Chapter 36 Saga Sakit (Part 1)

Pagi hari, Saga yang terlambat bangun sedang mandi.

Daniah masuk ke dalam kamar setelah

mengisi perutnya di dapur. Dia sudah kelaparan, kalau menunggu Saga untuk

sarapan bisa-bisa dia pinsan. Pagi ini laki-laki itu terlambat bangun, di bawah

tadi dia sudah melihat sekertaris Han datang. Sibuk dengan urusannya sendiri

di ruang kerja Saga.

Ibu mertua yang panik karena tidak

melihat anaknya, adik ipar juga begitu sudah meributkan kenapa kakak tersayang

mereka tidak muncul. Huh! Daniah menjatuhkan diri ke kursi.

Walaupun dia menyebalkan, tetapi banyak yang sayang padanya ternyata.

Daniah melihat layar ponselnya

lama. Berfikir keras. Semalam dia sudah mendapatkan sedikit informasi mengenai

wanita bernama Helena itu dari pelayan. Ya, dia harus hati-hati juga,

jangan terlalu terlihat antusias ketika bertanya, nanti mereka curiga. Biarkan

saja pelayan itu menduga bahwa dirinya mencari tahu karena cemburu.

“ Nona Helena itu wanita yang baik dan juga cantik.” Begitu obrolan pertamanya dengan pelayan yang sudah mulai akrab dengannya.

Daniah nyengir.

“ Maafkan saya nona, nona Daniah juga sangat baik dan cantik juga.”

Haha, matamu sedang berbohong tuh. Aku cukup tahu diri kok.

“ Gak papa, makanya aku penasaran seperti apa wanita yang dicintai tuan Saga, apa dia sering kemari dulu.”

“ Sering.” Dia menjawab cepat. “Tuan Saga sering membawanya pulang.”

“ Kenapa ya mereka sampai berpisah?” Daniah mengetuk-ngetuk meja, supaya tidak terlihat kalau dia

penasaran sekali.

“ Saya juga tidak tahu alasan pastinya nona, tapi kalau nona Jenika pernah mengatakan katanya nona Helena

pergi keluar negri. Apa nona Daniah merasa cemburu ya?”

“ Haha tentu saja.” Daniah memukul pundak pelayan wanita di depannya.

Cemburu, sudah gila apa aku sampai cemburu. Ini misi untuk mempertemukan tuan Saga dengan cintanya, agar aku bisa lari dari penjara ini.

Plak! Handuk kecil menempel di wajah

Daniah yang sedang tenggelam dalam lamunan. Dia langsung terbangun dari duduk

menjatuhkan hp yang dipegangnya.

Eh, kenapa dia tidak memakai pakaian kerja.

“ Minggir, keringkan rambutku!” Daniah menyingkir memberi jalan Saga untuk duduk, lalu dia berjalan ke belakang kursi dan mulai mengeringkan rambut.

“ Apa anda tidak bekerja Tuan?” bertanya karena penasaran saja.

“ hemm, aku sedang sakit sekarang.”

Apa! Sakit, memang kau bisa sakit juga, kamukan bukan manusia. Penyakit saja pasti malas mendekatimu.

“ Tapi anda terlihat baik-baik saja.” Sambil mengeringkan rambut dengan hati-hati dan lembut.

“ Kalau aku bilang aku sakit berarti sakit.” Saga mendongakan kepalanya, menatap Daniah tajam. Wajahnya masam.

“ Baik tuan, anda sedang sakit, saya akan mengeringkan rambut anda dengan hati-hati.”

Wajah Daniah merengut, ya, ya, kau rajanya. Terserah mau mengatakan apa.

Saga membungkukan badan, mengambil benda kecil yang dijatuhkan Daniah tadi.

“ Hp zaman kapan ini?”

“ Saya membelinya setahun yang lalu.” Sudah panik.

“ Kau lupa yang aku bilang, kalau tidak memakai kartuku lebih dari 20 kali kamu bakal dihukum.”

“ Saya ingat tuan, saya akan memakainya.” Akan kubeli seisi dunia kalau perlu, teriak Daniah. Dalam hati ya

beraninya.

“ Ganti hpmu dengan keluaran terbaru.”

“ Baik tuan.” Menjawab pasrah biar cepat selesai urusan.

Eh kenapa ini.

Saga menarik jari Daniah,

menempelkannya pada pemindai sidik jari di layar hp.

“ Tuan itu hp saya.” Terlalu banyak dosa di dalam hp itu, Daniah panik sendiri.

“ kenapa? Jiwa dan ragamu saja miliku, apalagi cuma benda begini. Selesaikan pekerjaanmu!” Mendengarnya Daniah sudah tidak punya kata-kata untuk membalas lagi.

“ Baik tuan.” Pasrah.

“ Manis sekali, kenapa tidak sekalian kau menikah dengan adikmu.” Saga melihat layar depan hp Daniah.

“ Diakan adik saya”

Saga masih bicara kemana-mana, intinya cuma menghina.

Setelah selesai mengeringkan rambut

Daniah keluar kamar menyampaikan pesan, kalau Saga ingin makan bubur karena

katanya sedang sakit. Diluar dugaan semuanya terlihat sangat panik. Pak Mun

langsung memberikan instruksi kepada para koki. Semetara ibu memberikan

pandangan penuh kuatir.

Daniah ingin sekali tertawa sekaraang, Hei, laki-laki gila itu baik-baik saja kenapa kalian bersikap

seolah-olah dia mau mati saja.

“ Nona anda harus kembali ke kamar

sekarang.” Han mengangkat tangannya, mempersilahkan Daniah berjalan didepannya.

Apalagi si orang ini

“ Saya menunggu sarapan tuan Saga.”

“ Pak Mun akan mengantarnya ke kamar kalau sudah siap nanti, anda harus melayani tuan Saga karena dia sedang sakit.”

Walaupun berwajah kecut Daniah akhirnya menuruti kata-kata Han.

“ Hei sekertaris Han, dia itu tidak sakit beneran.” Daniah menoleh pada laki-laki di belakangnya.  Dia tidak bergeming. “ Lihat sendiri sana.” Masih berjalan mengikuti dan tidak bergeming. “ Sekertaris Han, apa anda tahu kapan Helena akan kembali?”

Han menghentikan langkah kakinya,

tangannya yang berpegang pada tangga terkepal. Daniah merinding melihat sorot

mata tajam Han.

“ Akukan hanya bertanya, kenapa serius sekali.” Walaupun tahu Han sedang menahan emosinya, Daniah tetap bicara sambil bersenandung ria. Karena dia tidak tahu bahwa sebenarnya orang yang

harus lebih dia waspadai adalah laki-laki di hadapannya.

Apa yang anda rencanakan nona Daniah,

kalau tuan Saga meginginkan anda maka sampai kapanpun saya tidak akan membiarkan

anda lari. walaupun anda menolak sekalipun.

BERSAMBUNG