Chapter 403 episode 402 (S2)

" Mohon dukungannya dengan vote, like dan komen."

Selamat Membaca.

Tubuh Kia sudah di larikan ke rumah sakit. Tapi pihak polisi yang berada di ruangan itu atau yang menyaksikan kejadian itu melihat kearah Zira semua. Salah satu polisi berbicara.

" Nona anda kami tahan." Ucap salah satu polisi.

" Apa!" Zira kaget begitupun Kevin, Menik dan pengacara juga kaget dan melihat kearah polisi dan Zira. Mereka melakukan secara berulang karena bingung.

" Kenapa aku harus di tahan." Ucap Zira ketus.

" Karena anda telah melakukan perencanaan pembunuhan." Ucap salah satu polisi lainnya.

" Pembunuhan? Aku tidak membunuhnya." Ucap Zira melakukan pembelaan.

" Maaf anda harus kami tahan." Ucap polisi meletakkan kedua tangan Zira kebelakang. Dia di perlakukan seperti seorang tahanan.

" Kevin lakukan sesuatu aku tidak membunuhnya." Ucap Zira.

" Pak polisi. Tidak mungkin nona Zira membunuhnya dengan begitu cepat. Kita menyaksikan kejadian itu bersama-sama dalam hitungan detik Kia langsung mati. Untuk membunuh seseorang dengan mencengkaram leher membutuhkan waktu beberapa menit." Ucap Kevin.

" Betul pak Polisi. Tidak mungkin klien saya membunuhnya. Ini sebuah jebakan." Ucap pengacara membela Zira.

" Sebelum ada kejelasan dari pihak penyidik anda kami tahan." Ucap polisi sambil membawa tubuh Zira dan meletakkannya di dalam sel tahanan sementara.

Kevin dan pengacara mencoba meyakinkan polisi kalau Zira tidak ada rencana membunuh Kia. Dari balik sel Zira berkata kepada pengacara dan Kevin.

" Aku tidak membunuhnya Vin." Ucap Zira lagi.

" Iya nona saya percaya. Tapi pihak kepolisian tidak mempercayai ini. Karena kejadian ini begitu cepat dan di saksikan kami semua." Ucap Kevin.

" Nona, saya akan mengirimkan beberapa tim kita untuk melihat kondisi pelaku." Ucap pengacara.

Zira menganggukkan kepalanya setuju. Sebagian tim pengacara menuju ke rumah sakit. Mereka ingin melihat kondisi pelaku.

Dan sebagian pengacara masih di kantor polisi. Mereka mencoba meyakinkan kepolisian.

" Pak, klien kami tidak berencana membunuhnya." Ucap pengacara.

" Nanti kita buktikan. Kalau pelaku tidak mati maka klien anda kami bebaskan. Tapi kalau pelaku mati maka klien anda kami tahan." Ucap polisi.

Kevin yang berada di depan sel bingung dan mondar-mandir. Seharusnya mereka memberikan kesaksian tapi malah Zira yang di tahan.

" Nona kita berdoa saja. Semoga pelaku tidak meninggal." Ucap pengacara.

Kevin mengingat kejadian di gedung resepsi, yang mana pria yang minum minuman Zira langsung meninggal dan mulutnya berbusa seperti Kia.

" Sepertinya keadaannya tidak akan selamat." Ucap Kevin.

Zira, Menik dan pengacara melihat kearahnya.

" Apa maksud anda pak Kevin." Tanya pengacara.

" Kejadian ini sama persis dengan pria yang waktu minum minuman anda nona. Apa anda lihat mulutnya mengeluarkan busa. Bisa di pastikan Kia meminum racun yang sama." Ucap Kevin.

Pengacara manggut, mereka harus melakukan strategi agar Zira di bebaskan. Pihak kepolisian masih menunggu keadaan Kia. Begitupun dengan sebagian tim pengacara masih menunggu di rumah sakit. Mereka ingin melihat keadaan Kia secara langsung. Hampir satu jam mereka menunggu kabar itu. Dan tiba-tiba tim pengacara mengabari kepada ketua pengacara yang ada di kantor polisi.

" Ya halo baik." Ucap ketua tim pengacara kemudian panggilan terputus.

" Ada kabar apa." Tanya Kevin.

" Pelaku meninggal dunia." Ucap ketua tim pengacara.

" Apa!" Zira kaget tapi tidak dengan Kevin, dia sudah menduga kalau Kia akan meninggal.

" Selanjutnya apa yang harus kita lakukan." Tanya Kevin.

" Jalan satu-satunya melakukan autopsi. Tapi kita tidak tau apakah kepolisian mau melakukannya." Ucap pengacara.

" Memangnya kenapa?"

" Yang akan melakukan dan memberikan instruksi untuk melakukan autopsi hanya penyidik." Ucap pengacara.

" Ya sudah bapak bilang kepada penyidik untuk melakukan autopsi." Ucap Kevin.

" Saya bisa mengatakannya sekarang. Tapi pihak penyidik apakah mau melakukannya sekarang atau tidak? Kalau sekarang dan terbukti pelaku meninggal karena minum racun maka nona bisa di bebaskan hari ini juga. Tapi mengingat banyaknya kasus, pasti penyidik membutuhkan waktu untuk mengecek dan melakukan autopsi." Ucap pengacara menjelaskan.

" Bapak bilang saja kepada pihak penyidik. Saya mau bebas. Suami saya sedang menunggu di rumah sakit." Ucap Zira.

" Baik nona." Tim pengacara pergi meninggalkan Kevin, Menik dan Zira. Ini adalah pertama kalinya bagi Menik ke kantor polisi. Dan untuk Zira ini sudah beberapa kali buatnya berada di kantor polisi.

" Vin, lakukan sesuatu. Aku tidak mungkin berada di sini." Ucap Zira.

" Baik nona. Saya akan mengabari hal ini kepada tuan besar." Ucap Kevin.

" Kenapa kamu mengabari papa, nanti mereka tambah bersedih." Ucap Zira menolak.

" Nona hanya tuan besar yang bisa menghubungi kepala kepolisian. Kalau ada tuan muda beliau bisa menghubungi bapak kepala kepolisian. Tapi berhubung tuan muda belum sadarkan diri. Hanya tuan besar yang bisa melakukan ini." Ucap Kevin.

Dengan berat hati dia mengikuti Kevin. Dia juga tidak mau berlama-lama di kantor polisi. Karena menurutnya seharusnya dia berada di samping suaminya.

" Nik, kamu temani nona Zira dulu. Aku mau menghubungi tuan besar di luar." Ucap Kevin sambil beranjak meninggalkan keduanya.

Menik hanya bisa menyemangati Zira.

" Nona yang sabar ya. Ini cobaan buat keluarga nona." Ucap Menik.

Zira hanya diam dan merenungi kejadian yang di alaminya. Dia memikirkan kebodohannya, karena dengan mudah ikut terbawa rencana Kia. Jika dia bisa mengontrol emosi dan berpikir jernih. Mungkin dia tidak akan di tahan.

Di luar kantor polisi Kevin menghubungi tuan besar.

" Tuan, kami butuh bantuan anda." Ucap Kevin.

" Apa itu." Jawab tuan besar.

Kevin menceritakan kejadian yang terjadi di kantor polisi. Dari Zira bertemu pelaku dan mencengkram leher Kia juga diceritakannya. Sampai pelaku di larikan ke rumah sakit diceritakannya. Tidak ada yang dilewatkannya. Semuanya di ceritakan secara detail.

Tuan besar yang berada di rumah sakit tentu syok mendengar menantunya di tahan kepolisian. Tapi dia bisa berpikir jernih dan langsung menghubungi kepala kepolisian.

Kevin kembali masuk kedalam kantor polisi. Dia mau mengabari kepada majikannya.

" Bagaimana Vin." Tanya Zira ketika melihat kedatangan pria itu di depannya.

" Saya sudah mengabari tuan besar. Beliau sepertinya langsung menghubungi kepala kepolisian. Semoga nona bisa cepat di bebaskan." Ucap Kevin.

" Bagaimana reaksi mereka ketika kamu mengatakan kalau aku di tahan." Tanya Zira.

" Sepertinya tuan besar syok. Tapi beliau bisa mengendalikannya."

" Bagaimana mama? Apa mama juga syok." Tanya Zira lagi.

" Saya hanya mengabari tuan besar jadi tidak tau bagaimana reaksi nyonya Amel. Mungkin tuan besar sudah mengabari kepada istrinya."

Zira masih berada di dalam sel. Mereka berbicara dengan pembatas sebuah jeruji besi. Dalam beberapa menit tim pengacara kembali menemuinya.

" Bagaimana?" Ucap Zira.

" Kami sudah mencoba memberikan analisa kami kepada pihak penyidik tapi mereka belum bisa melakukan autopsi sekarang. Karena mereka harus mencari pihak keluarga pelaku dulu. Pihak kepolisian harus memberitahukan hal ini kepada keluarganya." Ucap pengacara menjelaskan.

" Apa ini seperti izin dari pihak penyidik kepada keluarga." Tanya Kevin.

" Bisa di bilang seperti itu."

" Bagaimana kalau keluarga pelaku tidak ada. Atau keluarga pelaku tidak di temukan dalam beberapa hari. Apa autopsi tetap di lakukan." Tanya Kevin.

" Kalau keluarga pelaku tidak ada penyidik bisa melakukan autopsi tapi kalau ada, mereka harus mencari keberadaanya. Dengan kata lain nona Zira masih di tahan di sini. Sampai proses penyidikan selesai." Ucap pengacara menjelaskan.