Chapter 399 episode 398 (S2)

Ziko mengejar pelayan itu. Dia mengikuti pelayan itu dari belakang. Pelayan itu seperti sudah paham dengan lokasi gedung itu dia memilih melewati lorong yang sepi. Ziko terus saja mengikutinya. Tapi pelayan itu tau kalau ada yang mengikutinya. Dia bersembunyi agar Ziko tidak menemukannya.

" Sial, kemana perginya pelayan itu." Gerutu Ziko sambil melihat sekeliling lorong. Tiba-tiba pada saat dia berbalik pelayan itu ada di belakangnya. Dan sudah mendaratkan sebuah pisau di perut Ziko.

" Kamu." Ucap Ziko sambil memegang perutnya yang sudah berdarah. Pelayan itu tersenyum sambil meninggalkan Ziko yang sudah jatuh ke lantai.

Di tempat resepsi masih terlihat kebisingan dan kepanikan semua tamu undangan. Kevin, Menik dan Zira memilih ketempat yang jauh dari keramaian.

" Vin, coba kamu hubungi suamiku." Ucap Zira cemas.

Kevin mengikuti perintah Zira. Dia menghubungi nomor bosnya. Tapi tidak ada jawaban sama sekali.

" Tidak di angkat." Ucap Kevin.

" Kita susul." Ucap Zira.

" Tapi kata tuan muda, nona tidak boleh ke sana. Nyawa nona sedang terancam." Ucap Kevin.

" Bagaimana kalau nyawa suamiku yang terancam, kita tidak tau ada berapa orang yang ingin membunuhku. Mungkin ada banyak di sana, ayo cepat." Ucap Zira sambil melangkahkan kakinya menuju kearah kitchen.

Kevin mengikuti kemauan Zira.

" Nona di belakang, biar saya yang di depan." Ucap Kevin.

Zira menganggukkan kepalanya. Menik berada di belakangnya. Mereka menyusuri kitchen tapi tidak ada siapa pun di dalam ruangan itu. Kevin terus melangkahkan kakinya menuju lorong dan dari kejauhan ada seseorang yang terbaring di lantai. Dia mempercepat langkah kakinya.

" Tuan." Ucap Kevin melihat Ziko yang sudah berdarah.

" Tidak!" Zira berteriak histeris sambil terduduk dan memangku kepala suaminya.

Kevin langsung menghubungi rumah sakit dan kantor polisi. Zira menangis tersedu-sedu melihat suaminya sudah berdarah.

" Sayang sadar, aku di sini. Jangan tinggalkan aku. Hiks hiks." Zira menangis.

Menik melihat kejadian itu hanya bisa bengong, biasanya dia menyaksikan di dalam televisi tapi sekarang tragedi itu ada di depannya.

" Nona, bertenang." Ucap Kevin.

" Kenapa lama sekali ambulans nya." Teriak Zira.

Kevin menghubungi kembali rumah sakit, dia menanyakan tentang keberadaan mobil ambulans.

" Nona sepertinya kita bawa naik mobil saja. Tidak mungkin kita membiarkan tuan muda."

Zira setuju dengan ide Kevin.

Pria itu langsung meletakkan tubuh Ziko di belakang punggungnya. Mereka keluar melalui jalan utama. Karena hanya itu jalan yang mereka tau. Bisa saja Kevin terus menyusuri lorong tapi dia khawatir masih ada bahaya yang mengintai di sana.

Mereka harus melewati kerumunan tamu undangan.

" Itu Ziko." Ucap Vita kepada suaminya.

Sepasang pengantin baru itu menghampiri Kevin dan Zira.

" Ziko kenapa." Tanya Vita.

" Suamiku baru kena tikam." Ucap Zira dengan derai air mata.

" Apa!" Fiko dan Vita kaget.

" Mari ikut saya. Kalian tidak akan bisa di izinkan keluar." Fiko menuntun jalan untuk mereka dan memerintahkan tamu undangan untuk memberi ruang agar Kevin dapat berjalan dengan leluasa.

Ketika sampai di pintu, sekuriti menahan mereka.

" Izinkan mereka keluar. Mereka keluarga saya." Ucap Fiko.

" Maaf tuan, tidak ada yang boleh meninggalkan gedung." Ucap salah satu sekuriti.

" Apa maksudmu tidak boleh! Suamiku sedang sekarat!" Teriak Zira marah

Sekuriti melihat tubuh Ziko yang pucat dan banyak meneteskan darah.

" Aku yang menjamin mereka. Biarkan mereka pergi nyawanya sedang terancam." Ucap Fiko.

Sekuriti mengizinkan mereka pergi.

Kevin berlari kecil di ikuti Menik dan Zira. Mereka menuju parkiran.Tubuh Ziko sudah di letakkan di kursi bagian belakang, Zira menemani suaminya dibelakang. Kepala suaminya berada di pahanya. Dia terus saja menangis, tidak menghiraukan sekelilingnya. Kevin mengendarai mobilnya cukup kencang.

" Nik, cari nomor ponsel dokter Diki." Ucap Kevin sambil menyerahkan ponselnya kepada Menik. Wanita itu langsung menghubungi nomor dokter Diki dan membuat mode speaker.

" Halo Vin." Ucap dokter Diki.

" Siapkan ruang operasi." Ucap Kevin sambil tetap fokus menyetir.

" Siapa yang mau operasi." Tanya dokter Diki.

" Tuan Ziko, dia baru di tikam." Ucap Kevin

" Apa! Bagaimana bisa kamu lengah dengan kejadian itu." Tanya dokter itu. Dia tau banyak yang iri akan keberhasilan sahabatnya, dan banyak juga yang ingin mencelakai temannya. Dan hari ini kejadian itu benar-benar terjadi.

" Nanti aku jelaskan. Kami sekarang dalam perjalanan ke rumah sakit sebentar lagi sampai. Dan tolong hubungi tuan besar dan nyonya besar." Ucap Kevin kemudian menutup panggilan.

Dokter Diki yang sedang berada di rumah sakit langsung memerintahkan perawat untuk menyiapkan ruang operasi beserta dokternya. Setelah itu dia menghubungi tuan besar.

" Selamat malam om." Ucap dokter Diki.

" Malam Diki, ada apa." Tanya tuan besar.

" Telah terjadi incident dengan Ziko." Ucap dokter Diki.

" Incident? Apa yang terjadi dengan anakku." Tanya tuan besar panik. Nyonya Amel yang berada di dekat suaminya juga ikut panik.

" Maaf om, sebaiknya om dan tante datang ke rumah sakit. Nanti saya jelaskan di sini." Ucap dokter Diki kemudian panggilan terputus.

Di Mansion.

" Apa yang terjadi dengan Ziko." Tanya nyonya Amel.

" Tidak tau, Diki hanya memerintahkan kita untuk datang ke rumah sakit." Ucap tuan besar sambil mengenakan pakaiannya. Nyonya Amel ikut mempersiapkan dirinya tidak lupa menghubungi anaknya Zelin.

Supir langsung membawa mereka menuju rumah sakit. Kevin sudah sampai di rumah sakit dan memberhentikan mobilnya tepat di depan IGD, para perawat langsung sigap dengan membawa tempat tidur dan memindahkan tubuh Ziko ke atas tempat tidur.

Dokter IGD langsung melihat kondisi Ziko.Tidak berapa lama dokter Diki tiba di IGD.

" Oh Tuhan." Dia kaget melihat wajah Ziko yang pucat dan darah sudah memenuhi setelan tuksedonya. Bukan hanya Ziko yang penuh darah, Kevin dan Zira sudah penuh darah di baju dan tangan mereka.

" Langsung bawa ke ruang operasi. Dokter sudah standby di sana." Perintah dokter Diki kepada perawat yang ada di IGD.

Tubuh Ziko yang berada di tempat tidur langsung di dorong ke ruang operasi. Kevin, Zira dan Menik menunggu di depan ruang operasi.

Tiba-tiba ponselnya Zira berdering. Ada panggilan masuk dan itu dari mertuanya.

" Zira." Ucap nyonya Amel.

" Ziko di mana." Tanya nyonya Amel.

" Ziko di dalam ruang operasi ma." Ucap Zira dengan derai air mata.

Deg jantung nyonya Amel langsung perih.

" Apa yang terjadi." Tanya nyonya Amel lagi.

" Ziko di tikam ma, hiks hiks." Ucap Zira sambil menangis.

" Apa." Tiba-tiba tidak terdengar suara dari ponsel mertuanya.

" Mama." Ucap Zira.

Mendengar berita itu nyonya Amel langsung pingsan. Tuan besar langsung menyadarkan istrinya dengan memberi minyak angin di bagian bawah hidung istrinya.

" Mama." Ucap Zira masih dengan ponselnya.

" Ini papa, mama pingsan. Sebenarnya apa yang terjadi." Tanya tuan besar.

" Ziko baru di tikam seseorang." Ucap Zira dengan derai air matanya.

" Apa! Kenapa bisa terjadi? Di mana kejadiannya." Tanya tuan besar.

Zira menceritakan kejadian semuanya, dari mereka pergi ke acara pernikahan Fiko dan Vita sampai seseorang mau meracuninya juga diceritakannya.

Tuan besar mengingat undangan yang di berikan Ziko untuknya. Tapi dia dan istrinya tidak bisa hadir karena urusan yang lain. Jika tuan besar beserta istrinya ikut hadir dalam acara resepsi itu pasti mereka melihat kejadian yang mencekam itu secara langsung.

" Like, komen dan vote yang banyak ya. Rangkingnya turun lagi nih. Ayo semangat vote author biar tambah semangat updatenya.

Ig. anita_rachman83