Chapter 75 Celemek

Pesta telah dimulai.

Tamu dari keluarga besar sudah

mulai berdatangan, bergerombol dan membentuk kelompok masing-masing. Bicara memamerkan

apa yang mereka punya.

“ Kak Niah, duduklah, kenapa malah

kak Niah yang sibuk si.” Raksa menarik lengan kakak perempuannya. Hilir mudik

orang-orang menikmati makanan. Mereka sedang menikmati hidangan pembuka dan

camilan. Tenaga tiga orang pelayan perempuan dan dua pelayan laki-laki tidak

akan cukup menangani ini. Jadi Daniah sudah memakai celemek dan ikut membantu

mempersiapkan makanan. Untuk makanan utama sendiri sudah terhidang secara prasmanan,

bukan hasil masakan bibi pelayan rumah tentunya. Bisa pingsan mereka kalau

harus mempersiapkan menu makan malam utama.

“ Sudah sana pergilah, temani

ayah.” Daniah mendorong tubuh Raksa. Bagaimanapun dia anak laki-laki yang akan

menjadi wajah keluarga ini. Apalagi di rumah ini garis keturunan laki-laki

sangat diagungkan. Daniah yang hanya anak dari ibu yang sudah meninggal sudah

pasti hanya dipandang sebelah mata. Karena tamu yang datangpun tidak ada yang

berasal dari kerabat ibunya. Keluarga ini sudah lama terputus hubungan dengan

keluarga ibunya. Hanya Daniah yang masih sering berkunjung ke kampung halaman

ibunya.

“ Nona, kenapa di dapur?” Bibi pengurus

rumah yang muncul dari dalam sudah mengambil pisau ditangan Daniah.

“ Sudah jangan perdulikan aku. Mana

buah yang harus dipotong, biar aku yang kerjakan. Bibi yang lain saja.” Daniah

memotong buah kecil-kecil lalu measukannya dalam wadah. Menambahkan sirup dan

susu. Setelah itu memasukan batu es. Selesai. Dia meminta pelayan membawakannya

ke depan.

“ Ternyata kamu bersembunyi di

dapur ya?” Risya muncul dengan bala tentaranya. Daniah mendengus. Sudahlah, aku

sudah menghadapi dua adik ipar yang bahkan jauh lebih julid darimu. Kata-katamu

tidak akan mempan padaku. Begitu kira-kira yang dikatakan Daniah. Mengacuhkan

adik tiri dan sepupu di belakangnya.

“ pergilah jangan mengganguku!”

Daniah mengacungkan pisau yang habis dia pakai memotong buah di tangannya.

Pisau berlumuran warna merah terkena daging buah naga. Risya dan dua sepupunya

memandang pisau itu ngeri.

“ Ada apa denganmu. Mereka hanya

ingin menyapamu, nyonya Antarna Group. Haha.” Yang lain ikut tertawa. Daniah

menarik nafas dalam. Kesal sekaligus tidak bisa melakukan apapun.

Ketidakhadiran Tuan Saga hari ini memang menunjukan bagaimana statusnya. Dia

tidak lebih seperti istri yang diabaikan. Jadi kalau Risya menyinggung itu, dia

memang tidak punya bantahan untuk mematahkannya. Setelah bicara macam-macam

ketiga orang itu akhirnya pergi. Huhh! Ternyata berbeda dengan adik ipar yang

akan terus mengoceh walaupun diacuhkan, ternyata mental kalian masih sangat

lemah ya. Daniah tertawa menghibur dirinya sendiri.

Acara ulang tahun ayah dimulai. Dia

maju kedepan dan memberikan sambutan kata pembuka membangakan keberhasilannya

dan perusahaan. Dia menarik tangan putra kesayangannya. Penerus keluarga dengan  senyum bangga. Dia juga menyebut nama Daniah.

Semua orang diam, mencari-cari sosok yang di sebutkan oleh Gunawan, wajah

mereka penuh tanda tanya,  sedangkan

wajah ibu tiri  terlihat tidak senang.

Apalagi saat suaminya tidak menyebut nama Risya untuk membanggakan

keberhasilannya menembus dunia entertrainer.

Daniah yang sedang merapikan meja

terdiam, melihat wajah orang-orang, lalu matanya bersitatap dengan Ayahnya.

“ Kemarilah!” Ayah mengulurkan tangannya.

Karena terkejut Daniah hanya terdiam, dan memandang semua orang. Merasa tidak

percaya, kalau benar-benar namanya yang baru di sebutkan ayahnya.  “ Karena Daniah kita bisa melewati banyak hal

yang sulit, terimakasih untuk semuanya Daniah.”

Eh kenapa ini, kenapa ayah bisa

aneh begini. Menurut Raksa ayah memang sedikit berubah, tapi kalau seperti ini

bukannya sedikit ini mah sudah 180 derajat. Dia bahkan menunjukannya di depan

orang lain. Di depan keluarga besar dan ibu. Kupikir dia hanya akan

melakukannya kalau kami hanya berdua. Ayah.... apa aku memang harus mulai

membuka hati dan memaafkanmu.

Semua orang bertepuk tangan dan mengucapkan

selamat. Daniah mendekat ke samping Ayahnya, laki-laki itu mengusap kepalanya

lembut.

“ Terimakasih untuk semuanya.”

“ Ayah.” Daniah menjawab lirih, dia

masih belum bisa memahami, kenapa sikap ayahnya berubah seperti ini. Apa ada

yang salah dengan Ayah. Apa benar laki-laki dihadapannya benar-benar sudah

berubah, apa dia merasa menyesal. Ntahlah, yang pasti dia menunjukan kasih

sayangnya pada Daniah.

Huh! Apa memang kesabaran

benar-benar akan berbuah manis pada akhirnya.

Daniah menatap orang-orang di

sekelilingnya. Yang paling tidak suka dengan perlakuan ayah pada Daniah tentu

saja ibu tiri, dia berwajah masam sepanjang acara.

Makan malam berlangsung dengan

baik. Semua orang dewasa mengambil makanan bergiliran lalu  berkumpul di meja makan, mengobrol, membahas

hal remeh temeh. Sementara anak-anak duduk di karpet sambil menonton tv

menikmati makanan mereka. Pelayan sibuk dengan pekerjaannya, keluar masuk,

menyiapkan apa yang kurang. Daniah masih mondar mandir membantu. Dia membantu

meladeni segerombolan anak-anak. Mereka ribut meminta ini dan itu. Main dorong-dorongan

juga. Ada yang menangis, ibu mereka menghentikan makan dan melerai perkelahian

antar anak-anak.

“ Kak Niah, ayo duduk di meja

makan.” Raksa sudah mau menarik lengan Daniah.

“ Sudah sana, kak Niah gak papa.

Lagi ngurusin ini bocah-bocah.” Tunjuknya pada anak-anak yang duduk di

sampingnya. Dia mengusap kepala anak yang tertawa senang di sampingnya.

“ Tidak, kakak harus makan

jugakan.” Pembicaraan Raksa terhenti, saat terdengar keributan dari luar, semua

orang menoleh. Seorang pelayaan laki-laki tergopoh-gopoh masuk. Memberi hormat

sebentar. Menghadap Gunawan yang sedang berbincang dengan anggota keluarga

lainnya.

“ Maaf tuan, Tuan Saga.” Dia bukan hanya

berkeringat karena berlari, tapi lebih pada keterkejutan. Melihat tamu yang

datang terlambat, yang sedang ada di halaman depan.

“ kenapa?” Ayah Daniah bangun dari

tempat duduknya mendekat. “Ada apa dengan tuan Saga.” Sudah terdengar nada

panik dari suaranya.

“ Tuan Saga datang.”

“ Apa!” Sudah seperti ada kilatan

petir yang menyambar. Antara antusias dan wajah pucat. Apalagi anggota keluarga

yang lain, yang tadi sudah memandang sebelah mata dan berkata nyinyir pada

Daniah. Wajah ibu tiri juga terlihat sangat pias. Keributan tidak terelakan,

semua bicara membuat hipotesanya masing-masing.

“ Kak tuan Saga datang.” Raksa menarik

lengan kakak perempuannya.

“ Hei mana mungkin.” Belum

menyelesaikan kalimatnya Ayah dan tuan Saga muncul beriringan, dan seperti

biasa sekertaris Han megikuti dari belakang. Dengan pandangan datar dan tidak

bergeming.

“ Terimakasih anda sudah meluangkan

waktu tuan.” Ayah Daniah bicara pelan di samping Saga. “ Saya mewakili keluarga

sangat berterimakasih.

Saga tidak mendengarkan, Ia

mengedarkan pandangan mencari Daniah. Tertangkap, sosok gadis itu di antara

kerumunan anak-anak.

Apa itu yang dia pakai? Celemek. Kurang

ajar! Apa kalian menjadikan istriku pelayan di sini.

Saga mendekati Daniah, gadis itu

masih ternganga tidak percaya kalau yang sedang berjalan mendekat itu

benar-benar Saga. Tapi demi melihat siapa yang berdiri di belakangnya, dia

yakin ini benar tuan Saga.

“ Aku kemari hanya untuk melihat

istriku.” Saga melingkarkan lengannya di bahu Daniah, lalu mencium pipi  kiri Daniah. Seisi ruangan ribut. Bahkan

Daniahpun terlonjak.

“ Sa, sayang.” Ada apa denganmu,

kenapa kamu melemparkan nuklir mematikan sekarang. Apa yang ingin kamu tunjukan

sekarang pada keluargaku. Kalau aku adalah istri yang dicintai. Terserahlah.

Begitu pikir Daniah, karena ketika

ekor matanya berkeliling, sepertinya sekarang keluarga besarnya ini melihatnya

dengan cara yang berbeda. Takjub, bangga, juga menyesal.

Kalian pasti menyesal karena

mengacuhkankukan?

“ Apa ini?” Saga menarik celemek

yang dipakai Daniah. “ Kamu datang Cuma disuruh jadi pelayan disini.” Melirik

semua orang, matanya berakhir pada ibu. Wanita itu sudah pucat. “ Apa kamu yang

menyuruh istriku memakai ini!” Suasana yang tadinya adalah makan malam yang

menyenangkan dan penuh tawa tiba-tiba berubah tegang.

Saga membuka ikatan celemek

di pinggang Daniah, lalu menariknya. Dia melemparkan benda itu kelantai. Tepat

di hadapan ibu.

“ Han, catat siapa saja yang sudah berani minta dilayani istriku.”

Tunggu apa yang mau dilakukannya, apa dia mau balas dendam.

“ Baik tuan muda,”

Hei, sekertaris Han jangan asal

menjawab perintah aneh begitu. Kemana otakmu? Mereka keluargaku tahu!

“ Sayang.” Daniah melingkarkan

tangan dipinggang Saga.

Persetan! Lakukan hal memalukan untuk melunakan amarahnya dulu.

Semua orang yang melihat terkejut,

dengan panggilan Daniah pada Saga.  Mereka  semakin menciut ngeri. “ Saya hanya membantu anak-anak.” Kata Daniah pelan menunjuk anak-anak.

Kenapa mereka

tidak takut si, tapi malah sepertinya tersihir dengan pesona Tuan Saga. Hei,

bocah-bocah. Sadarlah, kalian tidak boleh ngefans pada orang semacam dia.

Kalian tidak boleh meniru tindakannya sekarang, walaupun dia keren dan sok hebat begini. hentikan tatapan terpesona kalian.

“ Han, catat siapa nama orang tua

mereka, beraninya menjadikan istriku pengasuh anak-anak.”

“ Baik tuan muda.”

Daniah menatap sekertaris Han geram

sekaligus memohon, hentikan kegilaan majikanmu bukan menurutinya. Kumohon!

“ Sayang bukan begitu. Saya sedang

bermain bersama anak-anak. Karena mereka makannya belepotan makanya saya pakai

celemek.”

Komohon percayalah seperti

biasanya. Komohon bodoh sekali ini saja.

“ Sepertinya memang begitu tuan

muda, keluarga nona Daniah kan tahu kalau nona Daniah adalah istri anda sekarang.

Tidak mungkin mereka seberani itu untuk memperlakukan nona tidak baik. Anda

tidak memanggil nona untuk menjadi pelayankan nyonya?” Han beralih melihat ibu,

wajah ibu pias.

“ Ti, tidak tuan. Saya tidak.” Dia

terbata menjawab, tangannya gemetar.

“ Sayang.”

Aku tahu, kata-katamu mengandung

ancaman mematikan sekertaris Han. Aku harus mengakhiri ini “ Apa anda mau makan

sesuatu?”

Saga tersenyum mendengar tawaran

dari Daniah. Dia melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka masih mematung.

Menonton dengan perasaan campur aduk, cenderung takut. “Apa yang kalian lihat?

Lanjutkan makan kalian.”

“ Ba, baik tuan.” Kemudian mereka

bubar, kembali kemeja makan. Yang tadi bersuara berisik dan bisik-bisik kini

suasana menjadi mencekam. Mereka meneruskan makan, walaupun kini tidak terlalu berselera.

Selamatkan aku sekertaris Han!

Daniah memohon melalui sorot

matanya.

“ Tuan muda saya akan menyiapkan meja di ruangan lain.” Sekertaris Han si pembaca pikiran yang berguna dalam situasi mencekam.

“ hemm.”

Saga menarik tangan Daniah agar

mengikutinya. Mereka duduk di ruang tamu yang lengang.

“ Bodoh!” tunjuknya di kening

Daniah.

“ Apa?” lirih menjawab.

“ Tundukan kepalamu hanya

kepadaku!” menuding kening Daniah lagi. “ Pakai namaku untuk membungkam mulut

mereka.”

“ saya tidak apa-apa, merekan

keluarga saya.” Getir menjawab, inilah kelemahan terbesar Daniah.

“ keluarga. Haha.”

Saga tertawa sendiri, benar

keluarga. Itulah tali yang megikatmu denganku. Satu kecupan lembut di pipi

Daniah, membuat Gadis itu terlonjak. Untung saja dia tidak mendorong tubuh

Saga. Kalau dia melakukannya karena refleks, maka habislah dia.

“ Kau senang aku datang?”

“ Ia sayang.”

Kali ini aku benar-benar senang

melihatmu. Kamu datang sudah seperti dewa penolong untukku.

“ Berterimakasihlah dengan benar.”

Mengusap bibir Daniah dengan jemarinya, lalu melumat bibir itu. Dia menghentikan

sebentar serangannya “ Bernafas bodoh!” Gelagapan Daniah menjawab. Serangan selanjutnya

kembali dilancarkan.

Diujung ruangan sekertaris Han

memalingkan wajah.

BERSAMBUNG..............