Chapter 89 Panggilan untuk Daniah

Daniah menyeret langkah kakinya menaiki tangga, dibawah ibu baru saja mengatakan tentang pesta ulang tahunnya. Dia juga di undang, tapi wajah saat mengundang itu sudah membuat orang yang di undang untuk engan datang. Kalau bukan jen dan Sofi yang akan menemaninya rasanya lebih baik menolak undangan itu. walaupun membuat ibu mertua kesal sekalipun.

Badanku sakit semua, apa aku pergispa besok ya. Tapi pekerjaanku banyak sekali. Aaaa aku gak mau masuk kamar.Aku mau kabur saja sekarang.

Daniah mematung di depan pintu,

kalau kakinya melangkah sekarang berarti dia masuk ke lubang harimau. Tapi kalau

dia tidak masuk dan melarikan diri, gigi taring harimau itu bisa menerkamnya

di mana saja dia bersembunyi.

Masuk habislah aku, gak masuk

matilah aku. Aku tidak akan mengangkat telfon dari Noah lagi. Nomornya jugaakan ku hapus. Semua ini gara-gara dia.Aku dikerjai habis-habisan tadi. dan sepertinya semua belum berakhir sampai malam ini.

Membuka pintu pada akhirnya.

“ Kemarilah, naik ketempat tidur.” Saga menepuk ruang kosong di sampingnya.

Tuhkan, dia sudah ada di posisinya.

Saga sudah berada di bawah selimut ketika

Daniah masuk membawa sebotol air dan gelas kosong. Laki-laki itu sudah

bertelanjang dada. Ia menyibakan selimutnya.  Sementara Deniah meletakan nampannya di atas

meja. Deniah  terjerembah dalam pelukan

Saga karena laki-laki itu menarik tangannya. “ Kenapa lama sekali.”

Aku mau menghindarimu!

“ Maaf Sayang. Aku bicara dengan

Jen dan Sofi tadi di bawah mengenai ulang tahun ibu.”

Sekarang mereka duduk bersandar di

tempat tidur, Saga bisa sangat nyaman sambil melingkarkan tangannya dalam

pelukan istrinya, sementara Daniah mengeliat pelan ingin melepaskan diri. Tapi bagaimana

melakukannya secara wajar agar laki-laki di hadapannya tidak menyadari. Itu yang sedang dipikirkannya sekarang.

“ Apa anda akan datang? Hadiah apa

ya yang pantas di berikan pada ibu? Kalau anda mau memberi hadiah apa pada ibu.” Ayo habiskan waktu sebelum mengantuk dengan mengobrol saja.

Tapi kenapa kamu sudah melepas bajumu begini si, dadaku bahkan sudah berdebar sebelum waktunya.

“ kedatanganku di pesta ulang

tahunnya sudah jadi hadiah terbesar untuk ibu.” Jawaban klise yang sudah tidak bisa dibantah oleh argumen apapun.

Idih, kenapa kesombonganmu itu

selalu benar adanya.

“ Belikan apa saja sesukamu, toh

dia juga tidak akan menerima hadiahmu dengan senangkan.” Lagi-lagi, kenapa yang dikatakan Saga selalu benar adaanya, membuat Daniah kesal sendiri.

“ Benar. ibukan tidak menyukai

saya. Yang dia sukai itu Helen.” mendengus sebal, lalu menyadari kesalahan fatal apa yang barusan dia lakukan.

Habis aku menyebut nama Helen.

Saga meraih dagu Daniah kuat, menatap lekat gadis itu, Daniah sudah berusaha memalingkan wajah, tapi tentu tidak berhasil membuatnya lari dari hukuman. Saga melumat

habis bibir Daniah sampai gadis itu tersengal.

“ Kau masih berani menyebut namanya

dengan bibirmu.”

“ Maaf sayang, maafkan saya.”

“ Kau benar-benar senang kalau aku

marah ya!” Daniah menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Menggigit bibirnya. Tunjukan

penyesalanmu melalui wajahmu Daniah, jangan bicara apapun. Begitu nalarnya

berfikir cepat. Salah kata sedikit habis kamu. Dia masih kesal dengan kejadian

siang tadi juga. ditambah menyebut nama helena, lengkap sudah.

“ Berhenti pergi ke kelas make up.” Masih dengan nada yang sama kesalnya seperti sebelumnya. Tiba-tiba memberi perintah, sambil tangannya menyusuri garis wajah Daniah.

“ Kenapa? Anda bilang saya lebih

bagus kalau berdandan.” polos bertanya.

“ Memang kamu mau menunjukan pada

siapa heh! Pada Noah! Kau mau mengoda siapa dengan dandanamu itu.” Mulai lagi

memilin ranbut Daniah, tapi kali ini dia melakukannya dengan emosi. “ Berdandan

kalau hanya pergi denganku, tunjukan wajah cantikmu itu hanya di hadapanku.”

Cantik, apa barusan dia bilang aku

cantik.

“ Jawab!”

“ Baik sayang, saya memang

berdandan hanya untuk anda. Sumpah!” menggangkat dua jarinya.

Sial! Kenapa sekarang aku mulai

kelihatan tergila-gila padanya begini. Untung saja otakmu itu seujung kuku jadi

pikiranmu tidak sampai kesana.

“  Dan satu lagi berhenti bicara dengan bahasa

formal padaku. Kau bahkan bisa bicara santai dengan Han, tapi denganku masih

bicara anda, saya.” Menuding kening Daniah kesal. “ Sayang, panggil aku sayang.”

“ Sayakan sudah memanggil anda

sayang.” Raut wajah binggung Daniah menghadapi kelakukan suaminya yang terkadang di luar nalar manusia normal.

“ Tapi kamu masih memakai bahasa

formal memanggilku.” Tidak terima diperlakukan dengan formal. " Selalu panggil aku dengan sebutan sayang. Kamu itu istrikukan, panggil dengan panggilan romantis kenapa."

Romantis, tidak berfikir apa, kamu memanggilku apa.

“ Jadi maunya bagaimana?” bertanya saja biar jelas yang dimau dia apa.

“ Seperti saat kamu bicara dengan

adikmu.”

“ Maksudnya seperti ini, sayang apa

kamu bisa melepaskan pelukanmu. Begitu.”

“ Benar. Apa! Barusan kamu bilang

apa? Jadi aku memaksa memelukmu.” Mendorong tubuh Daniah dengan kesal. “ Kamu

tidak suka aku peluk. Iya?” sudah kesal sambil menendang kaki Daniah

mengusirnya.

Aduh! Kenapa sensitif sekali si,

kayak kulit bayi begini.

“ Tidak sayang, akukan hanya

memberi contoh. Aku suka dipeluk kok. Suka sekali.” Menghambur memeluk pinggang

Saga. Walaupun Saga mengumpat kesal, tapi Daniah tidak melepaskan pelukannya,

sampai laki-laki itu berhenti mengoceh.

“ lepaskan aku!”

“ Tidak mau.” Mengoyangkan wajah di

dada Saga.

Kalau aku melepaskanmu, kamu akan

tambah marahkan. Dasar! Mulut sama perbuatanmu selalu tidak sejalan.

Saat Saga sudah memberikan kecupan

lembut di kepala Daniah, saat itu gadis itu sudah merasa bisa melepaskan

pelukannya. Dia mendongak lalu memasang senyum sejuta watt. “ Maaf sayang. Tapi

kamu juga selalu memanggilku hei, hei, apa tidak bisa merubah panggilan untuk

ku”

Saga tergelak, dia meraih dagu Daniah,

membuat mata mereka bersitatap.

Imutnya “ Jadi kamu mau aku

memanggilmu apa?”

Panggil aku sayang, atau panggil

aku istriku.

“ Panggil saja namaku, keluargaku

biasanya memanggilku Niah.”

Sial! Aku terlalu malu untuk

mengatakannya, padahal aku ingin sekali mendengar dia memanggil sayang

misalnya. Hiii, aku merinding sendiri.

“ Namamu kampungan sekali, bisa

sakit mulutku kalau menyebutkannya.”

Apa!

Saga sudah mendindih kedua kaki

Daniah. Gadis itu tidak bisa bergerak, dia yang masih kesal karena Saga bahkan

tidak mau memanggil namanya hanya bisa memalingkan wajah. Tangan Saga mulai

menarik pita yang terikat di baju di dada Daniah, membuat pakaiannya terbuka.

Bibir laki-laki itu mulai bersentuhan dengan kulit Daniah. Leher, telinga,

dada, semua tidak luput. “  Aku akan

memanggilmu sayang.”

Apa! Aku tidak salah dengarkan.

“ Sayang katakan kau mencintaiku.”

Apa! Lagi, kenapa selain dengan

rambutku kau terobsesi dengan pernyataan cinta.

“ Tidak mau? Aku bahkan sudah

menganti nama pangilanku padamu. Dan sekarang” Suara Saga sudah terdengar

kesal.

“ Tidak sayang. Aku mencintaimu

sayang.” Selalu kalah telak dalam hak apapun jika beradu argumen dengan Saga. Dia

harus membayar mahal untuk panggilan sayang dari bibir Saga.

Bibir Saga terus menelusuri setiap

lekuk tubuh Daniah. Gigitan keras dibahu gadis itu membuatnya menjerit.

“ Siapa yang menyuruhmu berhenti.

Katakan kau mencintaiku. Jangan berhenti sampai aku menyuruhmu berhenti.”

“ Ba, baik sayang.”

Apa ini obsesi barumu.

Suara nafas Daniah terdengar sangat

keras. Dia harus mengatakan kata-kata bodoh bersamaan dengan bibir laki-laki

ini yang tidak berhenti mengerayanginya.

“ Aku mencintaimu sayang. Aku

mencintaimu sayang.”

Aaaaaaaa. Sakit. Kenapa dia seperti

predator begini si.

“ Aku belum menyuruhmu berhenti.”

Malam semakin larut,  Kata-kata aku mencintaimu masih terdengar

lirih lalu menghilang ditelan malam. Sampai Saga merasaka puas dengan tubuh

istrinya, Daniah sudah terlelap dalam tidur malamnya.

“ Hahaha, manis sekali istriku

ini.” Saga mencium bibir dan seluruh bagian wajah istrinya sebelum dia ikut

berbaring di samping Daniah.  “ Sejak

kapan aku benar-benar tergila-gila padanya.” Malam semakin larut memeluk Daniah

erat. Gadis itu mengeliat pelan.

Tidurlah, kau sudah bekerja keras hari ini. Aku mencintaimu istriku sayang.

BERSAMBUNG