Chapter 77 Alasan kedatangan Saga

Yang pasti malam belum berakhir

untuk penghuni kamar sebelah sini.

Daniah yang sudah selesai mandi di

kamar mandi di luar. Rebahan menunggu di tempat tidur. Sementara itu masih

terdengar jatuhnya air dari kamar mandi. Tuan Saga sedang ada di dalam sana,

mandi setelah tadi mengumpat kesal, protes dengan kondisi kamar mandi yang

sempit.

Jangan bandingkan rumahmu dan

rumahku! Dan ini lagi, Pak Mun! Kenapa membawakanku baju tidur juga si, dia

pikir aku mau melakukan apa disini. Aku ingin baju tidur lamaku kembali! Aku mau

protes! Tapi aku protes pada siapa. Hiks, hiks.

Tapi karena tidak mungkin memakai

pakaian pesta yang dia pakai tadi, atau bahkan seberani itu memakai pakaiannya

sendiri yang masih ada di rumah ini. Akhirnya Daniah memakai juga baju

tidurnya. Baju tidur Saga saja normal kenapa bajuku begini si. Daniah mengomel

sambil menarik-narik bajunya seperti anak kecil protes.

Pintu kamar mandi terbuka.

“ Anda sudah selesai?” Daniah

bangun dari tempat tidur saat Saga keluar dari kamar mandi.

“ hei  kenapa tempat ini sempit sekali!” Masih

meneruskan kekesalannya yang tadi. “ Keringkan rambutku.” Saga berjalan duduk

di tempat tidur. Sementara Daniah duduk bersimpuh di belakangnya. Mengambil handuk

kecil yang menempel di bahu Saga.

Tumben dia tidak melemparkannya

padaku. Tapi kenapa anda bertelanjang dada, pakai baju anda kenapa. Kumohon

normallah, inikan bukan di rumahmu.

“ Maaf, kalau anda tidak nyaman

bagaimana kalau kita pulang saja.” Bicara pelan sambil mulai mengeringkan

rambut dengan handuk kecil. Daniah memberi pijatan lembut di kepala. Teori

memijat kepala sudah dia dapatkan, berusaha mengingat kembali penjelasan guru

di sekolaah memijatnya.

“ Kenapa? Bukanya ini rumah

keluarga kesayanganmu. Seharusnya kamu senangkan aku mengizinkanmu menginap.”

Saga mengoyangkan kepalanya, menikmati setiap sentuhan Daniah. “ Apa mereka

memperlakukanmu dengan baik, sebelum aku datang?” pertanyaan Saga membuat

Daniah terkejut. Dia terdiam.

Eh kenapa ini, apa dia datang

karena perduli padaku. Dia pasti tahu, ya Han pasti tahu bagaimana aku

diperlakukan oleh keluargaku sebelum menikah. Dia bahkan tahu nama mantan

pacarku. Mengerikan sekali. Jadi tuan Saga datang karena dia perduli padaku?

Tapi, benarkah?

“ Kenapa anda datang sayang.

Bukankah anda sangat sibuk hari ini?” Saga menyentuh tangan Daniah yang sedang

menyentuh kepalanya. Tidak menjawab. Lalu dia tiduran tengkurap. Daniah

binggungkan, mau apa laki-laki ini pikirnya.

“ kenapa lagi, seharian ini aku

bekerja sangat keras dan tubuhku sakit semua. Aku datang karena mau kau

memijatku.” Dia menepuk bahunya beberapa kali. “ Pijat aku!”

Apa! Sia-sia aku sudah aku sedikit

tersentuh tadi. Benar. Dia ini tuan Saga, Daniah, memang apa yang kamu

harapkan.

“ cepat! Kenapa benggong!” sudah

naik satu oktaf nada suaranya.

“ Ia sayang.” Mulai menyentuhkan

tangannya di punggung Saga.

“ Awas kau, kalau pijatanmu masih

seperti dulu.” Belum apa-apa sudah mengancam. Padahal ya, padahal ya dari dulu

dia juga sudah senang dengan hasil pijatan Daniah.

“ Baik, saya sudah mulai kelas memijat,

sudah dua kali. Saya mulai ya?”

“ Baguslah, buat dirimu berguna.”

Daniah mengepalkan tangannya,

membuat gerakan meninju di udara. Tepat di belakang kepala Saga. Dua kali sambil

mulutnya maju beberapa centi.

“ Kau sedang memakiku sekarang?”

“ Haha, sayang mana mungkin. Bagaimana

apa anda merasa nyaman?” berusaha mengalihkan topik. Tangan Daniah menyusuri

punggung dan Tengkuk Saga. Memberi tekanan yang normal seperti yang dia

pelajari ketika kelas memijat.

Orang ini, kenapa dia sempurna

begini si. Tubuhnya juga sangat harum. Hei, otak apa yang kamu pikirkan. Sebelum

memujinya pikirkan semua hal jahat yang sudah dia lakukan padamu. Dia bahkan

meniduriku semaunya. Bukankah kamu memang istrinya? Hei hati kumohon kamu

hatiku bukan si, kenapa membelanya. Akukan cuma bilang kalau kamu istrinya,

wajarkan dia tidur denganmu. Keluar kau, keluar dari tubuhku sekarang. Masuk

saja kehatinya dan berdiam diri di hatinya yang dingin itu.

Sejenak hati Daniah kembali tenang.

Pijatan tangan Daniah sudah mulai turun ke kaki.

Eh, apa dia tidur. Ya tuhan apa

pijatanku seenak itu. Apa perlu aku buka panti pijat sekalian ya. Hiks, mata

duitan amat aku ini. Baiklah, ini talenta yang harus aku jaga. Kalau tuan Saga

menendangku suatu hari nanti aku bisa memakai kemampuan tanpa modal ini untuk

hidup. Aku harus giat belajar memijat sekarang.

Daniah mendekatkan kepalanya ke

wajah Saga. Mengintip. Benar, laki-laki itu sudah terlelap. Hembusan nafas

pelan terdengar dari mulutnya. Tenang. Wajahnya yang tampan terlihat sangat

tenang, membuat yang melihat pasti jatuh hati.

Kecuali aku ya! Pantas dia diam

saja, kalau sedang tidur kamu kelihatan tampan. Aku ingin mencubit pipi itu.

Daniah mencegah tangannya yang sudah

mau menyentuh pipi Saga. Bisa mati kalau sampai laki-laki ini bangun. Dia

beralih menyentuh kepala Saga lalu mengusapnya pelan. Lalu menjatuhkan diri dan

ikut berbaring di samping Saga. Menghembuskan nafas perlahan, sambil menatap

langit-langit kamar .

Ini kamar tamu, kalau kamarku

sendiri ada di mana. Ada di ujung ruangan, kamar paling kecil. Ibu selalu ingin

mengasingkanku sejauh mungkin, jadi dia memberiku kamar sempit itu. Kadang aku

memilih tidur di ruko, walaupun sepi yang mencekam dan udara dingin, lebih baik

tidur ditempat itu. Sekarang aku bisa tidur ditempat yang hangat. Tapi...

Daniah melirik laki-laki

disampingnya. Lalu dia memiringkan tubuhnya memandang punggung yang mulus dan

bersih itu. Tanpa dia sadari, dia sudah menempelkan telunjuknya di punggung

Saga. Saga tidak bereaksi, sepertinya dia benar-benar terlelap. Lalu seperti

mendapat maian baru Daniah membuat tanda titik-titik di punggung Saga. Membuat

bentuk sebuah kata. “Sayang.” Dia nyengir sendiri, bagaimana bisa memakai

panggilan semacam itu, pada laki-laki yang bahkan tidak dia sukai.

“ Apa nanti saat anda sudah mulai

membuka hati pada helena, anda akan mengusir saya? Tapi bolehkah saya memohon,

jika hari itu datang bolehkan saya pergi tanpa tersakiti. Saya akan mendoakan

kebahagiaan anda. Dan semoga saya juga bisa mendapat kebahagiaan saya juga.”

Daniah mendesah, menghentikan jarinya yang masih menempel di tubuh Saga. “ Selamat

malam tuan Saga, semoga anda mimpi indah.”

Daniah bangun dari tidur, mematikan

lampu kamar. Setelah diam sebentar, sebenarnya dia mau keluar kamar. Tapi

melihat bajunya yang sekarang, dia mengurungkan niatnya. Kejadian tadi saja

sudah sangat parah gumamnya. Apalagi kalau sampai keluarganya melihat pakaian

yang dia pakai sekarang.

Aku akan mengotori mata perawan

Raksa.

Akhirnya dia kembali ketempat

tidur, berbaring lagi di samping Saga. Dia menarik selimut, dan menyelimuti

tubuh Saga yang masih tidur tengkurap. Daniah tidur juga di sampingnya,

ditepatnya tadi. Dia menarik selimut hanya sampai pinggangnya. Lagi-lagi dia

memiringkan tubuh menghadap punggung Saga.

Kenapa menyentuhnya membuatku

ketagihan ya. Haha. Kapan lagikan aku bisa menistakan tubuhnya kalau dia tidak

sedang tidur nyenyak begini.

Tuk, tuk, menusuk-nusuk dengan jari

telunjuk. Sambil memikirkan kalau saja dia punya keberanian, dia ingin

mengambari wajah saga dengan lipstik. Dan mengambar punggungnya, menjadikan

punggung itu kanvas. Dan karena tahu kemampuan melukisnya yang buruk Daniah

cekikikan sendiri membayangkan gambar yang bisa ada di punggung putih bersih

itu. Daniah menempelkan telapak tangannya dipunggung Saga. Tersenyum sendiri

dengan pikirannya.

“ Kau senang?” Daniah terlonjak

kaget, apalagi saat Saga membalikan badan. “ Aku menyuruhmu memijatkukan. Malah

bermain-main dengan punggungku. Mengoceh yang tidak-tidak lagi.”

“ Sa, sayang, karena anda tidur makanya saya berhenti.

Saya tidak mau membangunkan anda.” Berusaha mundur dan mengeser tubuh. Tapi

tangannya sudah di cengkram.

“ Aku belum menyuruhmu

berhentikan?” senyum menyeringai muncul, senyum yang seperti ingin menghabisi

itu.

“ Ma, maaf. Kalau begitu biar saya

lanjutkan.” Daniah mau bangun dari posisinya.

Kaki dan bahu Saga jauh lebih cepat,

menahan tubuh Daniah yang mau bangun. “ Makin hari kamu makin tidak patuh ya.”

Sudah memberikan kecupan keras di leher Daniah, membuat gadis itu mengerang

keras.

“ Kau mau membuat keluargamu

berlari kemari dengan teriakanmu?”

“ Tidak sayang.” Mengigit bibirnya,

apa yang akan dipikirkan Raksa kalau sampai dia benar-benar lari dan mengetuk

kamar, lalu mendapati kakak perempuannya dengan pakaian seperti ini.

Padahal Raksa gak sepolos itu kali.

Wkwkwk.

“ Diam dan terima hukumanmu.”

Berbisik lirih di telinga Daniah.

Beraninya kau masih berpikir untuk

lari dariku. Beraninya masih berusaha menyebut Helen dengan bibirmu. Habis kau

malam ini.

Saga sudah menendang selimut, dia

sudah berada di atas tubuh Daniah dengan bertumpu pada lutut dan tangannya.

Meraih Dagu Daniah dengan jemarinya yang lain. “ Pesta kita baru saja dimulai.”

Aaaaaa, kenapa aku main-main dengan

tubuhnya!

Rintihan  masih terdengar di malam yang semakin larut.

BERSAMBUNG