Chapter 50 Hadiah dari Saga

Sudah masuk ke dalam kamar. Zona

berbahaya kalau Saga sedang dalam suasana hati yang tidak baik.  Saga menjatuhkan diri di sofa, Daniah menyusul

ikut duduk di sampingnya. Dia melihat laki-laki itu mendesah dan masih terdiam,

bahkan memejamkan mata sambil menyenderkan kepala.

“ Kenapa memelototiku.” Saga

menjentikan telunjuknya di kening Daniah. Padahal dia masih memejamkan mata.

“ Maaf suamiku.” Cih, aku bahkan

sudah fasih memanggilnya begitu. “ Apa anda tidak mau turun dan berbincang

di bawah?” berusaha untuk kabur dari situasi yang canggung ini. Akan jauh lebih

baik berbincang dengan orang-orang yang ada di bawah. Walaupun mendengar sindiran-sindiran adik ipar

jauh lebih baik dari pada berduaan seperti ini.

“ Kenapa?” Saga berhenti menunggu

jawaban sepertinya. Namun Daniah tidak menjawab “ Aku dengar kau tertarik

sekali dengan Ele.”

Eh, darimana dia bisa tahu. Apa

sekertaris sialan itu yang melaporkan kalau aku beberapa kali kepergok

menanyakan tentangnya.

“ Tidak, hanya saya pikir anda

sudah lama sekali tidak bertemu dengannyakan. Pasti banyak yang bisa anda

bicarakan dengannya.” Alasan yang masuk akal diberikan.

“ Aku sudah bicara banyak dengannya

di galery, bukankah kau lihat tadi aku bicara dengannya berdua.” Saga

mendekatkan wajahnya ke arah Daniah. Gadis itu terperanjak dan memundurkan

kepalanya.

Katakan kau cemburu! Katakan kau

cemburu. Gumam Saga sambil menatap Daniah lekat.

“ Hehe, benar juga. Jadi apa anda

sudah mau tidur?” Daniah  mengeser duduk

dan kepalanya lebih ke belakang.

Sial, bahkan kau masih bisa

tersenyum begitu. Kau sama sekali tidak marah aku dekat dengan wanita lain.

Huff.

“ Tidur, kenapa aku mau tidur. Aku mau menyiksamu dulu. Minggir!”

Apa! Kenapa dia marah? Aku salah

apa coba. Kenapa minta dipijat lagi si.

Sudah duduk sambil bersandar

di tempat tidur, meletakan kaki dipangkuan Daniah.

“ Kau sudah mulai kelas memijat.” tanyanya biasa, tapi kalau Daniah menjawab belum pasti marah lagi.

“ Saya baru mendaftar hari ini dan mulai kelasnya minggu depan.”

“ Baguslah, buat dirimu berguna, aku sudah memberimu makan.”

“ Baik suamiku.” menjawab cepat, setengah ketus dan malas.

“ Kau sedang kesal padaku!”

“ Haha, tidak mana mungkin saya berani.” Tertawa, lalu tersenyum secerah mentari dan melanjutkan memijat lagi.

“ Terus kenapa kau menekan kakiku!”

“ Maafkan saya.”

Pijatan di kaki selesai, naik ke arah

paha. Setelah itu menyodorkan tangan kiri. Daniah sudah naik ke atas tempat

tidur, duduk bersimpuh di samping Saga.  Saga

meyentuh bahunya, agar Daniah juga memijatnya.

Hei panggil tukang pijak sana!

Katamu kau tidak suka disentuh dengan orang, tapi ini apa! Setiap hari aku

mengerayangimu. Ya walaupun kamu tampan tetap saja ini menyiksa tahu. Hiks.

“ Lumayan juga.” Saga mengoyangkan kepalanya, puas dengan hasil pijatan Daniah.

Apanya yang lumayan bedebah, aku

sudah kelelahan. Cium tangan untukmu wahai pemijat profesional. Hidup anda

sungguh sangat mulia, aku akan cium tangan kalau habis pijat.

“ sandal, aku mau ke kamar mandi.”

“ Baik.”

Haha, baiklah mulai sekarang aku

akan menghabiskan uangmu tuan Saga, akan kupakai kartu kreditmu tanpa belas

kasih. Aku akan menggangapnya sebagai gajiku sebagai pembantumu. Haha.

Lemas Daniah menyeret kakinya ikut

masuk ke ruang ganti, mengambilkan pakaian dan menunggu di dekat pintu. Saga

keluar dari kamar mandi langsung menganti pakaian dengan yang dipegang Daniah.

Eh, dia melemparkan baju ke dalam keranjang.

Bukan ke mukaku. Ada apa dengannya.

“ Kemarilah.”

Eh ada apa?

Daniah mendekat, Saha menyentuh

dagu Daniah, gadis itu terkejut, tapi belum sempat dia mundur tangan itu sudah

mencengkramnya.

“ Ini hadiah untuk kerja kerasmu hari ini.”

Daniah mendorong tubuh Saga, tapi

malah  dia yang terjerembah jatuh

terduduk. Wajahnya merah merona. Terkejut sekaligus marah.

“ Wah, wah, ternyata kamu sesenang

itu dengan hadiahmu. Wajahmu sampai merah begitu.” Saga bicara sambil tertawa.

Gemetar-gemetar menahan geram.

Siapa yang sedang senang!!

“ Bersikap manis dan patuhlah, aku

akan memberimu hadiah lagi nanti.” Saga menyentuh bibirnya, lalu tergelak dan

meninggalkan ruangan dengan santai.

Sialan! Kenapa kamu menciumku seenaknya.

Hadiah! Siapa yang mau hadiah ciuman darimu bedebah gila. Inikan ciuman

pertamaku. Hiks, hiks. Aku menjaganya bahkan walaupun punya pacar aku belum

pernah berciuman. Dan, dan dia sudah mengambilnya dariku.

Daniah mengusap bibirnya berulang

kali di kamar mandi. Setelah mengosok gigi dia kumur-kumur lebih lama. Kali ini

dia bahkan mengosok bibirnya juga dengan sikat gigi. Memandang wajahnya sendiri

di pantulan cermin.

Kenapa kau sampai bersemu merah

bodoh. Akukan terkejut. Ya, ya, aku hanya sangat terkejut tadi. Siapa juga yang

senang dicium olehnya. Berapa ratus wanita yang sudah dicium bibir itu. cih.

Sementara itu di luar ruang

pakaian, Saga yang sudah tiduran tertawa terbahak tanpa suara.

Aku pasti sudah gila, bagaimana aku

bisa sesenang ini hari ini.

Diapun lupa, ada seseorang di

lantai bawah, gadis bernama Helena yang selama ini ia rindukan kehadirannya.

bersambung