Chapter 384 episode 383 (S2)

Kevin mengetuk pintu ruangan bosnya.

" Masuk."

" Tuan alpha corporate dalam beberapa hari akan datang, mereka akan survei keperusahaan kita, sekaligus penadatanganan kontrak kerjasama." Ucap Kevin.

Ziko yang tadinya serius dengan berkas-berkasnya langsung menatap asistennya.

" Kapan?"

" Mungkin tiga atau empat hari lagi." Ucap Kevin.

" Persiapkan semua kontrak kerjasama, jangan mengecewakan mereka." Ucap Ziko.

" Baik tuan."

" Tunggu, ini punya kamu." Ucap Ziko menyerahkan undangan kepada Kevin.

" Apa ini?"

" Baca! Jangan tanya terus." Ucap Ziko ketus.

Kevin membaca undangan itu.

" Tuan ini Vita mantan anda?"

" Enggak usah di pertegas gitu kenapa?" Ucap Ziko malas.

" Hehehe." Kevin tertawa.

" Tuan saya harus menemukan Menik." Ucap Kevin semangat.

" Memangnya kenapa?"

" Di sini tertulis Kevin dan patner, berarti saya harus membawa pasangan untuk ke acara pernikahan ini." Ucap Kevin sambil menunjuk kartu undangan kepada Ziko.

" Dari mana kamu mau mencarinya?"

" Sepertinya dari perusahaan kosmetik itu, saya yakin pasti perusahaan itu tau informasi mengenai Menik. Nanti saya izin keluar sebentar." Ucap Kevin.

" Hemmm, tapi jangan buat rusuh di sana." Ucap Ziko.

Setelah membereskan pekerjaannya Kevin pamit kepada Ziko, dia langsung menuju perusahaan kosmetik tersebut.

Sesampainya di loby Kevin bertemu dengan resepsionis tapi di sekeliling bangunan itu banyak gambar Menik yang sengaja di pajang di situ.

" Saya mau bertemu dengan penanggung jawab perusahaan ini." Ucap Kevin

" Kalau boleh tau bapak siapa? Dan ada keperluan apa dengan direktur kami." Tanya seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis.

" Itu calon istri saya." Kevin menunjuk kearah dinding.

" Maksud bapak dinding?" Tanya resepsionis.

" Bukan dinding! Model kosmetik itu maksud saya." Ucap Kevin kesal sambil menunjuk kearah gambar Menik.

" Oh mbak Samudera. Bapak tunggu dulu di sini, saya akan memberitahukan hal ini kepada atasan.'

Wanita itu pergi meninggalkan Kevin sendirian, dia menunggu dengan duduk di atas sofa. Tidak berapa lama ada sosok wanita yang sangat di kenalnya.

" Nona ngapain di sini." Tanya Kevin bingung.

" Lah kamu ngapain di sini." Zira bertanya balik.

Zira buru-buru masuk ke dalam perusahaan itu. Dan Kevin mengikutinya.

" Nona tunggu. Kenapa anda bisa masuk ke dalam perusahaan ini dengan gampang, atau jangan-jangan nona yang merencanakan semua ini." Ucap Kevin sambil mengikuti langkah Zira.

" Rencana apa?" Zira terus menghindar tapi Kevin terus mengikuti langkahnya.

" Menik di mana." Tanya Kevin.

" Menik tidak ada." Ucap Zira gugup.

Ada seseorang yang mendekati Zira.

" Nona, mbak Samudera sudah selesai pemotretan."

Zira dan Kevin saling pandang.

" Nah betul, Menik ada di sini."

" Nanti saya kesana." Ucap Zira kepada wanita yang baru menemuinya.

Wanita itu pergi meninggalkan Kevin dan Zira.

" Menik memang di sini. Dan yang menjadikannya seorang model adalah aku."

" Saya tidak setuju, seharusnya dia minta persetujuan kepada saya. Dimana Menik sekarang."

Zira membawa Kevin menuju satu ruangan dan di dalamnya ada banyak orang dari fotograper sampai makeup artis ada disana. Menik sedang di ruang ganti. Kevin melihat sekeliling ruangan itu, dan tidak berapa lama Menik keluar dari ruang ganti dengan mengenakan pakaian yang biasa.

" Menik." Ucap Kevin langsung memeluk Menik

" Kamu seperti tidak bertemu satu tahun saja, langsung nyosor. Ngebet banget mau kawin." Sindir Zira.

" Batalkan semuanya." Ucap Kevin tegas.

" Apanya? Pertunangan kita?"

" Bukan, kontrak kerjasama dengan perusahaan ini."

" Tidak bisa pak, nanti saya kena denda." Ucap Menik pelan.

" Berapapun dendanya akan saya ganti." Ucap Kevin marah. Semuanya yang ada di situ memperhatikan mereka.

" Bapak kecilkan suaranya, aku malu." Ucap Menik pelan.

" Kenapa harus malu, saya adalah calon suami kamu." Ucap Kevin dengan suara yang menggelegar.

" Vin, enggak usah di proklamirkan di sini. Nanti saja hari senin kamu proklamirkan hubungan kalian di depan anak sekolah yang sedang upacara." Ucap Zira.

" Mari kita temui direktur perusahaan ini kalau perlu bertemu dengan ceo nya." Ucap Kevin sambil menarik tangan Menik.

" Pak jangan, saya suka dengan pekerjaan ini." Ucap Menik pelan.

" Bapak? Saya bukan bapakmu, panggil sayang!" Perintah Kevin.

Zira yang mendengar itu rasanya ingin muntah. Menik masih malu untuk memberi panggilan kepada Kevin dengan kata sayang.

" Hey, tunjukkan ruangan direktur kalau perlu ceo perusahaan ini." Perintah Kevin kepada para pekerja yang ada di ruangan pemotretan.

Mereka melihat kearah Zira dan Menik, seperti minta persetujuan dari dua wanita itu. Zira menganggukkan kepalanya.

" Ikuti saya." Ucap seorang wanita

Kevin menggenggam tangan Menik cukup erat, terlihat sekali kalau dia tidak ingin melepaskan wanita itu.

Tapi wanita itu sudah sangat takut, dia tidak tau apa yang akan di perbuat Kevin di ruangan direktur. Mereka sampai didepan ruangan direktur, wanita tadi menemui sekertaris yang sedang duduk di tempat kerjanya. Dia menyampaikan maksud dan tujuan Kevin ingin bertemu dengan direktur perusahaan.

" Tunggu sebentar." Ucap sekertaris dan masuk keruangan bosnya. Tidak berapa lama sekertaris itu keluar lagi dan mempersilahkan ketiganya untuk masuk ke dalam ruangan bosnya.

Mereka masuk kedalam ruangan itu.

" Silahkan duduk semuanya." Ucap direktur perusahaan yang berjenis kelamin pria.

Mereka menarik kursi dan langsung duduk.

" Ada yang bisa kami bantu nona Zira." Ucap pria itu.

Kevin langsung memotong pembicaraan.

" Saya ingin membatalkan kontrak kerjasama antara calon istri saya dengan perusahaan bapak." Ucap Kevin tegas.

" Apa bapak yakin? Kami akan memberikan penalti kepada siapapun yang melanggar kontrak kerjasama, bukan hanya itu semua fasilitas yang kami berikan akan kami tarik dengan pajak 100 persen full." Ucap direktur perusahaan.

Menik membelalakkan matanya, dia sudah bisa membayangkan banyaknya angka nol yang akan di bayarkan.

" Berapapun akan saya bayar penalti itu." Ucap Kevin tegas.

Pria itu menghubungi seseorang dengan telepon yang ada di meja kerjanya, tidak berapa datang seorang wanita dengan membawa sebuah map. Wanita itu meletakkan di atas meja direktur. Direktur langsung membaca kontrak kerjasama antara Menik dengan perusahaan tersebut.

" Di sini denda yang harus bapak bayar hanya lima triliyun." Ucap pria itu.

" Apa!" Ucap keduanya secara bersamaan tapi Zira terlihat santai dengan memainkan jari-jarinya.

" Lanjut saja pak, saya tidak mau membatalkan kontrak kerja sama ini." Ucap Menik.

" Batalkan, saya sanggup membayarnya." Ucap Kevin tegas.

" Pak, pikirkan lagi, uang segitu bukannya sedikit. Saya tidak mau di salahkan sama keluarga bapak." Ucap Menik takut.

" Bapak?" Kevin memberikan tatapan yang mengintimidasi.

" Sa-" Menik masih belum melanjutkan kalimatnya tapi sudah di potong Zira.

" Sayur." Ucap Zira singkat.

Menik tidak melanjutkan kalimatnya lagi.

" Pikirkan dengan bijak pak, menurut saya nona Samudera tidak melakukan hal-hal yang memalukan, dia hanya jadi model dari kosmetik kami." Ucap direktur.

" Tapi saya tidak suka wajahnya di tatap orang lain." Ucap Kevin.

Zira menggelengkan kepalanya.

" Vin, Vin, belum menikah tapi kamu sudah over posesif apalagi sudah menikah. Mungkin si Menik akan kamu bingkai dan di pajangkan di dinding kamar." Sindir Zira.

Kevin tidak menghiraukan sindiran Zira.

" Apa boleh dendanya di hapus? Bayaran yang kemaren masih utuh di rekening. Saya bisa mengembalikannya." Ucap Menik.

" Maaf tidak bisa." Ucap direktur itu.

Kevin menghitung aset yang di milikinya, jika di uangkan memang cukup tapi dia harus menjual rumah dan usaha-usahanya yang lain.

" Apa tidak ada pengurangan." Tanya Kevin.

Pria di depan Kevin menggelengkan kepalanya.

" Apa anda pemilik dari perusahaan ini." Tanya Kevin.

" Bukan, saya hanya pekerja di sini." Ucap pria itu.

" Temukan saya dengan pemilik perusahaan, saya mau negosiasi dengan presiden direktur."

" Apa anda yakin mau bertemu dengannya." Ucap pria itu.

" Iya saya yakin." Ucap Kevin mantap.

" Like, komen dan vote yang banyak ya."