Chapter 404 episode 403 (S2)

" Hargai karya author dengan cara vote, like dan komen ya. Terima kasih.

Selamat Membaca.

Zira masih di tahan pihak kepolisian. Mertuanya sudah menghubungi kepala kepolisian. Kepala kepolisian meminta timnya untuk melakukan penyidikan secepat mungkin dan menyelesaikan kasus itu secepat mungkin.

Pihak kepolisian bisa menduga kalau pelaku meninggal karena bunuh diri. Tapi sesuai prosedur mereka harus melakukan autopsi dan untuk melakukan autopsi mereka harus mencari keberadaan orang tua Kia. Dan mereka memanggil Sisil kembali ke kantor polisi.

Dia di berikan beberapa pertanyaan mengenai rencana pembunuhan yang di lakukan Kia.

" Apa anda tau tentang rencana pembunuhan yang di lakukan korban." Tanya penyidik.

" Tidak pak, setelah keluar dari penjara kami berpisah. Saya menggunakan uang pemberian Ziko untuk mencari tempat tinggal dan pekerjaan." Ucap Sisil masih bingung. Dia tidak tau siapa yang jadi korban dalam pembunuhan yang terencana oleh Kia. Karena pihak polisi hanya menyebutkan Kia pelakunya tapi tidak menyebutkan siapa korbannya.

" Apa pelaku ada keluarga di sini." Tanya penyidik lagi.

" Tidak pak, saya sudah berteman dengannya dari kecil dan dia hidup sendiri." Ucap Sisil.

Pihak penyidik memberikan secarik kertas yang harus di tanda tanganinya.

" Apa ini pak." Tanya Sisil bingung.

" Tanda tangani ini. Karena kesaksian anda yang menyatakan kalau pelaku tidak punya keluarga harus ada bukti tertulis." Ucap penyidik.

Sisil menganggukkan kepalanya, dia menuruti kemauan penyidik dengan menandatangani surat itu.

" Maaf pak, apa saya bisa bertemu dengannya." Tanya Sisil.

" Tidak bisa. Teman anda sudah bunuh diri." Ucap polisi. Sisil kaget dia tidak menyangka kalau jalan hidup temannya terlalu singkat.

Setelah penandatanganan surat itu Sisil keluar dari ruang penyidik. Di depan dia bertemu dengan Kevin bersama dengan tim pengacara Zira.

" Kamu? Siapa yang telah di bunuh Kia." Tanya Sisil langsung.

" Tuan muda Ziko telah di tikamnya. Dan ada korban lainnya juga." Ucap Kevin.

" Apa Ziko! Bagaimana kondisinya." Ucap Sisil prihatin.

" Masih koma."

" Zira bagaimana? Apa dia sangat terpukul." Tanya Sisil lagi.

" Iya." Ucap Kevin singkat.

Kevin belum seratus persen percaya dengan Sisil, dia tidak ingin mengatakan kalau Zira sedang di tahan. Wanita itu pergi tapi dia kembali menghampiri Kevin.

" Boleh aku menjenguk Ziko." Tanya Sisil.

Kevin menatap tajam wajah wanita di depannya.

" Kevin, jangan kamu pandangi wajahku seperti itu. Aku tidak berniat melakukan apapun. Aku hanya ingin melihat keadaannya." Ucap Sisil memohon.

" Doakan saja kesembuhannya." Ucap Kevin dingin.

Sisil keluar dari kantor polisi dengan perasaan kecewa. Dia berniat baik tapi tetap di anggap salah.

Setelah mendapatkan keterangan dari Sisil dan menyusuri tentang asal usul Kia. Maka pihak penyidik langsung melakukan autopsi.

Kevin dan Menik masih setia menunggu Zira di kantor polisi. Mereka yakin Zira akan di bebaskan hari ini. Hari sudah petang tapi belum ada tanda-tanda kebebasan dari pihak kepolisian.

" Apa penyidik sudah melakukan autopsi." Tanya Kevin.

" Sepertinya sudah. Kita tinggal menunggu dari pihak penyidik. Mereka hanya ingin mengikuti prosedur. Setelah terbukti dan sudah melakukan prosedur maka nona Zira akan di bebaskan.

Kevin menganggukkan kepalanya, dia menoleh kearah Menik. Wanita itu terlihat lelah.

" Apa kamu lelah." Tanya Kevin.

" Tidak." Ucap Menik bohong. Sebenarnya dia cukup lelah. Karena semalam pulang larut malam dan harus berangkat pagi buta. Dan di kantor polisi mereka terlalu panik dan stress sampai melupakan namanya duduk dan makan siang.

Kruk kruk. Kevin menoleh kearah Menik.

" Kamu lapar." Tanya Kevin.

" Tidak." Menik berbohong tidak mungkin dia bermanja-manja ria dengan Kevin. Padahal kenyataanya dia memang kelaparan.

Kevin tersenyum dan mengelus rambut Menik dengan lembut.

" Maafkan aku, gara-gara ini aku lupa kalau kamu belum makan."

" Aku tidak lapar." Ucap Menik bohong, dia tidak mau Kevin mengurusinya.

" Tapi perutmu berbunyi." Ucap Kevin.

" Oh sudah biasa, kalau mereka kenyang angin pasti seperti itu, ops." Menik menutup mulutnya dia keceplosan.

" Ayo kita makan dulu." Kevin memegang tangannya.

" Tapi nona Zira bagaimana." Tanya Menik.

" Ada pengacara di sini. Nanti mereka akan mengabari kita." Ucap Kevin pamit kepada tim pengacara.

Mereka berjalan bergandengan tangan. Kevin membukakan pintu mobil untuk calon istrinya. Setelah Menik duduk tidak lupa dia memasangkan seat belt.

" Kita belikan makanan untuk nona Zira." Ucap Menik.

Kevin setuju dengan menganggukkan kepalanya. Dia memilih rumah makan yang tidak jauh dari kantor polisi. Dalam beberapa menit mereka sudah sampai di depan rumah makan itu.

Mereka memilih meja yang ada di pojok. Mereka memesan makanan rumahan. Kevin terus memandangi wajah Menik.

" Kenapa kamu memandangi wajahku seperti itu." Tanya Menik.

" Kamu cantik." Ucap Kevin.

Menik tersipu malu. Makanan yang mereka pesan telah datang dan di hidang semuanya di hadapan mereka.

Menik membantu Kevin untuk mengisi nasi kedalam piringnya. Tapi pria itu menolaknya.

" Kenapa?" Ucap Menik bingung.

" Aku mau kamu menyuapiku." Ucap Kevin.

" Apa!"

" Iya, sebelum menikah kamu harus menyuapiku. Sama halnya dengan tuan muda dan nona Zira, mereka selalu makan satu piring berdua. Dan aku mau, kita melakukannya juga." Ucap Kevin.

" Apa kamu tidak jijik makan dari mulutku." Ucap Menik.

Kevin diam. Dia teringat akan taik gigi yang selalu di ucapkan kedua majikannya.

" Halo." Menik melambaikan tangannya di hadapan Kevin.

" Iya." Ucap Kevin.

" Kamu melamun." Tanya Menik.

" Tidak, ya sudah kita makan sendiri-sendiri nanti kalau sudah menikah kamu harus menyuapiku." Ucap Kevin.

" Makan yang banyak, aku mau ketika kita menikah tubuhmu lebih berisi dari sekarang."

" Memangnya tubuhku yang sekarang kenapa?"

" Tidak apa-apa. Aku ingin melihatmu lebih semok." Ucap Kevin tersenyum menyeringai.

Menik malu dia menundukkan kepalanya.

Mereka makan dengan lahapnya setelah selesai makan mereka kembali ke kantor polisi tidak lupa membawa makanan untuk Zira.

" Nona makanlah." Ucap Menik menyerahkan satu bungkus makanan.

" Terima kasih, aku tidak lapar." Ucap Zira masih di dalam sel tahanan.

Sebenarnya dia sangat lapar. Tapi masalah yang di hadapinya membuatnya lupa akan rasa lapar.

" Nona jangan seperti itu nanti nona sakit. Kalau sakit siapa yang akan mengurus tuan muda." Ucap Kevin.

" Bagaimana keadaan suamiku." Tanya Zira penasaran.

Kevin harus berbohong.

" Tuan muda sudah sadar dan sekarang di pindahkan ke ruangan lain." Ucap Kevin bohong agar Zira semangat.

" Terima kasih Tuhan." Ucap Zira sambil sujud syukur.

" Makanlah, biar anda bisa merawat tuan muda. Saya yakin anda akan bebas malam ini." Ucap Kevin menyemangati Zira.

Zira langsung makan makanan yang dibelikan Kevin. Dia semangat untuk keluar dan bertemu dengan orang terkasihnya. Kevin sebenarnya merasa bersalah karena telah berbohong tapi hanya itu cara mengembalikan semangat Zira.

Setelah ditahan selama satu hari akhirnya Zira di bebaskan. Dia terbukti tidak melakukan pembunuhan. Dan kepala kepolisian memenuhi janjinya kepada tuan besar untuk menyelesaikan kasus Zira hari itu juga.

Bersambung

Ig. anita_rachman83