Chapter 80 Hari Yang Melelahkan

Memulai hari setelah akhir pekan

yang melelahkan. Seharusnya akhir pekan jadi ajang bersantai dan mengendurkan

saraf, tapi bagi Daniah akhir pekannya harus diisini dengan penuh perjuangan.

Mengengam kemudi dengan erat. Gemetar-gemetar karena kesal.

Jangan dipikirkan! Jangan diingat! Lupakan!

Lupakan! Tuan Saga hanya ingin menindasmu Daniah, jaga jarak hatimu sejauh

mungkin darinya. Oh ya, tadi pagi aku sudah mengirim pesan pada helen, tapi

kenapa dia belum membalas ya. Dia hanya mengerjaimu, walaupun kadang senyumnya tulus, tapi tidak mungkin dia setulus itu padamu.

Melajukan kemudi lagi. Selesai

menyelesaikan kelas memijat, Daniah menyempatkan mampir membeli makan siang dan

minuman untuk karyawannya. Dia mampir ke minimarket juga membeli buah dan aneka

camilan. Lalu dia kembali ke rukonya. Daniah menyerahkan kunci mobil dan

meminta karyawannya mengambil belanjaan, sementara dia naik ke lantai dua dan

ambruk di tempat tidur.

“ Nyaman sekali.” Berteriak keras

sambil merebahkan diri terlentang menatap langit-langit kamar.

Sebenarnya apa yang terjadi padaku

si, coba berfikir Daniah. Pakai otakmu yang bodoh ini untuk berfikir sebentar

saja. Kita mulai dari mana ya? Aaaa, aku binggung harus membeberkan dari mana.

Terdengar langkah kaki menaiki

tangga.

“ Mbak Niah mau makan apa?” Tika

muncul.

“ Aku minta jus aja Tika, jus

sirsak ya.” Masih menjawab sambil terlentang ditempat tidur.

“ Aku ambilin ya, mau roti juga

gak, kalau gak mau makan nasi, makan roti aja ya.” Menawarkan lagi.

“ hemm, boleh deh.”

Tidak lama tika sudah muncul dengan

apa yang diminta Daniah tadi. Dia juga membawa piring dan makanannya sendiri.

Segelas jus jeruk peras. Tika menarik meja kecil lalu meletakan makanan milik

Daniah di atasnya.

“ Cape ya mbak?”

“ Lumayan. Baru dari sekolah

memijat tadi, pokoknya aku hormat sama tukang urut dan pijat profesional Tika.

Mereka itu luar biasa.” Daniah duduk meminum jusnya dan makan roti yang dia

beli tadi di mini market.

“ Kenapa mbak Niah musti belajar

mijat, bukannya bisa panggil tukang pijat profesional kalau tuan Saga mau

dipijat.” Orang normal seperti Tika pasti akan bicara beginikan, begitu gumam

Daniah.

“ Karena dia tidak mau di sentuh

sembarangan orang.” Tangannya terkepal, membayangkan wajah Saga di depannya.

Dia garuk dengan kukunya keras-keras. Mengusir jengkel. “ Tidak suka di sentuh

tapi mau aku mengerayanginya tiap malam.” Daniah menutup mulutnya. Dia telah

melakukan perbuatan tercela, karena bicara dengan seorang jomblo sejati. lebih-lebih arah pembicaraannya menjurus. Tika malah tertawa. aku tidak sepolos itu mbak. begitu pikir Tika.

“ Waahh, berarti dia cuma mau di

sentuh sama mbak Niah ya. Ih so sweat ya.”

So sweat apaan, ini gak ada

manis-manisnya tahu, lebih manis jus sirsak ini. Dia begitukan memang Cuma

ingin mengerjaiku, memanfaatkan tenaga yang sudah dia beri makan. So sweat dari

mananya.

“ Mbak Niah beruntung sekali ya,

bisa menikah dengan tuan Saga. Mau apa aja pasti dikasih.”

Nggak Tika, nggak gitu. Hidupku gak

sebahagia itu kali. Daniah menangis dalam hati.

“ Hehe, tika kalau kamu menikah

nanti yang paling penting adalah, kamu harus menikah dengan suami yang

mencintai kamu ya. Mau dia seperti apa yang penting dia mencintaimu. Nanti

jugakan kalian akan berjuang sama-sama.”

Tika cengegesan, Daniah mengeryit.

“ Cieee seperti mbak Niah ya. Hehe.

Aku iri deh, tuan Saga pasti sayang banget sama mbak Niah ya.”

Tidak begitu Tika, aku ingin cerita

padamu. Tapi jiwa polosmu pada dunia ini tidak akan mampu menerimanya. Aku

tidak mau kamu syok nantinya.

Menggigit sedotannya sendiri sampai

penyok.

Setelah rekap barang di toko selesai

Daniah memilih untuk pulang. Belum ada info kalau tuan Saga akan pulang cepat.

Tapi dia memilih pulang. Dia ingin mandi air dingin lalu tidur nyaman di kasur

yang empuk di kamar. Bersantai meluruskan saraf.

“ Mbak pulang duluan ya,

terimakasih kerja keras kalian ya. Dua hari lagi gajian ya. Hehe.” Daniah

tertawa sambil berpamitan.

“ Hore!” anak-anak berteriak

girang. “ makasih ya mbak makanan sama camilannya, mbak Niah pulang dan istirahat

aja. Di sini kami yang bereskan.”

“ Makasih semuanya, aku sayang

kalian.”

Daniah pamit pulang, dia melajukan

kendaraannya sambil lamunannya berlarian kemana-mana.

Tuan saga menikahiku karena aku itu

jelek dan kampungan. Wajahku yang seperti ini ingin dia pakai sebagai senjata

untuk membuat Helen cemburu. Dan ini berhasil, Helen cemburu, dan pulang

ketanah air. Dia ingin kembali kepada tuan Saga. Tapi masalahnya kenapa

laki-laki itu sok-sokan jual mahal begitu si. Lagaknya sudah seperti raja. Hiks

dia memang yang mulia rajanya.

Dan masalahnya lagi, kenapa dia

senang sekali meniduriku sekarang. Hiks, hiks. Tunggu, bukankah aku bisa menolaknya.

“ Aku akan menghancurkan keluargamu

tanpa sisa.”

Kenapa aku selalu kalah dengan

ancaman mengerikan itu.

Kediaman keluarga Saga Rahardian.

“ Ibu, berhentilah bu. Aku tidak

mau ikut-ikut.” Jenika ngotot, Sofia di sampingnya hanya manut apa yang

diucapkan kakaknya. “ Kak Helen sudah tidak punya kesempatan lagi.”

“ Siapa bilang.” Ibu tersenyum

jahat. “Dia punya senjata yang bisa dipakai untuk menjatuhkan wanita itu.”

Sekarang ibu terawa. “ Ibu tidak rela kalau keturunan kita harus dilahirkan dari

wanita tidak sederajat itu.”

“ ibu, tapi kak Saga mencintai

kakak ipar.” Jenika berusaha membeberkan fakta yang tidak bisa dibantah itu.

“ Ibu yang akan membuat Saga

mengusir wanita itu.” Ibu sangat percaya diri rupanya, tidak tahu bukti apa

yang dibawa Helen, tapi gadis itu berhasil meyakinkannya untuk menjatuhkan Daniah.

“ Aku tidak mau ikut-ikut rencana

ibu. Kalau kak Saga marah jangan bawa-bawa kami.” Jenika dan Sofia menganguk

pasti.

Mereka keluar dari kamar, saat ini

kalau mereka sedang bicara jauh lebih aman bicara di dalam kamar. Pak Mun

selalu berkeliaran dimana-mana membuat orang jantungan saja. Saat mereka

menuruni tangga pak Mun juga berjalan naik. Dia berhenti di hadapan ibu.

“ Nyonya ada nona Helena di gerbang

utama, apa anda mengundangnya.” Tanyanya sopan.

“ Apa! Kenapa tidak membiarkannya

masuk. Pak Mun, memang kamu tidak tahu siapa Helena?” Ibu berteriak marah

dengan kekurang ajaran Pak Mun yang mencegat helena di gerbang utama.

“ Maaf nyonya, ini perintah dari

sekertaris Han, untuk melarang nona Helena masuk. Kecuali jika dia datang

karena undangan anda.”

Apa! Sekertaris kurang ajar itu

benar-benar. bahkan kekuasaannya melebihi diatasku.

“ Biarkan dia masuk.”

Tidak lama Helena sudah muncul di

antar Pak Mun, setelah melepas kaca mata hitamnya, terlihat matanya yang

bengkak dan sembab. Ibu memerintahkan Pak Mun untuk pergi, laki-laki itu hanya

mengangukan kepala.

“ Ibu, aku tidak mau ikut-ikut ya.

Aku sudah menasehati ibu, kalau kak Saga marah ibu tanggung sendiri ya.” Jenika

mulai mengancam lagi dihadapan Helena. Gadis itu binggung meminta penjelasan.

“ Pergi kalian berdua! Jangan urusi

mereka. Ayo kita bicara di kamar ibu. Di sini banyak mata dan telinga.” Ibu

menarik tangan Helena untuk mengikutinya. Tertinggalah dua wanita yang menatap

kepergian mereka dengan kesal.

“ kenapa ibu nekad sekali si.”

“ memang apa salahnya dengan kakak

ipar. Ya, dia memang gak cantik-cantik amat si, gak kaya juga, gak modis juga,

apalagi rambutnya.” Jenika tertawa mendengar kalimatnya.

“ Kak, kamu menghina kakak ipar.”

Sofia menyenggol lengan jenika.

“ Siapa yang menghina kakak ipar,

memang aku sudah gila. Aku sedang memujinya. Walaupun dia mempunyai kecantikan

yang dibawah standar internasional, tapi dia bisa menaklukan hati Kak Saga.

Lantas apa yang kurang lagi dengannya.”

“ Ya, itulah satu-satunya

kelebihannya. Bisa membuat Kak saga jatuh hati padanya.” Sofia bangga sudah

menemukan fakta yang luar biasa. "Kelebihan Daniah itu cuma satu, dia gak punya

kelebihan apa-apa. Wkwkwk." Kedua adik ipar tertawa.

“ Apa yang sedang kalian lakukan?”

Daniah muncul dari belakang mengagetkan mereka berdua.  Jenika menoleh.

“ Kakak ipar ayo ikut kami

bersenang-senang, dirumah ini sedang ada tamu tidak diharapkan.” Jenika

mendekat, membisikan sesuatu di telinga Sofia. Lalu gadis itu sudah berlari

menaiki tangga.

“ Siapa?”

“ Tidak penting, ayo kita pergi.”

Jenika menyeret lengan Daniah yang masih binggung. Dengan badan setinggi Jenika menyeret Daniah bukanlah perkara susah.

“ hei, kamu mau membawaku kemana.

Aku gak mau pergi! Aku mau mandi air dingin dan tidur! Lepaskan aku Jen.

Lepaskan aku!”

Jenika tidak mengubris, mendorong Daniah masuk kedalam mobil. Sofia berlari membawa dua tas langsung masuk dan duduk di belakang. Jenika langsung tancap gas tidak perduli teriakan kakak iparnya.

BERSAMBUNG