Chapter 90 Minta Maaf (Part 1)

Kediaman Gunawan, rumah tempat tinggal Daniah sebelum menikahi Saga. Ditempat inilah saksi bisu bagaimana dia menjalani masa-masa cukup berat, sebagai seorang anak, sebagai seorang remaja. Di rumah ini pulalah dia menjadi anak patuh yang bahkan tidak bisa mengelengkan kepalanya untuk berkata tidak. Dia hanya bisa menerima setiap putusan dengan anggukan kepala.

Risya sudah mondar mandir di ruang

makan, ibunya duduk sama halnya dengan anaknya wajahnya nampak sangat gelisah.

Hari ini batas akhir laporan kepada sekertaris Han, apa mereka sudah minta maaf

kepada Daniah dengan benar atau belum.

Minta maaf dengan versi yang diminta sekertaris Han.

“ Bu bagaimana ini, walaupun aku

sudah mulai syuting filmnya tapi kalau sutradara menendangku aku bisa apa. Kita

harus bagaimana bu?” merengek seperti biasanya. “ Ibu!” hanya itu yang bisa

dilakukan Risya. Tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk menjadi pemeran kedua dalam film yang akan dia bintangi ini. Risya bahkan sudah pamer ke mana-mana. Kalau sampai film ini gagal dia bintangi, sepertinya dia memilih tengelam  ke dasar bumi saja.

“ Diamlah! Memang hal seperti ini

terjadi karena apa? Karena rengekanmu seperti anak kecil yang selalu ingin

dituruti itukan!” ibu menghardik, menyadarkan Risya. Kalau selama ini sikap

kejam yang ditujukan untuk Daniah sebagian besar memang karenanya.

“ Ibu, ia semua ini salahku. Jadi

aku harus bagaimana.” Mengaku, nasi sudah menjadi bubur. Saat ini tidak ada

yang bisa ia lakukan. Dia sudah kalah telak dari semua segi. Menikahnya Daniah

dengan tuan Saga adalaah kekalahan terbesar dalam hidupnya.

“ Baiklah, hanya berlutut dan mememohonkan.

Ayo kita lakukan.” Ibu bicara lirih. walaupun dia berkata dengan bibir yang bergetar menahan kesal.

Kedua orang itu gemetar,

membayangkan apakah mereka benar-benar sanggup melakukannya. Memohon

pengampunan di hadapan Daniah secara langsung. Kalau hanya untuk bersikap baik

walaupun kaku dan janggal mereka masih mampu. Tapi ini. Tapi demi mengingat

kembali kejadian siang itu sepertinya mereka tidak punya pilihan.

Siang itu karena sebuah telfon,

Risya dan ibunya sepulang syuting menunggu di sebuah kafe. Wajah mereka sudah

terlihat pucat. Saat seseorang muncul seorang diri mereka sudah bernafas lega.

Padahal seharusnya laki-laki yang di hadapaan mereka inilah yang harusnya

paling di kwatirkan.

Sekertaris Han yang nama dan siapa dirinya tak ada yang tahu.

“ Maaf sudah membuat kalian

menunggu, padahal nyonya dan nona Risya pasti sangat sibuk.” Tersenyum ramah

sebagai salam pembuka seperti biasanya. Han duduk dengan tenang.

“ Tidak sekertaris Han.” Belum

selesai bicara.

“ Baiklah, saya langsung saja.”

Mematahkan harapan keduanya. Sekarang mereka mulai memasuki labirin menakutkan

yang ujungnya tidak diketahui. Rasa takut mulai muncul, melebihi saat mereka

bersitatap dengan Tuan Saga.

Glek. Kedua wanita itu berpegangan

tangan di bawah meja. Suara sekertaris Han sudah terdengar sangat serius. Dia

tersenyum tipis, tapi senyum itu sebenarnya sangat menakutkan.

“ Tuan muda memang agak sedikit

pendendam, tapi mohon kalian berdua memakluminya ya, karena nona Daniah adalah

istri yang di sayangi tuan muda.”

Dia mau bilang apa sebenarnya.

Risya dan ibu berfikir sama.

“ Tuan muda ingin kalian meminta

maaf dengan benar kepada nona Daniah. Atas semua yang sudah kalian lakukan

selama ini.” Menghentikan kalimatnya dan memberikan intimidasi melalui sorot

mata.

“ Kami.” Ibu menahan tangan Risya,

mencegahnya bicara. Sekertaris Han tersenyum tipis.

“ Saya sebenarnya tidak mau

mengatakannya, tapi saya tahu semua yang sudah kalian lakukan pada nona Daniah.

Bahkan saya juga tahu kejadian waktu kecil nona Daniah dan nyonya.”

Wajah ibu langsung pucat pasi.

“ Apa saya menakuti kalian, maafkan

saya. Bagaimanapun kalian adalah keluarga berharga yang dilindungi nona muda.

Seharusnya saya tidak boleh mengancam atau membuat kalian takutkan. Maafkan

saya.” Lagi-lagi tersenyum menakutkan. “ Intinya minta maaflah secara tulus dan

natural kepada nona Daniah. Lakukan sebaik mungkin ya, jangan sampai nona muda

merasa kalian minta maaf karena terpaksa, karena ada yang menyuruh kalian. Atau

bahkan jangan sampai nona Daniah berfikir tuan Saga mengancam kalian agar

kalian minta maaf. Apa bisa begitu.”

Tapi kaliankan memang mengancam

kami. Risya memegang tangan ibunya yang sama gemetarnya di bawah meja.

“ Ia tuan, kami akan lakukan.”

Risya yang mewakili ibunya.

“ Tentu saja nona Risya jugakan

aktris saya rasa bisa berakting dengan baik dan natural. “ Tersenyum tipis.

“ Baik tuan, saya akan melakukan

yang terbaik.”

“ Tentu saja, hidup mati kaliankan

tergantung ini, haha.” Terkadang sekertaris Han tidak bisa menempatkan diri

kapan seharusnya dia bisa tertawa, karena sering kali senyum atau tawanya

maknanya jauh lebih mematikan dari pada saat dia berwajah serius.

Dia tidak sedang tertawa, dia

sedang mengancam. Ibu dan Risya lagi-lagi berfikir sama.

“ Baiklah saran dari saya itu saja,

nikmati makan dan minuman yang sudah kalian pesan. Biar saya yang bayar. Oh ya

satu lagi, buat secara natural mungkin ya, kalau nona muda curiga bahkan sampai

bertanya kepada saya tentang kalian yang minta maaf berarti akting kalian gagal

ya. Dan kita akan bertemu lagi nanti. Sampai jumpa.” Han menundukan kepalanya

hormat, berlalu sambil tersenyum tipis.

Saat Risya tengah latihan menangis

di depan ibunya dari arah tangga Rasya muncul. Bernyanyi dengan riang. Dia

sudah memakai setelan formal.

“ Raksa kemari!” Panggilnya dari

meja makan.

“ Apa kak? Aku mau berangkat.”

Menolak panggilan kakaknya, dia akan berlalu ke ruang tamu. Melirik jam di tangannya.

“ Mau kemana?”

“ Ada pertemuan persiapan untuk

magang.”

Risya mendekat dan menarik tangan

adiknya yang sudah mau berlalu. masalahnya kali ini jauh lebih penting dari apapun.

“ Kak aku mau pergi, nanti aku

terlambat. Aku berurusan dengan perusahaan Antarna Group, kalau aku salah

sedikit saja aku bisa ditendang dari daftar peserta magang.” Raksa benar-benar

menolak keras melalui kata-katanya.

“ Sebentar saja, kumohon.”

Eh ada apa dengan kak Risya, sampai

memohon segala.

“ Antar kami menemui Daniah.”

“ kenapa?” curiga, memandang Risya

dan ibu secara bergantian. “ kalian mau apa lagi dari kak Niah? Jangan

macam-macam lagi bu, kemarin kalian sudah lihatkan bagaimana tuan Saga memperlakukan

kak Niah. Dia istri yang menampat kasih sayang tuan Saga.”

“ Banyak sekali bicaramu seperti

perempuan.” Risya menutup mulut adiknya. “ Kami bertemu Daniah mau minta maaf.”

“ hemm, lepas.” Mengibaskan tangan

Risya. “Itu malah lebih mencurigakan, memang kenapa kalian mau minta maaf.”

“ hei, adiku memang orang jahat itu

harus selamanya jadi jahat apa. Aku mengakui semua kesalahaanku di masa lampau

dan sekarang ingin minta maaf pada Daniah apa itu salah.”

Raksa mencibir.

“ Kalau itu bukan kak Risya aku

percaya.”

Risya memukul kepala adiknya,

sekarang ibu yang melotot. “ Jangan pukul adikmu!”

“ ia, ia bu, maaf. Habis dia begitu

si. Kak Risya kasih kamu uang jajan sebulan.” menggoda dengan tawaran uang yang menggiurkan. sebulan lho, uang jajan. untuk anak yang hanya bermodal uang jajan dari ayahnya Risya berfikir pasti Raksa akan tergoda.

“ Tidak butuh uang kak Risya.”

Raksa mengibaskan tangannya, sombong, jumawa dan besar kepala. “Sekertaris tuan

Saga meminta rekening padaku, dan dia mentransfer uang kemarin.”

“ Apa! Kenapa?” Risya yang emosi,

bagaimana perlakukan sekertaris menyebalkan itu sangat berbeda. Pada Raksa dan

dirinya.

“ Aaaa, katanya karena selama ini

aku baik pada kak Niah, jadi tuan Saga memberiku uang jajan.” Tertawa puas.

“ Haha, jadi kamu menjual

hubunganmu dengan Daniah, ternyata kamu menyedihkan juga ya.” Risya mencibir kesal.

“ Apa! Aku sudah minta izin pada

kak Niah kok, katanya terima aja semua yang diberikan tuan Saga. Jangan menolak

apapun, anggap saja itu uang jajan yang diberikan kakak ipar. Wekk!”  Raksa mematahkan argumen Risya. Dan menjulurkan lidahnya meledek kakak perempuannya.

“ berapa?” Emosi sekaligus penasaran menjadi satu. mengumpal dan ingin dia muntahkan ke wajah Raksa. Dia sedang iri, kenapa Raksa seberuntung itu.

“ Apanya?”

“ Yang diberikan tuan Saga padamu?” Berteriak.

“ Aaa, aku tidak mau beritahu, nominalnya

pasti membuat kak Risya semakin kesal nanti.”

Risya mencengkram bahu adiknya

saking geramnya.

Berapa, seratus juta, duaratus

juta.

“ Risya jangan bersikap begitu pada

adikmu, lepaskan tanganmu.” Ibu walaupun sangat menyanyangi Risya tapi tetap memposisikan

Raksa sebagai anak laki-laki berharga keluarga ini. “ Nak, hubunganmu dengan

Daniahkan sangat baik. Kali ini bisa tolong ibu dan kakak mu ya.”

Risya melepaskan tangannya dan

memilih duduk. Ya Raksa memang agak kurang ajar padanya, tapi kalau ibu yang

meminta dia pasti tidak bisa menolak.

“ Memang ibu mau melakukan apa?” Raksa mendekati ibunya yang duduk  di kursi di meja makan. Raksa masih tidak suka, pandangannya masih curiga saja.

“ Ibu dan kakakmu mau minta maaf,

itu saja,” Menyentuh tangan anak laki-lakinya. "Ibu tidak akan melakukan apapun pada Niah, sekarang dia suami tuan Saga, memang ibu seberani itu mau melakukan sesuatu padanya.

“ kenapa? Apa ini tuan Saga yang

minta.” Kecurigaan Raksa semakin menjadi, karena ini memang sangat tidak biasanya.

Lakukan secara natural, jangan

sampai ada yang menduga kalau tuan Saga yang memintanya kepada kalian.

“ hei Raksa, aku hanya ingin

berubah. Aku tahu aku salah memperlakukan Daniah selama ini. Dan aku ingin

minta maaf.”

“ Benarkah? Apa kak Risya tulus.”

Ini anak kenapa si, seumur hidup

pernah dibohongi orang apa.

“ Ia, aku tulus.” Memohon. " Aku tulus sekali. ini hal paling tulus yang aku lakukan seumur hidupku. percayalah padaku. bantu aku sekali ini saja."

" Baiklah, jemput aku nanti sekitar waktu makan siang. aku akan kirim lokasinya nanti. sekarang aku pergi ya."

" Baiklah adiku tersayang terimakasih ya."

Ibu dan kak Risya semoga kalian benar-benar tulus kali ini. Kak Niah sudah melindungi kita dengan mengorbankan hidupnya. dia selalu menggangap keluarga ini sebagai keluarga seperti apapun perlakuan kalian padanya.

" Ibu ayo kita berlatih lagi. jangan sampai Daniah curiga kalau kita sedang berakting." Risya menarik tangan ibunya.

Ya, berubah untuk sebagaian orang itu memang tidak mudah. apalagi mengenai arti ketulusan, cinta dan kasih sayang.

BERSAMBUNG