rukoku

nantikan?

Daniah bergegas turun setelah

menyelesaikan pesannya. Dia keluar dari ruko mendapati mereka bertiga sedang

duduk di kursi taman. Saat melihatnya muncul Raksa yang berlari mendekat.

“ Kak Niah.” Mengandeng tangan

Daniah mendekati ibu dan Risya.

“ Ehh. Ibu apa kabar?” Daniah

tersenyum sekenanya pada ibunya.

“ Niah yang apa kabarnya, sudah

lama ya tidak bertemu.” Ibu datang memeluk Daniah duluan, membuat Daniah

bereaksi dengan menarik tangannya. Dia memandang Raksa. Adiknya menggangkat

bahu.

“ Bagaimana kalau kita bicara di

dalam saja.” Daniah tahu, ini sikap tidak wajar. Cara ibu memperlakukannya

tidak berbeda saat ulang tahun ayah. Tapi waktu itukan ada tuan Saga dan

sekertaris Han yang seperti hantu di mana-mana. Tapi kalau sekarang, merekakan

tidak ada yang mengawasi.

“ Baiklah.” Ibu dan Risya berjalan

di depan mereka.

“ Ada apa ini?” berbisik di samping

Raksa.

“ Tidak tahu kak.”

Semua karyawan pindah ke lantai

satu. Raksa membantu memindahkan boks paketan dari lantai dua. Dia ikut

bergabung membantu mengantikan Daniah. Membungkus paket. Melirik sebentar ke

tangga.

“ Kak Niah gak papa di tinggal

sendirian?” Tika merasa kuatir, dia tahu bagaimana hubungan keluarga ini. Dia

tahu kalau selama ini yang baik pada Daniah hanya laki-laki di hadapannya ini.

“ Mas Raksa naik aja temani mbak Niah.” Merebut lakban putih benih di tangan

Raksa.

“ Sepertinya gak papa. Kalau kak

Niah berteriak nanti baru aku ke atas.” Merebut kembali lakban di tangan Tika.

Sambil mendelik.

“ Ia, ia mas maaf. Ini yang ada di

boks ini yang sudah bisa dipasang lakban. Mohon bantuannya ya mas Raksa.”

“ Hehe, gitu donk.”

Dengan senang hati membantu, bagian

yang paling di senangi Raksa saat membungkus paket adalah memberi lakban pada

paket-paket yang sudah selesai di beri alamat. Dia tinggal finishing akhir.

Bunyi gulungan lakban yang tertarik ntah kenapa menurutnya lucu. Hingga kadang

dia membungkus paket sampai lakbannya double berkali lipat. Tuh kan, Tika

merebut lakban di tangan Raksa kalau dia sudah diluar kendali.

“ Ia, ia maaf. Habis seru si

suaranya.”

Yang lain hanya bisa geleng kepala

melihat kelakuan Raksa.

Untung kamu adik yang di sayangi mbak Niah.

BERSAMBUNG