Chapter 37 Saga Sakit (Part 2)

Daniah memasuki kamar, disusul oleh Han di belakangnya.

Eh kemana dia, tadikan dia duduk di sofa, ya ampun, apa itu, dia benar-benar berakting seperti orang sakit

sungguhan. Wah, wah, aku sampai kehilangan kata-kata.

Saga  duduk bersandar di atas tempat tidur. Dia meluruskan kaki sambil melihat hp.

“ Dari mana saja kamu? Sudah kubilang aku sakit masih saja pergi lama-lama.” Langsung mencecar, setelah

melihat Daniah mendekat.

“ Maaf tuan saya menunggu sarapan anda.”

Huh, kalau sakit kenapa masih semenjengkelkan ini. Sepertinya tenagamu sama sekali tidak berkurang.

“ Apa anda baik-baik saja tuan muda, apa saya perlu siapkan pesawat untuk cek up di negara XXX.” Daniah

menutup mulutnya hampir saja keceplosan tertawa. Tapi sialnya kedua orang itu

mendengar dan menoleh bersamaan ke arahnya.

“ Kau menertawakanku?” Saga menuding dengan sorot mata kesal.

“ Tidak tuan mana saya berani menertawakan anda.”

Tapi kalian benar-benar lucu si, lagi main drama ya.

“ Duduk!” Saga menarik kakinya, agar ada tempat Daniah duduk di tempat tidur. Gadis itu menurut, setelah dia duduk tiba-tiba Saga menarik kakinya dan meletakannya di pangkuan Daniah. Gadis

itu terkejut. Apalagi Han yang berdiri di sampingnya.

Tuan Saga bahkan membiarkan nona Daniah menyentuh kakinya. Sepertinya sekarang dia sudah mulai meyakini fakta yang dia kumpulkan. Kalau Saga sudah mulai membuka hatinya pada Daniah.

“ Kakiku sakit.”

Ha,,ha,,ha.. apa-apan dia ini. Daniah tertawa dalam hatinya.

“ Saya akan menghubungi dokter

Harun untuk memeriksa anda, apa tuan muda tidak butuh perawat.” Han berkata lagi.

“ Akukan sudah ada dia.” Tunjuk

Saga dengan ekor matanya sambil menyeringai licik. Daniah merinding melihat

senyuman itu.

“ Baik.”

Ketukan pintu terdengar, lalu pak

Mun muncul dengan membawa nampan berisi makanan. Han memberi instruksi untuk

memanggil dokter keluarga. Pak Mun mengangukan kepala lalu permisi keluar. Han

menyerahkan mangkok berisi bubur ke depan Daniah yang sedang memijat kaki Saga.

Gadis itu tersenyum pada Han, mengatakan kalau tangannya sedang sibuk bekerja.

Tapi Saga malah mengangkat kakinya, menekuk, lalu memindahkannya ke belakang

tubuh Daniah.

Sekarang tangan anda menggangurkan?

Begitu sorot mata yang diberikan Han. Membuat Daniah kalah lagi. Dia menerima

mangkok berisi bubur dengan kedua tangannya, masih sambil tersenyum, palsu.

Kenapa aku harus melakukan hal seperti ini si.

“ Kau mau membakar mulutku!” Saga berteriak kesal.

“ Maaf tuan.” Akukan tidak tahu kalau ini masih panas. “ Tapi meniup makanan panas jugakan tidak boleh.”

Gumam-gumam pelan.

“ Andakan bisa menempelkan di bibir

anda untuk mengetes apakah buburnya sudah dingin atau belum.” Han dengan

santainya memberi ide gila.

Jangan memberi ide aneh-aneh sialan!

Itukan namanya ciuman. Kemarin aku sudah menghisap bekas sedotan dia, sekarang

ini lagi.

Daniah melirik Saga, laki-laki itu

juga tidak memberi reaksi apa-apa.  Akhirnya dia benar-benar menempelkan sendok

berisi bubur ke bibirnya.

Aww panas, ternyata dia ingin

membakar bibirku. Dasar sialan, tertawa lagi.

Setelah memastikan bubur di sendok tidak

panas Daniah mulai menyuapkan ke mulut Saga. Sambil sekertaris Han memberikan

laporan pagi.

“ Hari ini nona Helena akan sampai di tanah air, apa tuan muda mau saya membawanya kemari.”

Mendengar nama Helena disebut Daniah refleks melirik Han, yang dilirik memberikan sorot mata tidak suka.

“ Aku akan bertemu dengannya di galery besok.” Saga menjawab sambil mengunyah bubur.

“ Baik tuan muda. Ini pakaian yang anda minta untuk nona Daniah.” Han menyerahkan tas yang ada di dekat kakinya.

“ Aku, kenapa?” Daniah menerima tas

yang diberikan Han. Dia melihat isinya sekilas, karena bubur disendoknya sudah

mulai dingin. Ia suapi lagi Saga.

“ Nona akan menemani tuan muda besok ke galery.”

“ Kenapa?” Binggungkan, kenapa dia harus pergi menemani Saga, ke galery lagi.

“ Karena aku bilang begitu, kenapa? Mau membantah.” Ya, sang Raja sudah memberikan titah yang tidak bisa di bantah.

“ Tentu saja tidak tuan, saya menerima pakaian ini dengan penuh terimakasih dan akan pergi kemanapun anda memintanya.”

Menyuapi lagi, sampai habis. Dengan

perasaan dongkol tapi wajah tetap tersenyum secerah matahari pagi.

Ketukan dari pintu terdengar, disusul suara pak Mun.

“ Tuan muda, saya membawa dokter Harun.”

“ Masuklah!”  Han yang menjawab.

Seorang dokter muda masuk disusul

oleh pak Mun. Dia langsung mendekat ke arah tempat tidur. Meletakan tasnya di

samping Saga.

“ Ada apa ini Saga, kau bisa sakit juga?”

Lagi-lagi Daniah ingin sekali tertawa terbahak-bahak, dokter juga tahukan kalau penyakit tidak akan

menghampiri tubuh iblis.

Lalu dia melakukan pemeriksaan

layaknya dokter sungguhan. Memeriksa denyut nadi, mata, tekanan darah dan suhu

tubuh.

“ Tuan Saga sakit apa dok?”

Daniah seperti bocah yang penasaran

mendekati dokter. Laki-laki itu menoleh, seperti merasa terkejut. Kenapa ada

dirinya disana.

“ Tidak apa-apa nona, Saga hanya perlu istirahat.”

“ Hei, kalau aku bilang aku sakit artinya aku sakit.” Pasien galak mendengar diagnosa dokter.

“ Ia, ia kamu sedang sakit. Sudah

sarapan?” Dokter muda itu mengalah, karena tahu dia yang waras.

“ hemm.”

“ Nona apakah anda bisa mengambilkan air, supaya Saga bisa minum obat.” Dokter Harun mengedipkan mata

pada Daniah, gadis itu terkejut dan menjawab spontan.

“ Ia, baik.”

Pak Mun belum membawa botol minum

ke atas ya, membuat gadis itu keluar untuk mengambilnya dari dapur. Di dapur tentu

saja dia tidak mudah begitu saja lepas dari berondongan ibu mertua dan adik

iparnya. Yang penasaran dengan kondisi Saga.

Sementara di dalam kamar.

“ Kenapa ini? Kamu sedang main dokter-dokteran.” Harun tertawa terbahak.

“ Nyah kau, Han bawa dokter sialan

ini keluar.” Han masih berdiri diam, karena tahu perkataan Saga tidak serius.

Dokter Harun termasuk teman dekat Saga, yang bisa bicara layaknya teman padanya.

“ Dia istrimukan?” tanyanya lagi.

“ Hemm.”

“ Wahh, wahh.”

“ Pergi sana.” Saga mengusir lagi.

“ Tapi kamu tahukan Helena hari ini kembali, kamu pura-pura sakit biar gak ketemu dia?”

Ahh, ternyata itu alasannya dia

pura-pura sakit. Supaya tidak perlu bertemu dengan cintanya. Tapi kenapa. Bukankah

seharusnya dia senang karena kekasihnya kembali.

Mereka menghentikan pembicaraan

saat Daniah datang dengan membawa sebotol air. Saling pandang, menduga-duga apa

Daniah mendengar kalimat yang baru diucapkan dokter Harun.

BERSAMBUNG