Chapter 402 episode 401 (S2)

Kevin sudah tiba di kediaman bosnya. Dia berniat menjemput istri bosnya. Ketika mobilnya berhenti di depan rumah, Zira sedang mengeluarkan mobilnya dari garasi. Dan Menik menunggu di beranda.

Kevin turun dari mobilnya dan menghampiri Zira yang sedang berada di garasi mobil. Dia melambaikan tangannya kearah Zira. Wanita itu langsung mematikan mesin mobilnya.

" Ada apa Vin." Ucap Zira.

" Nona mau kemana?" Ucap Kevin.

" Ke rumah sakit." Jawab Zira.

" Biar saya yang antar nona. Simpan saja mobilnya." Ucap Kevin. Dia mengikuti kemauan asisten suaminya. Dan memasukkan kembali mobilnya ke dalam garasi.

Mereka sudah pergi dengan menggunakan mobil Kevin menuju rumah sakit.

" Apa sudah ada kabar siapa yang menikam suamiku." Tanya Zira.

" Belum nona, mungkin kepolisian masih mencari bukti-bukti." Ucap Kevin sambil fokus menyetir mobilnya.

Karena jalanan belum terlalu ramai dengan kendaraan, mereka bisa tiba di rumah sakit lebih awal. Begitu mobil berhenti di loby rumah sakit, Zira langsung berlari kecil masuk ke dalam loby dan mencari ruangan ICU. Ruangan ICU ada di lantai atas, dia langsung menekan tombol lift. Dia tidak menghiraukan Menik dan Kevin yang masih ada di parkiran. Dia ingin bertemu dengan suaminya.

Di depan ruang ICU ada sosok mertuanya yang duduk di kursi bersama dengan Zelin.

" Mama." Ucap Zira.

" Sayang." Nyonya Amel menyambut menantunya dengan memeluk tubuh Zira.

" Bagaimana kondisi Ziko." Tanya Zira.

" Masih di dalam. Kondisinya masih kritis." Timpal tuan besar.

" Papa dan mama pulang saja. Biar aku yang menjaga Ziko." Ucap Zira.

" Apa kamu yakin? Mama perhatikan mata kamu sembab, apa kamu baru menangis?"

Zira menganggukkan kepalanya.

" Aku takut ma." Ucap Zira pelan sambil meneteskan air matanya.

" Takut kenapa?" Ucap nyonya Amel.

" Takut kalau Ziko pergi meninggalkanku." Ucap Zira.

Nyonya Amel kembali memeluk menantunya. Dia juga memikirkan hal yang sama tapi wanita paruh baya itu berusaha untuk menenangkan Zira.

" Kita doakan Ziko sembuh. Jangan memikirkan hal itu."

Zira menganggukkan kepalanya. Dan di belakangnya sudah ada Kevin dan Menik.

" Ma, aku ingin melihat suamiku." Ucap Zira.

" Pergilah nanti perawat akan menuntun mu." Ucap nyonya Amel.

Zira melangkahkan kakinya menuju ruang ICU. Dia masuk kedalam ruangan itu, ruangan yang sangat sepi dan hanya ada beberapa perawat dan satu dokter.

Di dalam ruangan itu hanya terdengar suara. Alat hemodinamik dan saturasi. Ada beberapa tempat tidur yang di khususkan untuk pasien yang koma. Dan ada beberapa ruangan yang juga di gunakan untuk pasien koma tapi khusus kelas VIP.

" Saya mau melihat suami saya." Ucap Zira menyapa perawat yang mengenakan penutup kepala dan masker bedah. Tidak lupa mereka mengenakan seragam khusus untuk di ruang ICU.

" Gunakan pakaian dan penutup kepala ini." Ucap perawat memberikan pakaian khusus dan penutup kepala. Tidak lupa dia mengenakan masker.

Perawat menunjukkan ruangannya. Zira melihat tubuh suaminya yang terbaring, ada selang oksigen di bawah hidungnya. Dan beberapa alat yang di tempelkan di dada suaminya. Alat itu langsung di hubungkan ke monitor. Sehingga denyut jantungnya langsung terekam dilayar monitor. Dan ada botol infus di pinggir kasur, dan jarum di punggung suaminya.

Zira berdiri di samping tempat tidur sambil mengelus rambut suaminya.

" Sayang bangun, aku di sini." Ucap Zira sambil menyentuh tangan suaminya. Tangan suaminya begitu dingin dan pucat. Dia terus menggenggam tangan suaminya. Mencoba memberi kehangatan pada suaminya.

" Sayang bangun, aku di sini." Ucap Zira terus sambil menangis.

" Jangan tinggalkan aku, aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Hatiku hampa sayang. Bangun sayang, kamu berjanji akan selalu bersamaku. Sayang bangun, hiks hiks."

Di depan ruang ICU masih ada keluarga Raharsya, Kevin beserta Menik.

" Apa sudah ada kabar siapa yang melakukan ini semua." Tanya tuan besar.

" Belum tuan, kepolisian belum memberikan kabar. Tapi mereka berjanji akan menangkap pelakunya.

Waktu terus berputar tapi Zira belum keluar dari ruang ICU. Dan ada panggilan melalui ponsel Kevin.

Semuanya melihat kearahnya.

" Ya halo." Ucap Kevin.

" Baik, saya akan segera datang." Ucap Kevin kemudian menutup panggilan itu.

" Siapa." Tanya tuan besar.

" Dari pihak kepolisian, tersangka sudah di tangkap. Dan sekarang ada di kantor polisi."

" Oh syukurlah." Ucap nyonya Amel.

Kevin menghubungi pengacara. Mereka membuat janji untuk ketemu di kantor polisi.

" Mama akan menemui Zira." Ucap nyonya Amel sambil berjalan menuju ruang ICU. Nyonya Amel memasuki ruang ICU mengenakan pakaian khusus sama dengan Zira. Dia menghampiri menantunya.

" Zira, pelaku yang menikam Ziko sudah di tangkap." Ucap nyonya Amel berbisik.

Zira langsung menoleh dengan cepat. Sebelum keluar dia mengecup dahi suaminya.

" Sayang, aku harus pergi. Ketika aku kembali kesini, kamu sudah sadar ya."

Zira dan nyonya Amel keluar bersama-sama dari ruang ICU.

" Ma, aku titip Ziko." Ucap Zira.

Kevin mengendarai mobilnya. Emosi Zira sudah sangat memuncak, dia ingin melihat pelaku dan ingin menanyakan motif kejahatannya.

Setibanya di kantor polisi sudah ada pengacara yang menunggu kehadiran mereka semua.

" Mana pelakunya." Tanya Zira.

" Ada di dalam. Saya harap nona bersabar jangan melakukan tindakan yang dapat merugikan anda." Ucap pengacara menasehati Zira.

Pengacara membawa mereka kedalam kantor polisi dan bertemu dengan pihak penyidik.

" Pak, saya ingin bertemu dengan pelaku." Ucap Zira.

" Bisa, nanti kami akan mempertemukan anda semuanya dengannya."

" Maaf pak, bagaimana anda bisa menangkapnya." Tanya Kevin kepada pihak kepolisian.

" Wajah pelaku sudah ada di kamera Cctv dan kami menemukannya tidak jauh dari gedung kejadian. Mari ikut kami untuk melihat pelaku."

Mereka mengikuti bapak polisi untuk menemui pelaku. Pelaku di letakkan di dalam ruangan kaca. Dan kaca tersebut tembus langsung ke ruangan khusus. Ruangan itu khusus di gunakan untuk melihat jalannya pihak penyidik mengajukan beberapa pertanyaan kepada pelaku.

Ketika melihat pelaku Zira langsung kaget bercampur emosi.

" Kia? Itu Kia, aku baru membebaskannya beberapa bulan yang lalu." Ucap Zira.

" Betul nona."

" Mana Sisil. Apa dia melakukan hal ini bersama Sisil." Tanya Zira penuh amarah.

" Tidak nona, Sisil tidak terbukti melakukan ini. Sepertinya dia merencanakan semua ini sendirian." Ucap polisi.

" Izinkan aku menemuinya sendiri."

" Maaf nona, anda tidak boleh bertemu langsung dengan pelaku." Ucap pengacara.

" Kenapa? Apa kalian takut dia akan mencelakai ku."

" Aku ingin bertemu dengannya sendiri." Ucap Zira kekeh.

Pengacara membicarakan hal itu kepada polisi. Dan pihak polisi mengizinkan. Ketika memasuki ruangan yang ada Kia di dalamnya salah satu tangan pelaku di borgol.

" Wah wah ada nyonya." Ejek Kia tanpa ada rasa bersalah.

Zira duduk di kursi tepat di depan Kia.

" Kenapa kamu melakukan hal ini kepada suamiku." Tanya Zira.

" Hahahaha, kenapa? Aku itu sangat mencintainya dan sangat membencimu. Dan aku sangat ingin membunuhmu tapi ternyata Tuhan masih sayang samamu. Jadi untuk melancarkan aksiku. Aku harus membunuh Ziko agar dia mati dan kamu tidak bisa memilikinya. Hahahah." Kia tertawa menggelegar.

Prak. Zira menampar pipi Kia dan mencengkram leher pelaku. Pihak polisi langsung masuk kedalam dan mencoba melepaskan tangan Zira dari leher Kia.

" Nona apa yang anda lakukan. Jangan jadi pembunuh nona." Ucap Kevin.

" Dia telah mencelakai suamiku." Ucap Zira masih mencengkram leher Kia. Dan tanpa di sadari dari mulut Kia keluar busa. Zira kaget dan melepaskan tangannya dari leher wanita itu.

Polisi langsung melihat denyut nadi Kia dan langsung melarikan ke rumah sakit.

" Like, komen dan vote yang banyak ya, terima kasih."

Ig. anita_rachman83