Chapter 76 Menginap

Malam semakin berputar, gelap

semakin larut dan menengelamkan penduduk bumi untuk masuk ke dalam mimpi-mimpi

panjang. Mengistirahatkan sejenak tubuh untuk mengumpulkan kembali tenaga demi

esok hari yang lebih baik.

Di rumah ini pun, pesta telah

berakhir, satu persatu keluarga pamit pulang. Mereka tampak sangat senang

karena mendapat kesempatan untuk menyapa  presdir Antarna Group. Melihat dari dekat,

bernafas dengan udara yang sama, sudah menjadi kebanggaan yang bisa mereka

ceritakan pada teman sejawatnya. Pesta ulang tahu Gunawan kali ini, adalah

pesta paling spesial sepanjang hidupnya. Statusnya di hadapan keluarga besar

naik drastis. Daniah yang tadi dipandang sebelah mata pun tidak luput dari

jilatan sikap mereka. Seperti menjilat ludah sendiri, mereka tidak tahu malu, berpamitan

dengan hangat dan bahkan ada yang memeluknya. Mengajaknya bermain dan berjanji

akan mengirimkan hadiah pernikahan.

Daniah tersenyum, jujur, saat ini

dia dalam kondisi hati yang sangat buruk. Perubahan drastis orang-orang ini

setelah kedatangan tuan Saga, hanya menunjukan bahwa dia sama sekali tidak

berharga tanpa laki-laki yang sedang melingkarkan tangan di pinggangnya ini.

“ Terimakasih tuan Saga, anda sudah

menyempatkan waktu datang ke pesta sederhana kami.” Saga hanya duduk

mendengarkan dan tidak bicara apapun. Tapi dia membiarkan Ayah Daniah terus

saja bicara. Dia sendiri lebih tertarik dengan wanita yang ada di sampingnya,

Saga memainkan rambut Daniah. Menariknya, memaksa gadis itu menoleh dan

memperhatikannya. Hanya fokus padanya.

Aku ingin menciumnya. Mata

Saga  fokus menelusuri lekukan leher

Daniah. Aku ingin menciuminya. Sialan! Apa yang aku pikirkan sekarang.

Lihat aku, hanya lihat aku sekarang!

“ Apa kau mau menginap di sini?”

tanyanya sambil membelai lembut rambut Daniah. Ternyata dia bisa bertahan.

Karena tidak mungkin dia melakukannya di depan orang tua Daniahkan. Pertanyaannya berhasil membuat Daniah fokus padanya.

“ Tidak!” spontan berteriak. Karena

reaksi spontannya yang menolak Saga malah semakin menjadi. Diakan selalu senang

kalau Daniah tidak suka. Intinya dia akan melakukan apapun yang tidak

diinginkan Daniah. Dan Daniah menyesali jawaban reaktifnya barusan, karena dia

melihat bibir Saga tersenyum mencurigakan.

“ Kenapa? Aku ingin tidur di kamarmu,

tempat di mana dulu kamu tidur sebelum menikah denganku.” Tersenyum. Tidak

perduli semua orang di ruangan ini kecuali manusia setengah batu sekertaris Han

sudah terkejut dan panik. Apalagi ibu, dia yang sudah terlihat takut semakin

tampak pias.

Benarkan, dia punya rencana

terselubung. Senyumnya sudah seperti itu. Dan kamarku, tidak, dia tidak boleh

melihat kamarku.

“ Sa, saya akan menyiapkan kamar

tamu untuk anda tuan.” Ibu yang dari tadi hanya menunduk diam membuka suara.

Dia kembali tangannya kuatir ketika lagi-lagi sorot mata Saga tertuju

padanya.

“ kenapa? Aku ingin tidur di kamar

istriku yang dulu.” Masih tetap dengan pilihan pertamanya. Karena melihat

gelagat wanita itu mencurigakan Saga malah semakin tertarik saja.

“ Kamar Daniah sudah lama tidak

dipakai jadi berantakan, saya akan minta pelayan menyiapkan kamar tamu. Niah,

gak papakan kalau tidur di kamar tamu. Kamu bisa membantu ibu menganti sprei

tempat tidur, biar ayah dan tuan Saga bisa berbincang.” Ibu bicara sudah dengan

kalimat memohon, seharusnya Daniah menyeringai sekarang, tapi dia sungguh anak

yang baik ya. Ia merasa iba melihat ibu tirinya.

“ Apa! Kau suruh istriku apa?

Menganti sprei. Haha, sepertinya kalian benar-benar tidak tahu posisi kalian

ya.” Amarahnya memuncak mendengar kalimat ibu.

“ Sa, sayang, bukan begitu.” Daniah

memeluk Saga yang sudah bicara sambil berteriak. “ Ibu hanya ingin aku membantu

memilihkan sprei yang cocok. Iakan bu?” Daniah menoleh pada ibunya. Berusaha

menyelamatkan wanita itu. Kurang baik apa dia, seharusnya dia menimati ini

sebagai ajang balas dendamkan. Tapi ternyata tidak, sebencinya dia pada ibu

tirinya, dia masih menggangap bahwa keluarga adalah hal paling penting di atas

semuanya.

“ Ia, ia tuan.” Ibu menjawab

terbata. Saga hanya memandang sebentar, lalu beralih pada han. Sekertarisnya duduk

di sofa tidak jauh dari mereka duduk.

“ Han!” saat namanya dipanggil

sekertaris cekatan itu sigap dan langsung mendekat.

“ Ia tuan muda.” Siap menunggu

perintah.

“ Bereskan kamar, aku dan Daniah

akan menghabiskan malam disini.” Memutuskan semuanya secara sepihak, sekaligus

memberi tahu keluarga Daniah untuk jangan melakukan apapun. Han yang akan

menyiapkan semuanya.

“ Baik tuan muda.”

Han menganguk, lalu pergi keluar,

terdengar dia menelfon dan bicara panjang. Daniah hanya menduga-duga apa yang

dilakukan sekertaris Han, setelah mendengar perintah sependek itu.

Apa dia benar-benar tahu apa yang

harus dia lakukan?

Memang dia sehebat itukah? Aku saja tidak paham yang dimau tuan Saga apa.  “ Bereskan kamar, aku dan Daniah akan menghabiskan malam disini.”

Membereskan kamar

menghabiskan malam

apa lagi-lagi aku yang jadi korbannya!

Apa-apaan dia ini. Dia memanggil

pak Mun dan para pelayan datang ke rumah ini. Lihat apa yang dia bawa. Kenapa

sekalian tidak membawa tempat tidur. Kenapa tidak sekalian kalian pindahkan

kamar tuan Saga kemari. Memang kalian pikir kami mau menginap berapa lama.

“ Apa anda mau saya membawa tempat

tidur juga?” Bertanya pada Daniah yang menatapnya kesal. Han tahu nona mudanya

pasti ingin menendang atau menginjak kakinya sekarang.

“ Tidak!” Mengeram kesal. “ Tolong,

kalau gila jugakan harus ada batasannya dong.” Medekat dan berkata lirih,

supaya hanya Han yang mendengar. “ tempat tidur di kamar tamu juga sangat

nyaman, sayang aku antar Pak mun kekamar tamu dulu ya.” sudah berkata dengan suara normal.

Saga malah melirik ibu.

“ Tidak Niah, kamu temani tuan Saga

saja. Biar ibu yang mengantar mereka ke kamar tamu. Ayo silahkan pak lewat

sini." ibu pergi, Daniah kembali duduk di samping Saga.

Raksa  yang duduk jauh, hanya mengamati. Risya

mengigit jarinya kuatir, melihat semua pemandangan sepanjang acara setelah

kedatangan Tuan Saga dan saat ini. Dia sungguh-sungguh merasa sebentar lagi

duri tajam akan melilitnya kuat. Membalasnya dengan lebih tidak manusiawi, daripada

yang sudah dia lakukan pada Daniah. Ibupun berjalan gemetar, mengingat semua

hal yang dia lakukan kepada daniah. Dia tidak pernah berfikir kalau anak

tirinya itu benar-benar mendapatkan kasih sayang Tuan Saga. Sesal tiada tara

menghujani dirinya.

Sambil menunggu Pak Mun menyiapkan

kamar, pembicaraan ayah kembali berlanjut, yang isinya berterima kasih, tentang

perusahaan dan juga anaknya. Dia melirik Daniah memberikan sorot mata hangat

yang masih dirasa janggal oleh Daniah. Tapi gadis itu tersenyum tulus dengan

ucapan ayahnya. Ya, mungkin ini kerinduan yang sudah teramat lama. Saat ayahnya

mencoba menyentuh hatinya. Jiwanya yang selama ini kering akan kasih sayangpun

berterimakasih. Lupa, semua hal buruk yang sudah dilakukan ayahnya.

Saga hanya membalas sekenanya,

tidak jauh berbeda ketika dia bicara dengan orang lain selama ini. “ Aku mau

mandi.” Saga bangun sambil menoleh pada Daniah. Kata-katanya  menghentikan bicara ayah Daniah secara paksa.

Padahal Gunawan belum menyelesaikan pujian-pujiannya.

“ Baik, saya  akan siapkan.” Daniah bangun menyusul Saga

yang sudah berjalan ke arah pak Mun tadi pergi. “ Ayah kami permisi.”

“ Baiklah, pergilah, tuan Saga

pasti lelah. Pergi dan layani dia.” Ayah Daniah tersenyum sangat senang, hanya

Tuhan yang tahu arti dibalik senyuman itu. Daniah menoleh sekali lagi pada

ayahnya, berharap senyum hangat itu selamanya tertuju untuknya, terlepas apapun

hubungannya dengan tuan Saga nanti.

Daniah mengandeng lengan Saga agar

mengikutinya.

Setelah kedua orang itu menghilang

Gunawan memberi perintah kepada bibi pelayan untuk mengantar sekertaris Han

menuju kamarnya. Laki-laki yang sedari tadi hanya diam dan ntah makan atau

tidak dia tadi. Tidak ada yang tahu. Benar, rasanya sekertaris Han memang belum

pernah ketahuan makan atau minum sekalipun ya. Wkwkw.

“ Silahkan beristirahat sekertaris

Han, bibi akan mengantar ke kamar anda.” Gunawan bicara dengan sopan, sama

sopannya ketika bicara dengan tuan Saga. Karena dia tahu, laki-laki

dihadapannya ini sama berkuasanya di Antarna Group.

Han menggangukan kepala,

mengucapkan terimakasih lalu berjalan mengiku bibi pelayan. Rasanya juga sudah

lelah dan ingin tidur gumamnya.

Baiklah untuk hari ini sepertinya

cukup, tuan muda tidak mungkin keluar dari kamarnya lagi. Aaaa, hari yang

benar-benar merepotkan. Sepertinya ini pertama kalinya tuan muda perduli pada

orang lain. Bahkan pada keluarga Helenapun tidak begini.

Nona Daniah anda benar-benar berhasil membuat tuan Saga mati gaya. aku ingin mandi air hangat lalu tidur.

Sekertaris Han masuk ke dalam kamar.

Hari untuk sebagian orang sudah berakhir, tapi untuk yang lain, malam panjang mungkin baru saja dimulai.

Bersambung.............