Chapter 18 Semangkok mi

Semangkok mi yang dibuat dengan

ketegangan sudah terhidang di meja makan. Ibu dan dua adik ipar yang seharian

tidak terlihat batang hidungnya sudah duduk di meja makan. Sepertinya aturan

makan  bersama di rumah ini sangat ketat.

Hingga semua orang harus ada di meja makan ketika Tuan Saga ada di rumah untuk

makan malam.

Memikirkan bukan hanya aku yang menderita di rumah ini, kenapa aku jadi senang ya. Haha.

Daniah melirik sambil menatap semangkok mi di hadapannya, sepertinya enak. Apa rasanya bisa seenak taburan micin mi instan ya. Saat Saga sudah meraih sendok dan mulai makan semua

mengikuti gerakannya. Bahkan ibu mertua juga.

Waah, aku benar-benar merasa sedikit terhibur, karena aku benar-benar bukan orang

paling menderita di rumah ini.

Daniah mulai makan mi di hadapannya.

Wajahnya berubah ada terkejut dan senang bercampur. “ Minyaa enak sekali.” Eh,

ia keceplosan. Mereka yang tadi makan dalam keheningan menoleh padanya semua.

Termasuk Saga.  “ Minya enak sekali suamiku, terimakasih sudah memberi ku kesempatan makan mi selezat ini.”

Aku pasti benar-benar gila, bagaimana aku bisa bicara dengan kalimat seindah itu.

Ibu mertua dan kedua adik iparnya menatap sebal Daniah. Bagaimana wanita itu bisa bicara setenang itu dengan Saga. Begitu yang ada dipikiran mereka.

“ Kalau kau suka, kau bisa minta pelayan membuatkan mu setiap hari.” Saga bicara.

Wajah kepala pelayan yang berdiri di belakang Saga langsung berwajah pias. Dalam hati Daniah tertawa. Ya pak Mun andalah orang yang akan paling menderita di sini. Kalau sampai menu mi ini harus ada setiap hari.

“ Haha tidak apa suamiku, sayaa juga suka mi instan XX” Daniah menyebutkan merk mi instan keluaran pabrik milik Antarna Grup. Aku menyelamatkanmu Pak Mun, bersikap baiklah padaku kedepannya.

Daniah menatap Pak Mun sekilas, wajah piasnya sudah menghilang.

Kesunyian kembali tercipta di meja

makan. Semua hanya fokus pada mangkok mi dihadapan mereka. Daniah bergegas

mengunyah dengan cepat saat melirik isi mangkok Saga sudah hampir habis. Dia

harus menghabiskan makanannya sebelum. Terlambat, Saga sudah meletakan

sendoknya. Mengambil selembar tisu dan membersihkan mulutnya. Dia sudah selesai

makan.

Saat dia bangun dari duduk Daniah refleks bangun juga, walaupun mi dalam mangkoknya belum habis.

“ Habiskan makanan mu.” Saga melirik Daniah yang sudah berdiri dari duduk.

“ Ah, baik.” Ah syukurlah, aku bisa menghabiskan makanan enak ini. Tahu begitu kenapa aku harus terburu-buru tadi.

“ Mana hp ku?” Saga mengulurkan

tangan menerima hp dari Pak Mun. Lalu ia berjalan menuju ruangan kerjanya diikuti Pak Mun dari belakang.

Setelah Saga masuk ke dalam ruangan

kerjanya, kenapa aura di meja makan ini berubah drastis begini ya. Ada hawa

dingin yang tiba-tiba datang memenuhi udara di ruangan ini. Daniah masih memilih

menunduk dan menghabiskan makanannya, dia tahu sebenarnya mata ibu dan dua adik

iparnya sedang memandangnya.

“ Kamu benar-benar tidak mengenal takut ya?” Daniah tidak mengubris, dia masih makan dengan tenang. “Kakak ipar!” Saat tahu ia yang diajak bicara dia mendongakan kepala. Sambil menyendok

suapan kuah mi terakhirnya.

“ Ada apa adik ipar?” masih bicara dengan tenang sambil senyum sejuta watt.

“ Bagaimana kau bisa seberani itu bicara pada kak Saga.”

Apa! Seberani itu, memang aku bicara apa. Tidak tahu apa aku selalu berusaha

menundukan kepala dan bicara dengan pilihan kata yang paling baik, agar kakak mu

yang seperti raja itu tidak marah atau tersinggung. Aku bahkan harus hati-hati

walaupun hanya bernafas di sampingnya. Kau bilang itu berani. haha.

“ Aku tidak paham maksud adik ipar apa?”

“ Berhenti menyebut kak Saga suamiku. Itu lancang sekali.”

“ Lalu aku harus menyebut dia apa?”

Mereka saling berpandangan binggung. Benar juga, wanita dihadapan mereka inikan istrinya, tentu wajar saja

kalau dia memanggil kak saga suami ku. Tapi itu terdengar sangat menyebalkan

di telinga mereka. Karena tidak bisa menjawab pertanyaan Daniah mereka hanya

melengos.

“ Tapi kamu jangan besar kepala ya, Kak Saga sama sekali tidak menyukai mu.”

“ Benar.”

“ Kak Saga sedang menunggu wanita yang dicintainya kembali.”

“ Haha, kalau kekasih kak Saga kembali kamu pasti akan ditendang dari rumah ini.”

“ Keluar dan kembali ke asal mu, kampungan.”

Aku menantikan saat itu adik ipar dan ibu. Saat aku ditendang dari rumah ini, saat

aku dibuang dari tempat mengerikan ini. Itu akan menjadi saat paling

membahagiakan bagiku. Ahh, seperti apa ya rupa wanita yang disukai tuan Saga

itu. Daniah tengelam dalam pikirannya sendiri. Tidak mendengar apa yang

dikatakan ketiga wanita di meja makan ini.

BERSAMBUNG.......................