Chapter 16 Adik tiri datang

Mereka memilih sarapan dengan soto

ayam. Makanan dengan isi mi, kol dan touge disiram kaldu dan irisan daging.

Makanan ini sangat nikmat untuk sarapan. Kuahnya yang hangat akan ikut

menghangatkan hati mu.

“ Kak, aku akan bekerja keras setelah lulus kuliah dan akan membantumu pergi dari keluarga tuan Saga.”

Raksa, mendengarnya saja sudah

membuatku senang dengan keperdulian mu. Tapi ku mohon berhentilah. Aku melakukan

pengorbanan ini agar semuanya bisa hidup dengan baik.

“ Terimakasih ya dek.” Hanya itu yang dia ucapkan, karena meyakinkan Raksa juga akan sia-sia.

“ Tapi pergilah kuliah dan selesaikan tanggung jawab mu dengan benar. sebentar lagi kamu magang kan? Mau

ke mana?”

Raksa belum menjawab, dia menyuapan nasi  ke mulutnya.

“ Mau magang ke kantor ayah?” Daniah bertanya lagi karena Raksa masih belum menjawab.

“ Tidak.”

“ Kenapa? Lalu mau kemana?” Daniah menatap adiknya.

“ Antarna Grup.”

“ Apa! Kenapa pergi ke sana?”

mendengar nama perusahaan itu sudah membuatnya merinding.

“ Siapa yang tidak ingin bekerja di sana kak?”

Ya, aku tahu, siapa yang tidak

ingin bekerja di perusahaan sebesar itu. Setiap tahun, perusahaan itu memang

memberikan kesempatan bagi lulusan terbaik universitas untuk melakukan magang

kerja. Kalau karyawan magang itu bisa bekerja dengan baik sesuai standarisasi

perusahaan maka dia bisa diangkat menjadi karyawan. Dan siapa yang tidak mau

bekerja disana. Ribuan orang selalu berperang mendapatkan kesempatan. Itu pasti

yang akan dipikirkan Daniah, kalau dia tidak menikah dengan pemilik perusahaan

itu.

“ Tapi dek.”

“ Kenapa?”

“ Tidak apa-apa, semoga kamu terpilih dan bisa bekerja di sana ya.” Daniah mencoba berfikir jernih, tidak

mungkinkah kalau presdir Antarna Grup sampai ikut campur hal sepele masalah

anak magang. Jadi ia berfikir, tidak mungkin akan terjadi apa-apa pada adiknya Raksa.

- - -

Akhirnya Raksa mau kembali pulang ke rumah,

setelah panjang lebar Daniah berusaha meyakinkan adiknya, bahwa ia hidup dengan

baik. Bahwa ia setegar karang yang tidak akan terhempas dan menangis hanya

karena masalah pernikahan. Ya ia harus kuat, toh ia masih hidup hari ini. Jika

dia harus menjadi istri yang hanya menjadi pelayan tuan Saga dia pasti bisa

menjalaninya.

Daniah dan keenam karyawannya sibuk

dengan pekerjaannya masing-masing. Daniah membalas chat pesanan, menuliskan catatan

dan meminta seseorang memeriksa stok barang. Begitu selanjutnya. Ada beberapa

yang sudah mulai dibungkus, yang sudah fix transfer. Daniah melirik hp yang

berbunyi di dekat tasnya.

“ Apa lagi anak ini.” Tidak dia

hiraukan walaupun beberapa kali hp itu menyala. Saat dia mulai kesal karena

menggangu akhirnya dia angkat juga. “ Kenapa?”

“ Keluar aku di depan ruko.” Si penelpon langsung mematikan hp.

“ Mau apa lagi dia.” Daniah menyerahkan hp toko kepada Tika karyawannya. “ Adik perempuanku sedang

di bawah, aku temui dia sebentar.”

“ Kenapa lagi dia mbak?” Tika tahu

adik tiri bosnya, wanita tidak sopan yang datang kemari hanya untuk minta uang.

“ Gak tau, sebentar ya.”

Saat keluar dari ruko Daniah

melihat sebuah mobil terparkir, dia langsung masuk kedalam mobil. Duduk, belum

bicara apa-apa.

“ Hah! Kau masih bekerja di tempat kumuh ini, padahal sudah menikah dengan konglomerat. Menyedihkan sekali, apa kau dicampakan sehari setelah menikah.”

“ Kenapa? kau iri.” Daniah menjawab. Adik tirinya melotot mendengarnya bicara.

“ Sekarang sudah bisa menjawab ya.”

Risya melirik tajam pada Daniah, semakin kesal karena Daniah juga menatapnya

dengan berani.

“ Kenapa kau tidak meminta ayah menjual mu kalau kau iri.”

“ Beraninya kau!”

“ Kenapa? Kau mau mengancam ku

dengan apa. Mengancam ku dengan menyuruh ibu mu mengusir ku dari rumah. Sekarang

aku bahkan tidak tinggal di rumah kalian.”

Daniah melihat, adiknya ini hanya bisa mengepalkan tangan geram.

“ Kau mau apa? Minta uang pada ku.

Dengarkan aku, mulai sekarang aku tidak akan perduli kau mengadu apa pun pada

ayah atau ibu mu, aku tidak akan pernah memberi mu uang sepeser pun. Jangan

pernah menelfon ku atau datang kemari lagi.”

Daniah membanting pintu mobil,

gadis di dalamnya terperanjak kaget. Daniah tidak seperti ini sebelumnya.

Biasanya kalau dia mengancam akan mengadu pada ibunya, Daniah akan sukarela

memberi uang yang dia minta.

“ Sial, aku bahkan kalah adu mulut dengannya sekarang.”

BERSAMBUNG.................