Chapter 386 episode 385 (S2)

" Nona sebenarnya berapa banyak kekayaan anda." Tanya Kevin.

" Jangan kamu pusingkan kekayaanku, aku saja bingung berapa jumlahnya." Ucap Zira santai.

" Apa tuan muda tau, kalau anda punya perusahaan ini." Tanya Kevin.

" Enggak." Ucap Zira singkat.

" Wah kalau tuan muda tau pasti beliau akan kena serangan jantung." Ucap Kevin.

Menik melihat kearah keduanya terutama Kevin.

" Jadi bagaimana? Apa saya masih bekerja di sini." Tanya Menik.

" Masih." Ucap Zira tegas.

" Nona?" Ucap Kevin.

" Iya Kevin." Zira merapatkan giginya.

Kevin tidak mempunyai keberanian untuk melanjutkan ucapannya.

Menik menoleh kearah Kevin dan ada anggukan dari Kevin. Dia langsung bersorak gembira karena masih bisa meneruskan mimpi-mimpinya.

" Karena ini perusahaan nona Zira jadi kamu masih bisa bekerja di sini. Lagian mana bisa aku mengalahkan pasukan autobot." Ucap Kevin.

" Kalian kalau mau mengobrol jangan disini. Aku tidak mau jadi kecoa. Silahkan cari tempat yang tidak banyak di kunjungi orang."

" Dimana tempatnya." Tanya Kevin.

" Kuburan." Jawab Zira singkat.

Kevin memanfaatkan kesempatan itu. Dia ingin mengobrol dengan calon istrinya.

Ada suatu ruangan yang di dalamnya ada sofa dan meja. Zira memerintahkan keduanya untuk mengobrol disana.

" Nik, berapa nomor ponsel kamu." Tanya Kevin.

" Untuk apa pak." Ucap Menik pelan.

" Bapak? Jangan panggil bapak, kesannya kita seperti bapak dan anak. Panggil sayang." Perintah Kevin.

" Saya belum terbiasa memanggil dengan kata itu."

" Maka biasakan."

Menik menganggukkan kepalanya pelan.

" Ayo katakan." Kevin mendekatkan kepalanya ke telinga Menik, dia ingin mendengarkan wanita itu mengatakannya.

" Sa-sa." Menik gugup.

" Kenapa lama sekali, sayang bukan sasa." Ucap Kevin mengulang kalimatnya.

" Sayang." Ucap Menik cepat dan nyaris tak terdengar.

" Apa?" Kevin meletakkan kembali telinganya kedekat Menik.

" Udah tadi, mau minta nomor ponsel saya untuk apa." Ucap Menik mengalihkan pembicaraan.

" Nik, selama tiga hari keberadaanmu tidak di ketahui. Kamu tau saya seperti kehilangan jejakmu. Ingin sekali saya ikut dalam acara si bolang, agar dapat bertualang untuk menemukan keberadaanmu." Ucap Kevin.

Kevin menjulurkan tangannya di hadapan Menik.

Dan dia menyambut tangan Kevin dengan bersalaman.

" Bukan bersalaman. Ponsel kamu mana?"

" Ada? Bapak mau apa dengan ponsel saya. Jangan bilang mau di ambil."

" Bapak lagi? Cepat mana ponselnya." Kevin masih mengulurkan tangannya kearah Menik.

Menik mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, mengambil benda tipis itu dan menyerahkan kepada Kevin.

" Ini ponsel dari siapa." Tanya Kevin.

" Dari nona Zira." Jawab Menik.

" Terus bagaimana ponsel yang kamu kembalikan itu?"

" Bapak pakai saja." Jawab Menik santai.

" Saya sudah punya ini." Ucap Kevin mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

" Apa ponsel ini saya kembalikan sama nona Zira." Tanya Menik.

" Jangan, bisa-bisa di cincang kita kalau mengembalikan itu." Ucap Kevin asal.

" Cincang apa." Tanya Menik.

" Di potong-potong jadi kecil."

" Tapi kita bukan daging."

" Ck, itu istilah Nik, kamu sudah belajar apa saja. Istilah seperti itu tidak tau." Gerutu Kevin.

Kevin menekan nomornya melalui ponsel Menik. Setelah suara ponselnya berdering, dia mengembalikan ponsel Menik. Dan mencatat nomor itu dengan memberi nama calon istriku.

" Kenapa kamu belum menyimpan nomor ponsel saya. Buat calon suami." Perintah Kevin.

Menik mengikuti kemauan Kevin.

" Akhirnya ponsel remote tv dimuseumkan." Ucap Kevin dengan senyum secerah mentari.

" Enggak kok, masih ada disini." Menik mengambil ponsel remotenya dari dalam tas dan menunjukkan kepada Kevin.

" Kamu sudah punya ponsel bagus kenapa yang buruk masih di bawa-bawa?"

" Saya memang tidak menggunakan ponsel sabun ini, tapi dengan membawa ini, saya selalu mengingat masa sulit saya. Ponsel ini sebagai pengingat agar saya selalu rendah hati." Ucap Menik.

" Oh." Kevin merasa terharu dia langsung memeluk Menik.

" Apa yang bapak lakukan." Ucap Menik berusaha melepaskan pelukan Kevin.

" Memelukmu, jangan gunakan kata bapak lagi. Kalau sudah punya anak kamu boleh memanggil saya dengan kata itu." Ucap Kevin masih memeluk Menik.

" Di mana tempat tinggal kamu. Pulang kerja nanti saya mampir kesana." Ucap Kevin.

Menik diam, dia bukan tidak mau mengatakan kepada Kevin, tapi dia khawatir Bima akan marah jika Kevin datang kekediaman mereka.

" Kamu kok diam? Di mana tempat tinggal kamu." Ucap Kevin masih tetap memeluk Menik.

" Kita janjian saja bagaimana?" Ucap Menik.

" Kamu kenapa? Saya mau makan malam hasil olahan tanganmu."

" Tapi." Menik diam sambil menundukkan

Kevin mengangkat wajah calon istrinya dengan memegang dagunya.

" Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa kamu murung seperti ini." Ucap Kevin.

" Kalau saya berkata jujur apa bapak akan marah." Ucap Menik pelan.

" Bapak lagi!" Kevin melonggarkan pelukannya.

" Saya belum terbiasa."

" Ya biasakan, tapi apa yang mau kamu bicarakan."

" Ini tentang Bima."

" Kenapa Bima?"

" Dia tidak merestui hubungan kita." Ucap Menik pelan.

" Kenapa? Apa karena masalah yang lalu?"

Menik menganggukkan kepalanya.

" Sebenci itu dia kepadaku." Ucap Kevin.

" Dia tidak membenci anda cuma dia tidak suka dengan perlakuan bapak kepada saya. Jangan marah kepadanya, dia sangat menyayangi saya." Ucap Menik pelan.

" Saya harus bicara kepadanya." Ucap Kevin tegas.

" Jangan nanti kalian bertengkar."

Kevin memegang bahu Menik.

" Saya tidak mungkin berdiam diri, ini hanya kesalahpahaman saja. Biarkan saya bicara dengannya. Suka tidak suka dia harus menerima kenyataan ini." Ucap Kevin tegas.

" Tapi, kalau kita tetap melanjutkan hubungan ini akan sia-sia saja. Bima tidak akan mau jadi wali nikah saya."

" Tenanglah dia berbicara seperti itu karena emosi sesaat. Dan untuk meluruskan masalah ini, saya harus berbicara empat mata dengannya. Saya tidak mau melepaskan kamu lagi. Setelah dapat restu dari dia kita langsung urus pernikahan."

" Secepat itu, apa tidak bisa tahun depan." Ucap Menik.

" Enggak bisa, saya tidak mau kamu di ambil orang lain."

Ponsel Kevin berdering. Dia buru-buru mengangkatnya.

" Ya tuan." Ucap Kevin.

" Kamu mau jadi model apa mau jadi asistenku!" Ucap Ziko tegas.

" Keduanya tuan."

" Apa!"

" Tidak tuan, saya masih setia sama anda." Ucap Kevin.

" Cih, mau muntah aku mendengar kamu berbicara seperti itu. Kamu seperti waria yang sedang merayu pria ganteng kaya dan gagah seperti aku."

" Cepat balik ke kantor. Kalau dalam waktu tiga puluh menit tidak balik. Aku pastikan kamu akan jadi model." Ancam Ziko.

" Model apa tuan." Tanya Kevin.

" Model tusuk gigi." Ucap Ziko. Kemudian panggilan terputus.

" Saya harus balik, kamu nanti pulang sama siapa?" Tanya Kevin.

" Sama nona Zira."

" Ya sudah hati-hati, nanti malam tunggu saya. Dan jangan lupa kirim alamatnya ke ponsel saya." Kevin hendak pergi meninggalkan Menik, kemudian dia berbalik lagi.

Cup, dia langsung mengecup bibir Menik.

Menik membelalakkan matanya.

" Kenapa bapak terus mengecup bibir saya." Ucap Menik dengan pipi merah dan jantung yang berdetak kencang.

" Saya belum minum vitamin hari ini. Dan saya baru mendapatkan vitamin c dari kamu. Tenang saja nanti kalau sudah menikah kecupan itu akan berubah menjadi ciuman panjang." Kevin keluar dari ruangan itu sambil tersenyum lebar, dia mendapatkan vitamin c, dan Menik yang mendengar itu langsung membayangkan yang tidak-tidak.

" Like, komen dan vote yang banyak ya, terimakasih."

ig. anita_rachman83