Chapter 383 episode 382 (S2)

Sudah tiga hari Kevin tidak menemukan keberadaan Menik. Wanita itu seperti hilang di telan bumi. Segala cara sudah di cobanya untuk bertanya kepada Zira tentang keberadaan Menik. Tapi sama sekali Zira tidak mau membantu Kevin.

Dia sudah berada di depan rumah bosnya, menunggu di beranda merupakan hal yang rutin di lakukannya.

" Pagi nona." Sapa Kevin.

" Pagi Vin."

" Nona saya mohon dengan sangat beri informasi keberadaan Menik. Apa nona tidak kasihan sama saya. Calon istri saya tidak tau di mana rimbanya." Ucap Kevin.

" Buahahaha, rimba? Kamu kira calon istrimu hewan."

" Itu istilah saja nona." Ucap Kevin.

Zira tidak mau memberitahukan keberadaan Menik. Karena menurutnya Kevin akan mengetahui sendiri.

Setelah Ziko bersiap, keduanya pergi meninggalkan Zira menuju gedung Raharsya group. Selama perjalanan Kevin banyak diam, dia malas untuk berbicara.

" Kamu kenapa?" Ziko memperhatikan asistennya yang banyak diam.

" Saya bingung tuan, Menik tidak bisa di temukan. Segala cara sudah saya coba untuk merayu nona Zira, tapi nihil." Gerutu Kevin.

" Terus apa yang kamu lakukan." Tanya Ziko.

" Berdoa." Ucap Kevin singkat.

" Berdoa?" Ziko bingung.

" Ya berdoa agar nona Zira mendapatkan hidayah." Ucap Kevin.

Bukk, Ziko memukul kursi belakang Kevin.

" Kamu pikir istriku berada di jalan yang sesat." Gerutu Ziko.

" Enggak tuan, saya berdoa semoga nona dapat hidayah agar membuka hatinya untuk membantu saya."

Mereka berangkat ke kantor tidak terlalu pagi, jadi kendaraan yang berada di jalan raya tidak terlalu padat. Sepanjang jalan banyak pedagang kaki lima yang sudah mulai menjajakan dagangannya

Ada beberapa papan iklan di sepanjang jalan dan tiba-tiba Kevin mengerem mendadak. Ziko langsung memukul lengan asistennya.

" Kenapa kamu mengerem mendadak." Ucap Ziko kesal.

" Maaf tuan, ada semut lagi menyebrang." Ucap Kevin asal.

Dia masih memperhatikan papan iklan yang ada di seberang jalan. Dia mau memastikan penglihatannya tidak salah.

" Tuan coba anda perhatikan papan iklan di sana." Kevin menunjuk kearah seberang jalan.

" Yang mana?" Ziko memperhatikan arah tangan Kevin.

" Itu seperti Menik." Ucap Kevin lagi.

" Ah mata kamu katarak. Mana mungkin si Menik bisa secantik itu. Sudah jalan jangan kelamaan berhenti nanti kita bisa kena tilang."Ucap Ziko.

Kevin menekan kembali pedal gas. Walaupun ada rasa penasaran dengan papan iklan itu, tapi dia tetap menjalankan mesin mobil.

Kemudian pada saat traffic light ada muncul videotron yang menampilkan iklan sebuah kosmetik yang modelnya wanita yang sama di papan iklan. Model itu mengatakan dalam videotron tersebut " Cantikku sepanjang hayat."

Dan di akhir video iklan tersebut ada sebuah tanda tangan yang jika di baca bertuliskan nama Samudera.

" Tuan, itu Menik." Ucap Kevin semangat.

" Mana?" Ziko melebarkan pandangannya ke sepanjang jalan.

" Enggak ada." Ucap Ziko singkat.

" Bukan di jalan tapi di atas itu." Ucap Kevin menunjuk kearah videotron.

Ziko melihat video tersebut yang mana di tayangkan secara berulang-ulang.

" Ah salah kamu."

" Benar tuan, di akhir video nanti ada namanya Menik." Ucap Kevin lagi.

Video itu di ulang lagi, Ziko melihat video itu sampai habis.

" Mana ada nama Menik di situ, tapi hanya tanda tangan yang bertuliskan Samudera." Ucap Ziko.

" Tuan, nama panjang Menik bukannya Samudera Nuansa Pagi." Ucap Kevin mengingatkan.

" Iya juga, ngapain dia di atas sana, suruh turun nanti jatuh, Vin" Ucap Ziko asal.

" Bagaimana mau turun, enggak ada tangganya tuan." Jawab Kevin asal.

Setelah lampu berwarna hijau, mobil langsung melaju. Selama perjalanan Kevin memikirkan tentang Menik.

" Tuan, bagaimana mungkin Menik bisa jadi seorang model." Ucap Kevin.

" Mana aku tau, tapi kenapa dia bisa jauh berbeda seperti itu ya. Tidak ada kelihatan mantan cleaning service yang ada malah seperti wanita bangsawan." Ucap Ziko.

Mobil yang di kendarai Kevin sudah sampai di gedung Raharsya grup. Mereka bersama-sama naik lift khusus presiden direktur, kemudian berpisah ketika sudah sampai di lantai ruangan mereka.

Ziko menuju ruangannya begitupun dengan Kevin. Karena liburan itu menyebabkan pekerjaan mereka menumpuk.

Pintu di ketuk. Ketika ada titah dari Ziko untuk masuk, Koko langsung masuk ke ruangan bosnya. Dia menyerahkan beberapa berkas yang akan di tanda tangani bosnya.

" Bos, ada yang mau bertemu dengan anda." Ucap Koko.

" Siapa?"

" Vita." Jawab Koko singkat.

" Vita, untuk apa dia kesini. Tapi di loby tadi tidak ada seorangpun tamu." Gumam Ziko pelan.

" Bagaimana bos." Tanya Koko lagi.

Ziko melihat pekerjaannya yang menumpuk.

" Semoga dia tidak berlama-lama di sini. Ya sudah suruh masuk." Ucap Ziko.

Koko kembali ke meja kerjanya dan menghubungi resepsionis. Selang lima belas menit ada seorang wanita berdiri di depan meja kerja Koko.

" Selamat siang, saya mau bertemu dengan Ziko." Ucap Vita ramah.

" Selamat siang, mari." Ucap Koko ramah mempersilahkan Vita untuk mengikutinya.

Setelah dapat izin dari Ziko, Vita langsung masuk kedalam ruangan itu.

" Siang Ziko."

" Silahkan duduk." Ucap Ziko.

Vita menarik kursi dan duduk di depan meja kerja Ziko.

" Ada apa Vit?"

Vita mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkannya ke hadapan Ziko.

" Apa ini." Ziko mengambil kertas itu dan membacanya.

" Ini undangan pernikahan kamu?" Ucap Ziko.

Vita menganggukkan kepalanya.

" Tiga hari lagi acara pernikahanku dan aku harap kamu bisa hadir bersama dengan Zira."

" Baiklah aku akan datang bersama dengan istriku. Selamat untuk kalian berdua. Tapi kenapa harus kamu yang mengantarkan undangan ini. Bukannya beberapa hari lagi pernikahanmu, dan tidak baik jika calon pengantin wanita berkeliaran di jalan." Ucap Ziko.

" Aku tidak berkeliaran Ko, setelah dari sini aku langsung balik. Beberapa hari yang lalu aku kesini, tapi resepsionis bilang kamu sedang pergi cuti, benarkah?"

" Oh iya, aku pergi berlibur bersama dengan Zira." Ucap Ziko.

" Tapi kamu bisa menitipkan undangan ini kepada resepsionis jadi tidak perlu kamu harus bolak balik kesini."

" Tidak apa-apa Ko, aku memang ingin langsung mengantarkan undangan ini kepadamu. Dan ini undangan untuk tante dan om. Dan yang ini untuk Kevin." Ucap Vita menyerahkan beberapa undangan kepada Ziko.

" Baiklah Ko, aku harus balik. Semoga kalian semua bisa hadir di acara pernikahanku." Ucap Vita.

Ziko menganggukkan kepalanya.

" Semoga semuanya berjalan lancar sampai hari H, dan kamu jaga kesehatan. Salam untuk calon suamimu." Ucap Ziko.

Ziko dan Vita saling bersalaman. Kemudian Ziko memeluk Vita layaknya seorang teman.

" Aku harap pernikahan kamu bahagia sampai maut memisahkan kalian. Aamiin." Ucap Ziko kemudian melepaskan pelukannya.

Tanpa sengaja bulir air mata Vita menetes, dia sangat terharu mendengar sebuah doa dari teman masa kecilnya.

" Terima kasih atas doanya." Vita keluar dari ruangan Ziko, dan berhenti di depan meja kerja Koko.

Dia menyerahkan kartu undangan kepada pria itu.

" Apa ini." Tanya Koko.

" Kartu undangan pernikahanku, walaupun aku belum terlalu mengenalmu tapi aku harap kamu mau datang." Ucap Vita menyerahkan sebuah undangan langsung ke tangan Koko. Kemudian dia pergi meninggalkan gedung itu.

" Jangan lupa vote ya, soalnya rangkingnya turun lagi nih."