Chapter 79 Perubahan sikap

Langkah Daniah terhenti tepat di

depan dapur. Melihat sepertinya kehidupan di dapur saat ini berjalan diluar

kebiasaan yang seharusnya.

Ada apa ini? Ibu sedang di dapur

dan Risya juga. Kenapa hari ini mereka aneh sekali. Ahh, ia, tentu karena tuan

Saga ada di sini. mereka sedang cari muka rupanya. Apa mereka mau memasak

sarapan untuk tuan Saga. Ah, terserah sajalah, lakukan apa yang ingin kalian

lakukan. Aku mau ambil minum dan sedikit membantu saja.

“ Niah kenapa sudah bangun? Apa ada

yang kamu butuhkan, biar ibu siapkan.” Daniah mengeryit, merasa ngeri sendiri.

Seumur hidup baru pertama kalinya ibu bicara seramah itu padanya. “ Apa tuan

saga sudah bangun? Apa dia membutuhkan sesuatu.” Masih bicara dengan cara yang

menakutkan menurut Daniah.

“ Tidak bu, tuan Saga belum bangun.

Biar saya membantu di dapur.” Daniah sudah mau megambil pisau dapur.

“ Apa!” kaget kata dia berteriak

sendiri. “ Maaf bukan maksud ibu berteriak padamu, masuklah kekamar dan

istirahatlah. Temani tuan Saga saja.” Ibu menepuk bahu Daniah lembut, sorot

matanya sekaligus memohon. Pergilah jangan membuat kami dalam masalah begitu

arti sorot matanya.

“ Ibu benar, kak Niah istirahat

saja.”

Apa! Kak Niah, sejak kapan bocah

ini memanggilku sesopan ini. Tunggu, kenapa mereka aneh sekali si. Apa kalian

salah minum obat semalam.

Daniah mengedarkan pandangan

menyapu ruangan, tengkuknya merinding, ia merasakan aura kegelapan. Tentu saja,

di ujung ruangan itu, dia sedang duduk sambil bekerja dengan laptopnya. Ada

secangkir gelas di sampingnya. Dia memang tidak memandang ke arah dapur atau

terlihat mendengarkan pembicaraan. Tapi keberadaannya sudah pasti

mengintimidasi semua penghuni rumah ini.

Apa karena dia, dua orang ini jadi

berubah sikap padaku, walaupun sedang tidak ada tuan Saga sekalipun.

“  Baiklah, saya permisi bu.” Karena tetap tidak diizinkan membantu

akhirnya Daniah menyingkir secara sukarela.

“ Ia Niah istirahatlah.” Ibu

tersenyum.

Daniah meninggalkan ibu dan Risya

keluar dari dapur, berjalan mendekati sekertaris Han. Dia masih sibuk dengan

pekerjaannya. Dia meraih gelas, lalu minum dan meletakannya lagi.

Apa itu, kenapa gaya minumnya keren

begitu. Lagi syuting iklan!

“ Ehmm, ehmm.” Daniah batuk kecil

di depan sekertaris Han, laki-laki itu mendongak dari layar laptopnya. Dia

bangun dari duduk. Menggangukan kepala sopan.

“ Selamat pagi nona, ada yang bisa

saya bantu?” tanyanya sambil menutup layar laptop, karena dia melihat Daniah

memiringkan kepalanya mau mengintip apa yang dia kerjakan.

“Haha.” Ternyata dia sadar aku mau

mengintip. Peka sekali anda. ” Anda pasti sedang sibuk bekerja di akhir pekan

ya. Apa anda tidak pulang ke rumah anda? Oh ya, anda punya rumahkan, anda tidak

tinggal di rumah tuan Sagakan.”

Dipikir-pikir benar juga, aku

bahkan tidak tahu setelah dia bekerja dia bernafas gak ya, apa yang dia lakukan

setelah melepas tanggung jawab melayani tuan Saga padaku kalau sudah di rumah.

“ Maaf nona, saya tidak bisa

menjawab pertanyaan pribadi tentang saya.”

Apa! Kenapa dia selalu dalam

kondisi fokus si. Padahal kupikir tadi dia akan terjebak dengan pertanyaanku.

“ Tapi, terimakasih atas perhatian

anda, saya hidup dengan nyaman selama ini. Apalagi kalau anda bersikap

sebagaimana mestinya dan tidak menimbulkan masalah.”

Apalagi si orang ini, bicara

semaunya persis seperti majikannya.

“ Tapi, bisakah anda tidak duduk di

sini sekertaris Han. Kenapa anda tidak kembali ke kamar anda dan bekerja di

sana. Anda menggangu disini.” Daniah kembali tersadar tujuannya menyapa

laki-laki dihadapannya ini.

“ Saya tidak melakukan apapun

nona.” Menjawab enteng menunjuk laptopnya. “ Saya hanya duduk.”

Aura kegelapan yang muncul dari

dirimu, yang bisa meledak kapanpun telah mengintimidasi keluargaku tahu. Ibu

dan Risya jadi menakutkan begitu sikapnya. Itu karena anda di sinikan

sekertaris Han, mereka jadi tidak berkutik. Mereka jadi bersikap sangat baik

padaku. Aku sampai diusir dari dapur, padahal biasanya Risya menarikku untuk

membuatku ikut mengerjakan pekerjaan rumah.

“ Tapi sepertinya keluarga saya

terganggu.” Daniah menunjuk ibu dan Risya yang memandang dari kejauhan. “

Lihat! Mereka ketakutan melihat anda.”

“ Padahal saya tidak melakukan

apa-apa lho.” Tersenyum tipis sambil melihat dapur.

“ Itu karena anda memang

menakutkan, belum sadar juga.” Gumam-gumam kecil sambil membuang muka.

“ Saya dengar itu nona.”

“ haha, sebaiknya anda minum

minuman sehat sekertaris Han kalau pagi. Minum jus buah jangan kopi, supaya

lambung anda sehat. haha Baiklah saya mau menyiapkan sarapan untuk tuan Saga

saja, tapi kalau anda tidak mau kembali ke kamar bisakah pindah ke ruang tamu.”

Paling tidak aku hanya perlu

mengusirnya dari duduknya disinikan, biar dia tidak membuat ibu dan Risya

ketakutan begitu.

“ Pak Mun akan mengantar sarapan

tuan muda, sekarang nona kembalilah ke kamar.”

“ Apa! Pak Mun.” Ibu dan bibi

bahkan sedang sibuk memasak sarapan sekarang. Daniah melihat ke arah dapur “

Saya bisa menyiapkan disini, ibu juga sedang memasak di dapur.”

“ Tuan muda tidak suka makan

makanan yang dimasak sembarang orang.”

Huh! Lagi-lagi sang raja berulah

dan pelayannya jauh lebih bertingkah karena sedikitpun tidak pernah membantah.

“ Apa perlu saya mengantar anda ke kamar

nona.” Sepertinya Han sudah mulai kesal, dia ingin segera menyelesaikan

pekerjaannya.

“ Tidak! Saya bisa sendiri.” Daniah

mendengus sebal, tau dia sudah diusir.

“ Baiklah, selamat istirahat.” Mengangukan

kepalanya hormat.

“ Ini sudah pagi, memang siapa yang

mau tidur lagi.” Menatap kesal sambil berlalu. Daniah menghentikan langkah

menuju kamarnya dia kembali ke dapur bicara pada ibu.

“ Maaf bu, ibu tidak perlu

menyiapkan sarapan untuk tuan Saga.”bicara langsung saja begini pikirnya.

“ Kenapa?” ibu merasa kuatir karena

takut tuan Saga tidak nyaman.

“ Pelayan tuan Saga akan

mengirimkan makanan nanti.”

“ Apa! Padahal ibu sudah bangun

sepagi ini untuk memasak sarapan!” Ibu memegang tangan Risya. Gadis itu

tersadar telah melakukan kesalahan lagi.

“ Risya, hentikan. Minta maaf pada

kakakmu!”

Risya menggigit bibirnya kelu,

menatap sekertaris Han yang duduk di kursinya, pandangan mereka bertemu. Gadis

itu gemetar.

“ Maaf kak Niah, maafkan aku.”

Mengatupkan kedua tangannya ke depan wajah.

“ kembalilah kekamarmu, tuan Saga

mungkin membutuhkanmu.”

“ Baik bu.”

Benarkan, ini karena kamu duduk di

sanakan, ibu dan Risya jadi bersikap seaneh itu. Tidak usah tersenyum begitu,

semakin membuat ibu dan Risya ketakutan tahu.

Saat Daniah masuk ke dalam kamar,

bersamaan Saga keluar dari kamar mandi. Dia sedang mengeringkan rambutnya

dengan handuk. Lagi-lagi bertelanjang dada.

“ Naik!” Katanya tegas.

“ Apa! Naik.” Tidak kalah kaget

menjawab.

Mau apa lagi dia, tunggu, kenapa

kamu naik lagi ketempat tidur. Mau apa lagi sekarang, tidak lihat matahari di

luar jendela itu.

Saga sudah duduk bersandar di tempat tidur,

menepuk ruang kosong di sebelahnya. Artinya menyuruh Daniah duduk di sana.

“ Sayang, apa yang mau anda

lakukan, bukankah saatnya bangun, ini sudah pagi.” Daniah menunjuk jendela

kamar.

“ Tidur, memang mau melakukan apa

di akhir pekan. Aku hanya ingin bermalas-malasan hari ini.” Saga menjatuhkan

diri, sudah berbaring di tempat tidur. Masih menepuk kasur di sampingnya.

Apa! Kenapa kau mau

bermalas-malasan saat dirumahku begini. Biasanya juga akhir pekan kadang kamukan

pergi bekerja juga.

“ Naik.” Saga melemparkan handuk

kecil ditangannya, mendarat di tubuh Daniah. Membuat gadis itu reflek langsung

bergerak naik ketempat tidur.

“ Kau belum membayarku dengan

benarkan?”

Apa! Lalu malam tadi apa!

“ Bukankah semalam saya sudah.”

Sambil menutup wajah dengan tangan, malu meneruskan kaliamatnya.

“ Semalam, itu hukuman karena

berhenti memijatku dan mengoceh kemana-mana dibalik punggungku.”

Sial! Benar-benar mendengar

berarti. Jadi kamu pura-pura tidurkan!

“ Aku sudah memberi ayahmu hadiah

istimewa semalam di hari ulang tahunnya, sekarang saatnya kamu berterimakasihkan?”

Apa! Memang kamu memberi apa pada

ayahku. Aku bahkan tidak melihatmu memberi kado apa-apa, selain kemunculanmu

yang dramatis itu. Tunggu, kamu tidak sedang berfikir kalau kedatanganmu itu

hadiah istimewa untuk ayahkan. Walaupun itu benar, tapi kenapa terasa

mengelikan begini si.

“ Aku bahkan datang kepesta orang

tuamu, meladeni keluargamu bicara. Apa itu semua tidak kamu anggap hutang yang

harus kamu bayar”

Benar, itu berkah untuk rakyat

jelata seperti kami. Ayah bisa sangat bangga dan membusungkan dada dengan

kedatanganmu. Menantu terhormat negri ini.

“ Terimakasih Sayang, kehadiran

anda sungguh hadiah istimewa diulang tahun ayah. Saya sungguh berterimakasih.” Baik

berterimakasihlah dengan kata-kata manis Daniah, selesaikan ini dan bangun.

“ Itu saja.” Saga sudah menarik

rambut Daniah, menggulungnya pelan. “ Aku mau yang lainnya.” Bulu kudu Daniah

merinding saat Saga mulai menciumi rambutnya.

“ Apa yang bisa saya berikan?”

Hemm.” Sok berfikir “ Aku

memberikan tubuhku untuk hadir diulang tahun ayahmu, kau harus membayarnya

setimpal juga donk. Itu baru adil.” Daniah sudah ambruk karena Saga mendorong

dengan bahunya. “ Bagaimana?”

“ Benar, anda benar sekali.” Terpaksa

tertawa.

Licik sekali kamu heh! Lagi-lagi

memojokanku dengan cara begini. Seperti aku berhutang dunia saja padamu.

Daniah sperei tempat tidur,

membiarkan Saga melakukan sekali lagi mendapatkan apa yang ingin ia lakukan.

Sementara matahari terus bergerak naik.

Aaa aku lapar, karena kaget melihat

ibu dan Risya aku bahkan tidak makan tadi.

BERSAMBUNG