Chapter 397 episode 396 (S2)

Kevin terus merayu dan membujuk Menik untuk ikut dalam acara nanti malam. Semua usaha sudah dilakukannya tapi wanita itu tetap kekeh tidak mau ikut. Akhirnya dia menjual nama Zira.

" Nona Zira akan pergi juga ke acara itu? Apa kamu juga tidak mau ikut." Ucap Kevin dari ujung ponselnya.

Tidak terdengar jawaban apapun dari Menik, hanya keheningan yang di dengarnya.

" Halo Nik? Kamu masih di sana? Apa sudah tidur." Ucap Kevin.

" Eh iya, aku masih di sini." Ucap Menik gugup.

" Kamu melamun." Tanya Kevin.

" Eh tidak." Menik gugup.

" Apa ada masalah?" Ucap Kevin.

" Tidak, kalau aku ikut bersamamu, aku harus mengenakan gaun juga?"

" Iya dong Nik, kan enggak lucu kalau kamu datang dengan baju tidur."

" Hemmm tapi." Ucapan Menik menggantung.

" Kenapa Nik? Apa kamu tidak punya gaun?" Ucap Kevin.

" Iya, ada gaun tapi aku tidak tau apakah cocok untuk acara nanti malam." Ucap Menik pelan.

" Begini saja, kamu tunggu saja di apartemen, aku akan mencarikan gaun untukmu." Ucap Kevin.

" Apa kamu bisa memilih gaun yang cocok untukku." Ucap Menik.

" Bukan aku, tapi nona Zira. Dia seorang desainer pasti tau model yang cocok untukmu. Kebetulan beliau ada di sini." Ucap Kevin.

" Oh ya, apa yang di lakukan nona Zira di sana." Tanya Menik.

" Selain menjahiliku juga mengurus pekerjaan di sini."

" Menjahilimu?"

" Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Pasangan suami istri itu paling suka menjahiliku."

" Ya sudah, aku jemput jam tujuh malam." Ucap Kevin, kemudian panggilan terputus.

Kevin kembali ke ruangan bosnya. Tok tok tok.

" Masuk." Ucap Ziko.

Ceklek, Kevin membuka pintu ruangan itu.

" Ada apa Vin." Tanya Ziko.

" Saya ada perlu dengan nona Zira." Ucap Kevin.

" Mau ngapain kamu sama istriku." Ziko cemburu.

" Saya mau berkonsultasi dengan istri tuan." Ucap Kevin.

" Konsultasi? Kamu pikir istriku tempat konsultasi keluh kesah mu" Ucap Ziko ketus.

" Sstt, dengarkan dulu. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Kalau tidak ada rahasia beritahu saja di sini." Ucap Zira.

" Begini nona, Menik mau ikut dengan saya untuk acara nanti malam. Tapi dia belum ada gaun, jadi saya mau minta tolong anda memilihkan gaun yang cocok untuknya." Ucap Kevin.

" Vin Vin, hanya itu saja kamu bilang konsultasi?" Ejek Ziko.

Mendengar ucapan bosnya dia tersenyum kecil.

" Baiklah tunggu sebentar." Zira mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya dan memilih hasil rancangannya. Semua rancangan yang sudah selesai di jahit pasti di foto karyawannya dan hasil fotonya di kirim ke dia.

" Bagaimana dengan yang ini." Ucap Zira menunjukkan hasil rancangannya kepada Kevin.

" Terlalu terbuka." Ucap Kevin.

Zira memilih lagi foto desainnya di dalam ponselnya.

" Kalau yang ini bagaimana?" Ucap Zira.

" Terlalu ketat."

" Ah kamu ini banyak banget komplain mu. Pilih sendiri." Gerutu Zira sambil menyerahkan ponselnya kepada Kevin.

Kevin memilih beberapa gaun melalui ponsel pintar milik Zira. Dan dia menjatuhkan pilihan pada gaun long dress dengan lengan panjang. Gaun itu berwarna hitam dan seperti ada kilauan cahaya di atasnya.

" Yang ini." Ucap Kevin menunjuk gaun hasil pilihannya.

" Apa kamu yakin?" Ucap Zira.

" Iya yakin." Ucap Kevin tegas.

" Baiklah tapi jangan ada komplain ya." Ucap Zira lagi.

" Komplain? Memangnya kenapa dengan gaun itu." Ucap Kevin sambil menunjuk pilihannya.

" Tidak ada." Ucap Zira singkat. Ziko melihat hasil pilihan asistennya, dia langsung memicingkan matanya.

" Kamu itu norak sekali." Ucap Ziko.

" Norak apanya." Zira yang angkat bicara bukan Kevin.

" Ini lihat banyak sekali kilauan di atas gaun itu. Apa kamu tidak berpikir kalau si Menik di dalam gelap akan terlihat seperti lampu petromaks yang berjalan." Ejek Ziko.

" Enak aja kamu bilang hasil rancangan ku seperti lampu petromaks. Ini namanya blink-blink, memang terlihat berkilau apalagi kalau kena pantulan cahaya akan tambah Kilauan nya. Jadi ralat ucapanmu yang mengatakan lampu petromaks." Ucap Zira.

Zira menghubungi butiknya dan memerintahkan karyawannya untuk mengirimkan hasil rancangannya ke alamat apartemen Menik.

Hari sudah petang Zira dan Ziko sudah bersiap. Zira mengenakan gaun hasil rancangannya. Dia mengenakan dress dengan panjang bagian depan sampai di bawah lutut dan bagian belakang panjang sampai mata kaki, dan bagian atasnya berlengan pendek. Dan suaminya mengenakan setelan tuksedo berwarna hitam dengan dasi kupu-kupu.

" Kamu cantik sekali." Puji Ziko.

" Terima kasih." Ucap Zira senang.

" Kamu mengenakan dress itu seperti botol minuman fanta." Ejek Ziko.

Zira mengenakan dress berwarna fanta mungkin itu yang membuat Ziko mengatakan kalau istrinya mirip minuman botol.

" Ah kamu." Rengek Zira.

" Bercanda sayang, kalau kamu isinya aku jadi botolnya." Ucap Ziko.

" Ya botol kecap." Ucap Zira.

Keduanya tertawa bersama sambil keluar dari rumahnya. Ziko mengendarai mobil sportnya yang berwarna putih. Mobil langsung melaju menuju tempat acara resepsi berlangsung.

Sedangkan Kevin baru tiba di depan apartemen Menik. Dia sengaja tidak menelepon Menik untuk turun. Karena dia ingin langsung menjemput Menik di depan pintu apartemennya. Di tangan Kevin sudah ada beberapa paper bag yang di dalamnya berisi beraneka ragam makanan. Dia sengaja membawa makanan itu untuk mengambil hati Bima.

Ting tong bel apartemen Menik berbunyi, wanita itu langsung berlari kecil menuju pintu, sedangkan Bima hanya melihat sekilas karena dia sudah bisa menebak kalau yang ada di depan pintu apartemen adalah Kevin.

" Kenapa tidak menghubungiku saja. Jadi kamu tidak perlu repot-repot naik kesini." Ucap Menik sambil mempersilahkan Kevin masuk.

" Ini." Kevin menyerahkan bawaannya kepada Menik

" Apa ini." Tanya Menik sambil menerima bawaan dari calon suaminya.

" Beberapa makanan, aku sengaja membelinya untukmu, kalau tengah malam kamu lapar, kamu langsung bisa memakannya." Ucap Kevin sambil melirik Bima.

" Oh terima kasih, aku memang sering kelaparan kalau tengah malam, kadang malas kalau mau makan makanan berat. Tapi dengan makanan ini akan bisa makan sepuasnya tanpa harus takut kelaparan." Ucap Menik sambil mempersilahkan Kevin untuk duduk.

Wanita itu membawa bungkusan itu ke atas meja. Ketika berjalan bagian punggung Menik terlihat jelas. Kevin langsung menelan salivanya.

" Sial kenapa dia seksi sekali. Aduh bergetar hatiku." Gumam Kevin.

" Bim, kakak pergi." Ucap Menik sambil berjalan mendekati Kevin.

" Nik, ganti gaunmu." Ucap Kevin.

" Kenapa? Bukannya ini pilihanmu." Ucap Menik bingung.

" Ya, tapi bagian belakangmu terbuka, kamu seperti sundel bolong." Ucap Kevin asal.

" Sundel bolong mana punya gaun berwarna hitam dan dia juga tidak pernah menyanggul rambutnya." Jawab Menik.

Mungkin ini alasan nona Zira, meyakinkan pilihanku.

" Nik, punggungmu terlihat, aku tidak mau para pria melihat punggungmu." Ucap Kevin.

" Terus bagaimana? Aku tidak punya gaun lagi. Ada gaun tapi menurutku tidak cocok jika di pakai ke acara pesta."

Kevin berpikir bagaimana cara menutup punggung calon istrinya.

" Apa kamu ada selendang." Tanya Kevin. Menik berlari ke dalam kamarnya untuk mengambil sesuatu dan kemudian kembali lagi dengan membawa sesuatu di tangannya.

" Ini." Ucap Menik sambil menyerahkan bawaannya.

" Ini kamu bilang selendang? Ini kain jarik Nik." Gerutu Kevin.

" Tapi aku tidak punya selendang hanya ini saja." Ucap Menik pelan.

" Kenapa kamu enggak bilang." Gerutu Kevin.

" Tapi menurutku kain ini bisa di pakai untuk menutupi punggungku."

" Bisa banget, nanti aku belikan bakul sekalian. Biar kamu bisa ngider jamu di acara itu." Ucap Kevin.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terima kasih."

Ig. anita_rachman83