Chapter 19 Jemari tangan

Daniah bersyukur masih bisa menang

ketika bicara dengan penghuni perempuan rumah ini. Tapi sejujurnya dia merasa

lelah.

Kenapa juga kalian tidak bisa berdamai dengan ku. Kitakan sama-sama

berjuang hidup ditempat mengerikan ini.

Setelah selesai makan malam Daniah memilih

masuk ke dalam kamar. Toh dia tidak mengenal siapa pun di rumah ini, termasuk para

pelayan.

“ Sepertinya aku harus menyapa dan

berkenalan dengan para pelayan. Paling tidak aku punya teman di tempat asing

ini. Adik ipar dan ibu mertua ku sudah seperti ibu tiri ku dan Risya. Mereka

sudah seperti membenci ku tanpa alasan saja.”

Daniah menyalakan tv. Menonton film juga pasti lebih menghibur. Sampai tanpa sadar gadis itu terlelap dengan tv yang masih menyala. Daniah mengerjapkan mata kaget. Matanya terbuka dan langsung menyipit lagi karena silau lampu. Segera bangun dari sofa dia berdiri dan menoleh ke tempat tidur. Kosong, tuan

Saga belum kembali. Jam berapa ini? Dia bergumam sambil mencari hpnya.

“ Jam sebelas.”

Daniah memilih ke kamar mandi,

mencuci muka, dan ganti baju. Terserahlah, dia mau kembali kapan,  tidur saja lagi.

Mengambil selimut dan bantal di lemari lalu membawanya ke sofa. Tapi karena

kantuknya malah sudah lenyap akhirnya dia beralih bermain hp. Tv yang tadi

masih menyala saat dia tinggal tidur dia matikan.

“ Wahh grup chat ramai.” Daniah masuk kedalam obrolan grup chat karyawannya.

“ Kalian belum pada tidur?”

“ Hehe, mbak Niah juga belum tidur?”

“ Baru kebangun ini, tadi sudah tidur sebentar.”

Ketik-ketik terus, tidak berhenti. Pembicaraan sudah meleber kemana-mana. Tika memposting foto seorang lelaki kenalanya dari kampung. Lumayan tampan juga. Yang jomblo di grup langsung

mencak-mencak teriak pamer. Daniah cekikikan sendiri. Dia berguling di bawah

selimut, menyelimuti tubuhnya dengan mengerakan tubuh tidak menariknya dengan

tangan. jadi badanya geliat geliut kesana kemari.

Sementara itu pintu terbuka, Saga

berdiri cukup lama di sana. Melihat Daniah dalam balutan selimut geliat geliut

tidak jelas. Tawa juga terdengar dari bawah selimut. Sekilas senyum samar muncul di bibir Saga melihat tingkah wanita di bawah selimut.

Apa yang dilakukan gadis bodoh itu.

“ Apa yang sedang kamu lakukan?” suaranya terdengar setengah berteriak.

Brugg, karena terkejut Daniah

refleks bangun. Karena tidak siap dengan posisinya dia terjungkal jatuh dengan selimut menimpa kepalanya. Hpnya terjatuh menyentuh lantai dengan cukup keras. Daniah

merapikan pakaiannya tergesa.

“ Apa yang sedang kamu lakukan?”

Daniah belum menjawab pertanyaan itu. Ia masih binggung. Saga melirik ponsel

yang terjatuh di lantai. “ Kemari!” dia menjentikan jarinya. Wajahnya terlihat tergelak, tapi segera berubah dengan cepat.

Apa ini, apa dia mau memukul ku.

Walaupun gemetar Daniah berjalan mendekat.

Cetakk! Sentilan jari di kening

Daniah terdengar ngilu. Daniah mengerang dengan suara rintihan, namun terdengar agak keras.

Sakittt!

“ Sudah kubilang jangan buat aku mengulangi kata-kata ku.”

“ Maafkan saya Tuan.” Sakit! Keningku sakit. “ Saya sedang menunggu tuan sambil bermain hp.” Aaaa sakit, aku ingin mengelus keningku. Tapi aku bahkan tidak berani mengangkat tanganku.

“ Aku mau tidur" Otak daniah langsung

bekerja memilah draf aturan yang dibuat sekertaris Han. Kalau tuan Saga bilang

mau tidur berarti dia minta ganti pakaian begitu bunyinya.

“ Ba, baik. Saya ambilkan pakaian dulu.” Berbegas dia masuk kedalam ruang pakaian.

Sakit! Diusap-usapnya keningnya

dengan rambut. Ahhh sakit. Hiks. Karena tidak mau membuat Tuan Saga menunggu

dia bergegas. Menyerahkan pakaian, membalikan badan saat Saga berganti pakaian.

Saga melemparkan pakaian yang ia

pakai tepat di kepala Daniah. Pelan gadis itu meraih dan memeluk di dadanya.

“ Kau menangis?”

Daniah langsung  mengusap wajahnya dengan

pakain Saga yang ada ditangannya. Bagaimana air mata bodoh ini bisa keluar

begini. pikirnya penuh sesal.

“ Tidak tuan.”

“ Kemarilah.” Lagi-lagi Saga menjentikan jarinya. Menyuruh Daniah mendekat. Tubuh Daniah membeku. Sakit

di keningnya masih terasa menyayat.

Apa dia akan menyentilku lagi.

Daniah mendekatkan wajahnya ke arah

Saga yang sudah duduk di tempat tidur. Dia memajamkan matanya, mengepalkan

tanganya kuat. Jika dia harus merasakan sakit kedua kali di keningnya.

Eh, dingin. Kenapa keningku rasanya

dingin. Rasa nyeri juga berangsur sedikit menghilang.

Daniah membuka matanya. Dia melihat

Saga, laki-laki itu melemparkan salep kecil yang gelagapan ditangkapnya.

“ Olesi kening mu dengan itu.”

“ Baik tuan. Terimakasih.”

Ternyata dia orang yang masih punya

sedikit hati nurani. Daniah bergumam. Lalu dia masuk ke ruang ganti dan

meletakan pakaian Saga di sana. Dia meraba keningnya yang sudah terolesi oleh

saleb tadi. Setelah menghapus sisa air mata yang tadi keluar tanpa izinnya ia

keluar dari ruangan baju. Melewati tempat tidur.

“ Baru seperti itu kau sudah menangis.”

Daniah menghentikan langkah. “ Maaf

tuan saya tidak menangis, mungkin tadi saya mengantuk sampai mengeluarkan

airmata.”

“ Benarkah? Aku bahkan belum mematahkan jari-jarimu kau sudah menangis seperti bayi.”

Tubuh Daniah gemetar, dia berdiri

diam. Tanganya tergengam kuat. Merasai jemarinya sendiri.

“ Matikan lampu.”

“ Ba, baik tuan. Selamat malam, semoga anda mimpi indah.”

Saga sudah menarik selimutnya,

Daniah bergegas mematikan semua lampu. Dia menatap jemarinya yang masih

menempel disaklar lampu. Merinding mengingat kata-kata yang diucapkan Saga

tadi. Bergegas dia menjatuhkan diri kesofa. Menarik selimut dan berusaha

tertidur. Hanya berharap bisa mimpi indah.

Aku bakar kata-kataku tadi, dia iblis, bagaimana iblis punya hati nurani.

BERSAMBUNG......................