Chapter 74 Daniah pulang Ke Rumah

Sepertinya sudah lama ya, aku

terakhir kali masuk kerumah ini. Ini untuk pertama kalinya aku pulang setelah

menikah. Lucunya, aku bahkan butuh alasan dan acara khusus untuk hanya pulang

kerumah orangtuaku.

Daniah memasuki gerbang halaman

rumah, mobilnya berhenti parkir di samping mobil  Risya. Daniah melihat seorang pelayan  membuka pintu utama lalu berdiri di dekat pintu

dan selang tidak lama di belakangnya menyusul Raksa, Risya dan ibu. Daniah yang

melihat wajah Ibu terlihat kecewa ketika melihatnya  muncul seorang diri. Daniah hanya menghela nafas pelan, melihat reaksi wajah mereka.

“ Memang apa yang kita harapkan.” Ibu bicara pada Risya. Melihat kemunculan Daniah yang sendirian, tanpa suami, tamu kehormatan yang ditunggu.

“ Tuan Saga tidak mungkin datang.” Anak perempuannya menimpali. " jelas-jelas dia istri yang diabaikan. dulu ataupun sekarang dia masih sama menyedihkan." Risya mencibir senang. Dia memang selalu senang kalau melihat Daniah terpuruk sedih ataupun kalah. Saat dia tahu Daniah menikah dengan Tuan Saga, dia merasa bagai dijungkir balikan masuk keperut bumi. kalah dari semua segi, tapi setelah tahu tidak mungkin Daniah mendapatkan cinta dari laki-laki seperti Tuan Saga. itu membuatnya sangat bahagia.

“ Ibu kenapa mengatakan seperti

itu. Sudah lama tidak bertemu Kak Niah, paling tidak jangan bicara yang tidak

menyenangkan begitu.” Raksa menjadi pembela.

“ Diam kamu bocah. Ibu, Daniah

pasti tidak mendapatkan cinta dari tuan Saga. Sudahlah jangan berharap lebih.”

Suara Risya keras sekali, jelas-jelas sengaja agar Daniah mendengarnya.

“ Apa kalian tidak tahu malu.

Perusahaan dan hidup kita bisa selamat karena pengorbanan Kak Niah.”  ibu dan Risya tidak perduli dengan apa yang

diucapkan Raksa. Mereka berbalik masuk kedalam rumah tanpa semangat lagi untuk

menyambut Daniah, Hanya Raksa dan seorang pelayan yang masih tertinggal. Raksa

mendekat dan mengambil tas yang dipegang Daniah.

“ Kak.”

“ Sudahlah, kenapa kamu yang kecewa

begitu. Aku tahu kok siapa yang mereka tunggu. Tuan Saga tidak akan datang.

Lagipula alasan apa yang membuatnya sampai datang kerumah kita.” Daniah tetap

memberikan senyum pada adiknya.

“ Maaf ya kak.” Raksa merangkul

bahu Daniah.

“ Kenapa kamu yang minta maaf.  Bibi.” Daniah menyerahkan kunci mobilnya. “

Ada beberapa barang di bagasi, tolong dikeluarkanya. Panggil yang lain untuk

membantu.”

“ Baik nona.” Bibi pengurus rumah

mengangukan kepala.

Setelahnya Raksa menarik lengan Daniah

memasuki rumah. Bercerita tentang betapa irinya Risya dengan semua hadiah yang

dibelikan Daniah.

Di ruang keluarga, sudah duduk di

sofa. Ibu, Risya, Daniah dan Raksa. Raksa diam karena Risya beberapa kali

menghardiknya karena dia menyela pembicaraan. Karena tidak mau mendengar

pertengkaran akhirnya Daniah menyentuh tangan adiknya. Dia mengelengkan kepala,

tersenyum, sambil bicara pelan. “ Biarkan dia bicara semaunya. Masuklah ke kamar

dulu sana.” Raksa mengeleng, dia tidak mau pergi. Jadi pada akhirnya dia

memilih diam.

“ Apa tuan Saga yang memberimu

hadiah mobil?”

“ Apa tuan Saga tidak bisa datang,

bukankah ini ulang tahun mertuanya, kenapa dia tidak bisa menyempatkan  waktu sedikit saja.”

“ Apa kamu  sudah merasa beruntung bisa tidur dengan tuan

Saga, dan bisa bersikap sombong begitu.”

“ Aku dengar dia tidur dengan

banyak wanita setiap malam. Huh! Siapa juga yang tidak mau dengannya.”

“ Apa yang kamu dapatkan saat

menjadi istri tuan Saga.”

Daniah mendengus mendengar

pernyataan adik tirinya yang panjang. “ Apa kamu sudah selesai? Aku mau menemui

ayah.”

“ ibu lihat Daniah, dia benar-benar

sudah kurang ajar sekali.” Merengek seperti bayi, mengadu. Padahal tanpa perlu

mengadu ibu juga sudah menonton pertunjukannya.

“ Sudahlah jangan menggangunya.”

Ibu cukup tahu diri juga rupanya. Walaupun Daniah tidak mendapatkan kasih

sayang Tuan Saga, tapi statusnya tetaplah istri sah.

“ Ibu, apa sekarang ibu takut karena

dia menikah dengan tuan Saga. Dia juga tidak mendapat kasih sayang suaminya bu,

kalau memang suaminya perduli pasti tuan saga datang hari ini.” Masih mengoceh

kemana-mana tidak mau mengalah. Daniah sudah mulai jengah.

Saat itu masuklah bibi pelayan

diikuti oleh sopir yang sudah lama bekerja dirumah ini dan seorang pelayan

wanita lagi. Dirumah ini ada tiga pelayan wanita dan dua pelayaan laki-laki

yang merangkap sopir. Mereka membawa barang-barang yang dibeli Daniah tadi.

“ Nona dimana kami harus meletakan

barang-barang ini?” tanya bibi pengurus rumah sambil meletakan boks kardus yang

dia pegang.

Daniah mendekat meninggalkan Risya

yang masih mengoceh panjang.

“ Bibi dua boks ini dibagi-bagi ya.

Satu boks isinya makanan silahkan dinikmati bersama-sama. Kalau satunya hadiah,

sudah saya pisahkan sesuai nama. Semoga cocok untuk kalian. Dan juga ini.”

Daniah mengeluarkan amplop yang berjumlah lima buah. Menyerahkan ke tangan bibi

pengurus rumah. Tangan bibi bergetar, matanya sudah berkaca-kaca.

“ Nona, kenapa anda baik sekali.”

Katanya pelan sambil menepuk tangan Daniah lembut.

“ Bibi bicara apa. Aku yang berterima

kasih, bibi dan semuanya sudah menjagaku selama ini dengan sangat baik.”

Membalas dengan menepuk punggung bibi hangat, tersenyum pada sopir dan pelayan

yang lainnya. Mengucapkan terimakasih tulus lewat sorot matanya.

“ Terimakasih nona. Terimakasih

untuk semuanya, semoga nona bahagia.”

Ketiga orang itu menundukan kepala

mereka hormat. Bibi masih menyeka ujung matanya. Lalu mereka masuk ke dapur

meletakan beberapa barang yang Daniah beli untuk rumah ini.

“ Cih, kamu bahkan memberi para

pelayan hadiah, dan membelikan Raksa banyak hadiah mahal. Tapi sama sekali

tidak ingat pada adikmu ini.” Ternyata wujud orang tidak tahu malu itu banyak

sekali rupanya ya, salah satunya sedang berdiri di hadapan Daniah sekarang.

“ Adik, maaf ya sepertinya kamu dan

aku tidak terlalu akrab, sampai aku harus memberimu hadiah.”

Wajah Risya memerah karena geram. Sementara Raksa yang sedari tadi diam tergelak mendengar ucapan Daniah. Risya melotot.

Kalau dulu dia pasti sudah maju menjambak Daniah atau memukulnya. Kenapa dia

bisa seberani itu, karena di belakangnya berdiri pembela yang selalu membiarkan

apa yang dia lakukan.

“ Baiklah kamu memang kurang ajar

ya. Tidak memberiku hadiah tidak masalah, tapi sampai tidak memberi ibu hadiah

sepertinya kamu sudah sangat keterlaluan.” Menemukan kata tepat untuk

menjatuhkan Daniah.

“ Kak jangan keterlaluan!” Raksa

menjawab kesal.

“ Diam Raksa, jangan ikut-ikut ya.

Kamu sudah di sogok hadial mahal sama diakan.” Raksa memandang jengah pada

Risya dan ibunya yang hanya diam.

Daniah menoleh pada ibu tirinya.

Senyum tipis muncul di bibirnya.

“ Ibu, bukankah aku sudah

memberikan hadiah yang sangat dia inginkan.” Wajah ibu terlihat bingung, karena

tidak merasa pernah mendapatkan hadiah berharga apapun dari anak tirinya ini.

“ Apa?” Risya menantang.

“ Bukankah keluarnya aku dari rumah

ini itu adalah hadiah terindah yang bisa kuberikan pada ibu.” Daniah

membungkukan kepalanya. Senyum samar penuh kemenangan muncul dibibirnya. “Saya

mau menemui ayah. Permisi.”

“ Ibu!” Risya berteriak marah. “

Dia kurang ajar sekali bu, mentang-mentah menikah dengan tuan Saga.”

Daniah menuju ruang kerja ayahnya, dia

bernafas lega dan puas sekali meninggalkan ruang keluarga. Walaupun sedikit

bergetar karena rasa percaya dirinya yang berlebihan. Sampai di depan pintu dia

membisu.

Sepertinya aku terlalu berani tidak

ya? Kalau aku di tendang dari rumah tuan Saga dan harus kembali kerumah ini,

aku pasti akan dikuliti habis, dan dijadikan pajangan di dinding atau dipakai

mengepel lantai oleh Risya. Ahh, terserahlah. Yang penting aku puas sekarang.

Daniah mengetuk pintu, setelah

mendengar sahutan dari dalam Daniah membuka pintu dan masuk. Berdiri diam

melihat ayahnya yang sudah duduk di sofa.

“ Duduklah!” Ayah menunjuk sofa di

depannya, Daniah menurut tanpa bicara sepatah katapun. “Bagaimana dirumah tuan

Saga? Apa semua berjalan dengan baik?” Dia mulai bertanya setelah Daniah duduk.

Apa yang mau ayah ketahui. Kabarku

atau apa dia mengatakan untuk tidak melakukan kesalahan dirumah tuan saga.

“ Jangan kuatir, saya melukan

semuanya sesuai dengan rencana ayah.”

Aku hanya ingin sedikit saja

mengingatkanmu, kalau aku jadi seperti ini karenamu. Daniah meringis. Ketika

mendapati kenyataan, kalau semuanya sebenarnya bukanlah salah ayahnya. Tuan

Saga memilihnya, karena dirinya, bukan karena ayah yang menjualnya.

Karena wajahku dan rambutku maka

akulah yang terpilih.

Daniah mengambil tas kertas kecil

yang dia letakan dibawah kakinya. “ Hadiah untuk ayah, selamat ulang tahun.

Semoga ayah selalu sehat.”

“ Niah, apa kamu masih marah sama

ayah.” Bukannya menerima hadiah dari Daniah laki-laki itu malah mengengam

tangan Daniah. “ Apa tuan Saga memperlakukanmu dengan baik?’

Apa ini. Apa ayah benar-benar

perduli padaku.

Dada Daniah bergetar, apalagi saat

Ayah menepuk punggung tangannya lembut. Ayolah Daniah, jangan selemah ini

begitu dia menyadarkan diri. Laki-laki ini yang sudah memasukanmu dalam lubang

neraka. Karena dialah kamu harus menikah dengan tuan Saga. jangan selemah itu.

" Maafkan ayah Niah, dan terimakasih untuk semuanya."

Ini curangkan namanya, aku tidak mempersiapkan diriku untuk perubahan sikap ayah seperti ini.

Tidak bisa dicegah, ada yang menganak di ujung mata Daniah. Dia ingin memeluk ayahnya dan menangis, namun urung ia lakukan. Hatinya belum sepenuhnya siap. untuk memafkan semuanya.

BERSAMBUNG