Chapter 17 Sore hari

Daniah sudah menyisir rambutnya, ia

merapikan cukup lama rambutnya yang bergelombang. Biasanya dia suka mengikat

rambutnya dengan menaikan tinggi dan mengikat asal-asalan, tapi kalau di rumah

ini dia hanya menarik rambut di ujungnya saja, dan mengikatnya dengan pita.  Dia sudah memakai pakaian yang disediakan di lemari bajunya. Pakaian brand itu, yang harganya bisa dia pakai membeli baju

di tokonya dapat 20 pcs.

Hp di meja bergetar.

“ Tuan muda sudah sampai di gerbang depan.”

Gila ya! Kenapa kau memberitahu ku

saat orangnya sudah di depan gerbang. Tidak sekalian beritahu aku kalau dia

sudah ada di depan kamar. Beritahu aku sejam sebelumnya, bagaimana kalau aku

masih ada di luar rumah. Benar-benar sekertaris itu.

Daniah  setengah berlari menuruni tangga. Bertemu

dengan kepala pelayan yang datang dari arah sebaliknya.

“ Nona, tuan muda sudah kembali.”

“ ia pak.” Tahu, tahu, aku tahu. Makanya aku berlari begini.

Daniah menuruni tangga, kepala

pelayan menyusul di belakangnya. Daniah menunggu di dekat pintu, seperti yang

ia lakukan kemarin malam. Saat mobil berhenti ia berjalan mendekat. Saga turun

dari mobilnya.

“ Selamat datang tuan saga.” Saga

melihat istrinya, tapi dia tidak menjawab sapaan itu. Dia berjalan cepat

diikuti oleh Han, Daniah memaki dalam hatinya, lalu mengikuti langkah kaki

setengah berlari. Kenapa mereka berjalan cepat sekali si, gerutunya dalam hati.

Sampai di kamar Saga duduk di sofa

seperti kemarin. Duduk sambil menyandarkan tubuh, dia juga memejamkan matanya.

Kemana sekertaris sialan itu, tidak ikut masuk kamar apa.

“ Kenapa diam di situ.”

“ Eh, iya Tuan, maaf.”

Daniah mengambil sandal rumah lalu berjongkok  melepaskan sepatu suaminya. sekarang kaki itu

sudah memakai sandal, dia berjalan meletakan sepatu di tempatnya.

“ Duduk!”

Eh ada apa ini, aku tidak melakukan kesalahan apa pun kan.

Daniah melakukan apa dikatakan Saga, dia duduk di pojok sofa. Agar dia tidak terlalu dekat dengan suaminya.

“ Apa yang kau lakukan hari ini?”

Kenapa bertanya, kau bilang tidak

perduli dengan semua urusan ku kan. Aku bisa bekerja dan pergi melakukan apa pun

sesuka ku.

“ Jangan membuatku mengulangi kata-kata ku.”

“ Maaf Tuan, saya hanya pergi ke tempat kerja saya.” Yang penting awali semua dengan kata maaf, begitu pikir Daniah.

“ Benarkah?” Saga menatap Daniah

dengan sorot mata mengiris, seperti mengatakan kau berani berbohong pada

tuan mu.

Tunggu, apa dia tahu aku bertemu Raksa. Apa aku dimata-matai.

“ Saya bertemu adik saya Raksa di toko, lalu kami pergi sarapan bersama, dan mengobrol agak lama. Setelah itu saya kembali ke toko dan bekerja di sana.”

“ Siapa yang perduli kau pergi dengan siapa?”

Hei tadikan kau yang bertanya. Kenapa sekarang kesal begitu. Aku kan hanya menjawab pertanyaan mu. Lagi pula kenapa kau perduli, jelas-jelas bilang tak perduli aku melakukan apa.

“ Aku mau mandi.”

“ Baik,” setelah menjawab itu

Daniah langsung masuk kedalam kamar mandi. Menyiapkan bak mandi.

Lagi-lagi ia  terpenjak saat saga sudah berdiri di belakangnya.

Sial mataku yang suci harus melihat tubuh telanjang ini lagi.

Daniah menundukan kepala agar tidak melihat tubuh suaminya yang melewatinya. Daniah masih berdiri mematung ketika Saga sudah ada di dalam bak mandi.

“ Keluarlah! Katakan pada pelayan aku ingin makan semangkok mi untuk makan malam.”

“ Baik.”

Setelah menutup pintu dia langsung bernafas dengan normal.

Benar-benar gila, bagaimana dia bisa

begitu santainya telanjang di depan wanita. Ya, ya aku tahu aku ini istri mu,

bukan pelayan mu, tapi malu sedikit kenapa. Eh tadi dia menyuruhku mengatakan

kepada pelayan ingin makan semangkok mi kan. Kenapa terdengarnya makan malam

ini akan sangat merepotkan ya. Apa dia mau minta dibuatkan mi buatan sendiri.

Setelah Daniah menyampaikan pesan

dari suaminya, kepala pelayan terlihat tegang. Dia langsung memanggil semua

koki dapur. Dan kesibukan luar biasa terjadi di dapur.

“ Jadi benar minya harus dibuat dulu. Dasar sinting.” Maaf, aku banyak memaki, karena laki-laki gila itu memang pantas untuk dimaki. Siapa juga yang makan mi, perlu buat minya dulu. Lalu buat

apa dia punya pabrik mi instan di negara ini.

Daniah melihat sekertaris Han keluar dari sebuah ruangan.

Pas sekali, aku ingin menendang kakinya.

“ Permisi sekertaris Han, bisa kita bicara.”

Han menundukan kepala sopan, artinya mempersilahkan Daniah untuk bicara.

“ Sekertaris Han, apa anda tahu maksud saya yang mengatakan untuk memberitahu saya informasi kapan tuan Saga akan pulang.”

“ Ia, bukankah saya memberi nona informasi tadi.”

“ Maksud saya bukan begitu!” protes

“ Lalu maksud nona apa?”

“ Beritahu saya kalau tuan Saga akan kembali satu jam sebelumnya, atau minimal setengah jam sebelumnya.

Bagaimana kalau tadi saya belum pulang dan masih ada di toko.” Daniah bicara

berapi-api. Menunjukan kalau ia kesal.

“ Kenapa saya harus melakukan itu.”

Apa! Sial. Jadi sikap sopan dan hormat mu pada ku itu apa maksudnya.

“ Karena saya tahu anda mementingkan semua kepentingan Tuan Saga. Agar semua yang ada disekitar tuan

Saga berjalan dengan semestinya. Bukankah begitu.”

Daniah melihat bibir laki-laki

di hadapannya menyeringai mendengar jawabannya yang lugas.

“ Baik, lain kali saya akan

mengirimkan pesan kepada nona satu jam sebelum kepulangan tuan muda. Sekarang

saya permisi.”

Pergilah, pergi jauh sana!

BERSAMBUNG..............