Chapter 387 episode 386 (S2)

Kevin sudah tiba di gedung Raharsya Group. Dia langsung melangkahkan kakinya keruangan presiden direktur.

" Siang bos." Sapa Kevin.

" Sore!" Ucap Ziko ketus sambil menatap asistennya yang cengengesan.

" Kamu kesambet setan apa?" Ucap Ziko ketus.

" Setan cinta." Kevin duduk di sofa dengan mengangkat kakinya. Dia masih membayangkan bibir Menik yang manis.

Ziko langsung melempar penanya kearah Kevin. Pria itu langsung kaget dan spontan berdiri layaknya seorang marinir.

" Ah tuan mengganggu saja." Ucap Kevin.

" Kamu di sini kerja bukan melamun." Ucap Ziko ketus.

" Tuan seperti tidak pernah jatuh cinta saja."

Kevin mengembalikan pena bosnya dan meletakkan di atas meja kerja.

" Ternyata rasanya jatuh cinta seperti ini." Ucap Kevin.

" Enggak usah pamer. Aku lebih berpengalaman dari kamu. Aku sudah sampai garis finish kamu masih di start." Ucap Ziko.

" Ya tuan, saya tau anda memang pengalaman. Tapi anda akan terkejut kalau saya memberitahukan hal ini kepada anda."

" Apa itu." Ziko penasaran.

" Anda tau siapa pemilik dari perusahaan kosmetik itu?"

" Wardinah lah." Ucap Ziko singkat.

" Kalau tuan dapat menebaknya maka saya akan membelikan anda pena baru."

" Pena? Aku bisa beli sendiri tidak perlu kamu sok baik. Para pekerjanya juga bisa aku beli."

" Ya tuan, saya tau. Tapi anda bisa menebak tidak?"

" Apa kita sekarang main tebak-tebakkan?"

" Bisa di bilang seperti itu." Ucap Kevin.

" Sudahlah aku tidak bernafsu main tebak-tebakkan. Kamu mau menginformasikan apa kepadaku." Ucap Ziko.

" Ini tentang pemilik perusahaan kosmetik itu."

" Apa yang punya perusahaan itu neneknya Menik dan selama ini dia cucu yang hilang." Ucap Ziko mendramatisir ceritanya.

" Hampir mirip tuan, tapi ini bukan Menik." Kevin duduk di kursi tepat di depan Ziko.

" Kalau bukan Menik siapa? Tidak mungkin punya istriku lagi."

" Ya tuan, perusahaan itu punya istri anda."

" Apa!" Ziko kaget dan air liurnya muncrat kearah Kevin.

" Haduh hujan lokal." Ucap Kevin membersihkan wajahnya dengan tisu yang ada di meja Ziko.

" Kalau tau ekspresi kaget tuan seperti ini mending saya tidak memberitahukannya, mana tidak pakai masker lagi. Air liur tuan tidak mengandung virus kolorna kan?." Ucap Kevin.

" Enak aja, air liurku mengandung antiseptik tau."

" Jadi saya tidak perlu pakai face sanitizer?"

" Tidak perlu. Cepat ceritakan kepadaku informasi apa yang kamu dapat."

Kevin menceritakan semuanya dari dia ketemu Zira di perusahaan itu sampai berdebat dengan masalah penalti dengan direktur perusahaan. Dan dia juga menceritakan tentang usahanya bertemu dengan presiden direktur. Semua diceritakanya secara detail.

Ziko masih belum percaya dengan ucapan asistennya.

" Kamu lagi bercanda kan?"

" Tidan tuan, saya serius. Coba tuan tanya sendiri kepada nona Zira."

Ziko mengambil ponselnya dan langsung menghubungi istrinya.

" Ya sayang." Jawab Zira dari ujung ponselnya.

" Apa benar yang di katakan Kevin?"

" Apanya?" Ucap Zira bingung.

" Kamu pemilik dari perusahaan kosmetik itu?"

" Ah Kevin terlalu membesar-besarkan. Aku hanya pemilik kantin dan toiletnya." Ucap Zira merendah.

Ziko menutup sebagian ponselnya.

" Salah kamu, istriku hanya pemilik kantin." Ucap Ziko ke Kevin.

" Nona Zira bohong tuan. Dia tidak mau anda kena serangan jantung." Ucap Kevin.

" Sayang jangan bohong. Apa betul kamu pemilik perusahaan kosmetik itu?"

" Kalau iya kenapa dan kalau tidak kamu mau apa?"

" Iya enggak ada, setidaknya sebagai suami aku harus tau semuanya."

" Baiklah sayang, memang aku pemilik dari perusahaan itu. Sudah jelas?"

" Memangnya berapa banyak kekayaan kamu?"

" Sayang tolong jangan di bahas masalah harta. Aku pusing kalau menjelaskannya. Nanti suatu saat kamu juga akan tau." Ucap Zira.

Ziko tidak mau mempertanyakan masalah itu lagi. Walaupun istrinya punya penghasilan sendiri, tapi sebagai suami dia tetap memberikan kewajiban lahirnya kepada Zira. Sebagai istri yang mempunyai penghasilan sendiri tentu dia tidak perlu meminta kepada suaminya. Tapi karena Ziko memaksanya, mau tidak mau dia menerimanya. Dan uang itu hanya di gunakan untuk keperluan rumah tangga. Untuk keperluan pribadinya, dia menggunakan uangnya sendiri.

Hari sudah petang, Kevin mengantarkan Ziko kekediamannya. Setelah dari situ Kevin langsung menuju alamat yang di berikan Menik. Dia berhenti di sebuah apartemen.

" Pantas keberadaannya tidak di ketahui, rupanya dia sembunyi di sini. Kevin memarkirkan mobilnya.

Di dalam apartemen Menik mempersiapkan makanan yang banyak. Bima menghampiri kakaknya yang sedang menyusun meja makan.

" Kakak masak banyak sekali." Tanya Bima.

Menik tidak menjawab, dia senang jika menyiapkan makan malam untuk calon suaminya.

" Kak, kenapa kakak masak sebanyak ini." Bima menanyakan kembali.

" Kakak lagi senang." Ucap Menik.

" Senang kenapa?"

Ting tong suara bel berbunyi.

" Siapa yang datang." Gumam Bima sambil melihat kearah kakaknya.

" Apa kakak sedang menunggu seseorang." Tanya Bima.

" Biar kakak yang buka." Menik tidak menjawab pertanyaan adiknya, dia berlari kecil menuju pintu.

Ketika pintu di buka, Menik tersenyum manis karena ada Kevin di hadapannya.

" Apa kamu hanya tersenyum saja? Tidak ingin mempersilahkan saya masuk." Ucap Kevin.

Belum Kevin masuk, Bima sudah datang dan berdiri di belakang Menik.

" Ngapain anda kesini!" Ucap Bima ketus.

" Kakak yang mengundang dia kesini?" Tanya Bima.

" Iya." Ucap Menik singkat.

Bima langsung mendengus kesal. Dia langsung meninggalkan keduanya di depan pintu.

" Masuk pak." Ucap Menik.

Menik menghampiri adiknya yang duduk di sofa.

" Bim, jangan seperti itu. Kakak mengundang pak Kevin kesini agar beliau menjelaskan kepadamu."

" Aku tidak perlu mendengarkan penjelasan apapun." Bima beranjak dari sofa dan hendak masuk ke kamarnya.

" Bima dengarkan saya." Ucap Kevin. Bima tetap berjalan menuju kamarnya.

" Saya akui memang saya salah. Dan semuanya karena terpaksa, tidak seharusnya saya menyakiti hati kakakmu dengan menerima pertunangan itu. Tapi saya sudah membatalkannya."

Bima menoleh kearah Kevin.

" Aku tidak butuh penjelasan apapun dari anda kalau anda ingin mendapatkan restu dariku. Kembalikan air mata kakakku yang telah mengalir deras pada saat itu!" Ucap Bima ketus.

Kevin terdiam tidak bisa berkata-kata.

" Bima, jangan seperti itu. Kakak sudah melupakan kejadian yang kemaren-kemaren. Kakak harap kamu jangan jadi pendendam." Ucap Menik.

" Secepat itu kakak memaafkan pria ini." Ucap Bima melihat Kevin dengan tatapan tajam.

" Heran kenapa kakak tidak memaafkan Rudi juga. Dan menerima cintanya. Dengan seperti itu baru adil." Sindir Bima.

Prok, Menik menampar adiknya. Dia tidak suka dengan perkataan Bima. Yang mana perkataan itu telah menjatuhkan harga dirinya.

" Demi pria kakak mau menampar adik kandungmu." Ucap Bima sambil memegang pipinya. Dia langsung masuk ke kamar dan membanting pintu dengan keras.

Menik merasa bersalah dan menyesal. Tidak seharusnya dia menampar adiknya. Kevin membawa Menik untuk duduk di sofa.

" Maafkan saya, karena saya hubungan kamu dan adikmu jadi rusak." Ucap Kevin sambil menggenggam tangan Menik.

" Tidak pak, saya yang telah ringan tangan kepada bima." Ucap Menik sambil menundukkan kepalanya.

Kevin mengangkat wajah Menik dengan memegang dagunya.

" Saya lapar, kalau kamu seperti ini terus, bisa-bisa saya kurus kering." Goda Kevin.

Menik tersenyum, dia membawa Kevin ke meja makan. Di atas meja telah terhidang beraneka ragam masakan rumahan. Dan itu menggugah selera makannya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya, terimakasih."

ig. anita_rachman83