Chapter 382 episode 381 (S2)

Kevin kembali ke rumahnya, nyonya Paula menyambut kedatangan anaknya.

" Bagaimana keadaan kamu nak." Tanya wanita paruh baya itu.

" Baik ma." Kevin mengecup pipi mamanya. Kemudian dia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

" Vin, apa kamu sudah bertemu dengan calon menantu mama."

Kevin berhenti dan membalikkan badannya, dia menuruni anak tangga kembali.

" Mama tau? Aku sudah melamarnya. Dan dia menerimanya." Ucap Kevin senang.

" Serius kamu nak? Kapan kamu membawanya kesini."

" Aku akan menghubunginya." Kevin pergi menjauh dan mencari nama Menik dalam daftar kontaknya.

" Sialan, ini kan nomor yang lama, mana aku tidak tanya nomor yang baru. Alamatnya saja tidak aku tanya. Ah dasar ." Gerutu Kevin sambil menggaruk rambutnya.

Kevin melupakan sesuatu untuk menanyakan alamat tempat tinggal dan nomor ponsel Menik, karena dia terlalu senang jadi melupakan akan hal itu. Nyonya Paula memperhatikan anaknya yang kesal.

" Ada apa Vin?"

" Aku lupa menanyakan alamat dan nomor ponselnya." Ucap Kevin.

" Bagaimana bisa kamu melupakan hal itu? Terus bagaimana kalian bisa bertemu lagi."

" Itulah ma, aku pun baru sadar ketika mama menanyakannya."

Kevin merutuki dirinya yang ceroboh.

" Ah, ini sama saja aku melamar dengan wanita kasat mata." Gerutu Kevin.

" Maksud kamu apa Vin?"

" Bagaimana aku bisa menemuinya? alamatnya tidak ada belum lagi nomor ponselnya. Pertunangan seperti apa ini?" Gerutu Kevin lagi.

" Sabar nak, mungkin nanti dia akan menghubungimu." Ucap nyonya Paula menenangkan anaknya.

Kevin pergi ke kamarnya. Dia butuh istirahat yang cukup untuk melanjutkan aktivitasnya besok.

Pagi hari Kevin sudah bergegas pergi ke rumah Ziko. Sesampainya di rumah itu dia di sambut Zira.

" Pagi Kevin." Sapa Zira

" Pagi juga nona." Ucap Kevin.

Kevin duduk di beranda depan, sambil menunggu Ziko bersiap, dia memanfaatkan untuk bertanya tentang keberadaan Menik kepada Zira.

" Nona, bagaimana anda bisa menemukan Menik?"

" Maksud kamu apa?"

" Pasti nona yang mengundang Menik untuk ikut berlibur dengan kita." Tebak Kevin.

" Iya, memangnya kenapa?" Ucap Zira.

" Berarti nona tau tempat tinggalnya dan nomor ponselnya." Tebak Kevin lagi.

" Iya, aku tau." Ucap Zira singkat.

" Boleh saya minta alamat dan nomor ponselnya." Tanya Kevin.

" Usaha dong." Ucap Zira sambil meninggalkan Kevin sendirian.

Ziko sudah selesai, dia langsung bergegas pergi dengan asistennya. Sebelum berangkat tidak lupa dia mengecup istrinya.

Di mobil Kevin mencoba bertanya kepada bosnya.

" Tuan, apa anda tau nomor ponsel Menik dan alamatnya."

Ziko melihat asistennya dengan tatapan penuh tanda tanya.

" Untuk apa aku menyimpan nomor ponselnya." Tanya Ziko balik.

" Ya, mana tau nona Zira pernah bercerita tentang alamat rumahnya Menik dan nomor ponselnya."

" Enggak, lagian untuk apa dia bercerita kepadaku. Memangnya kenapa?"

" Saya kehilangan jejak Menik. Saya lupa menanyakan nomor ponsel dan alamatnya."

" Buahahaha." Ziko tertawa senang.

" Kenapa tuan tertawa senang seperti itu." Tanya Kevin.

" kamu pelihara. Bagaimana ceritanya, baru saja lamaran tapi sosoknya tidak di ketahui, sebenarnya kamu itu melamar manusia apa hantu." Ejek Ziko.

Kevin tersenyum kik kuk, memang ada benarnya apa yang di katakan bosnya. Saking senangnya dia memelihara begonya.

Zira sudah berada di dalam mobil pelanginya, dan melajukan kendaraan itu menuju apartemen Menik. Ketika sampai di depan loby apartemen dia menghubungi nomor wanita itu.

Wanita itu langsung bergegas untuk turun kebawah, dia tidak mau membuat Zira menunggu lama.

" Maaf nona." Ucap Menik.

" Apa kamu sudah siap." Tanya Zira.

Menik menganggukkan kepalanya, Zira langsung menekan pedal gas dan menuju perusahaan kosmetik.

Sesampainya di perusahaan itu, mereka di sambut baik oleh pihak perusahaan. Pihak perusahaan menyerahkan kontrak kerja kepada Menik. Di situ tertulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Menik akan jadi brand ambasador untuk produk wardinah dalam jangka waktu satu tahun. Dan dia harus memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang di sebutkan pihak perusahaan, salah satunya tidak boleh menerima kontrak kerjasama dengan perusahaan yang lain dalam jenis produk sejenis. Jika dia menerima kontrak kerjasama dengan perusahaan kosmetik lain, maka dia akan membayar denda sebesar 5 miliar.

Menik membelalakkan matanya melihat nilai nominal yang di sebutkan di situ.

" Nona, besar sekali dendanya." Ucap Menik berbisik.

" Justru dari situ kamu jangan sembarangan menerima kontrak kerjasama, kalau tidak kamu akan di denda."

" Baik nona, ini saja saya sudah sangat bersyukur." Ucap Menik senang.

Setelah penandatanganan kontrak, Menik di minta pihak perusahaan untuk melakukan beberapa foto, yang mana foto itu akan di gunakan produk kosmetik.

Menik sedang bersiap-siap di ruang ganti, dia mengenakan pakaian yang telah di siapkan pihak perusahaan. Dan seorang make up artis mengoles wajah Menik agar menampilkan riasan yang sempurna.

Pihak foto grafer memberikan arahan kepadanya dari gaya sampai arah pandangan. Proses pemotretan itu berlangsung cukup lama. Setelah mendapatkan hasil yang sempurna Menik di arahkan ke perusahaan lain.

Perusahaan yang harus di kunjungi Menik adalah perusahaan iklan, yang mana wajahnya Menik akan seliweran di layar kaca.

Dan untuk melakukan iklan itu, dia harus berakting sesuai arahan sutradara. Setelah melakukan beberapa kali pengulangan akhirnya Menik bisa dengan luwes melakukan syuting iklan itu. Dan syuting itu akan muncul di layar kaca televisi.

Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama, akhirnya mereka kembali pulang. Selama dalam perjalanan pulang Menik banyak bersyukur, bukan karena bayarannya yang fantastis tapi karena ada sosok Zira yang seperti malaikat untuk kehidupannya.

" Nona, saya mengucapkan banyak terimakasih. Karena nona saya bisa mendapatkan pekerjaan." Ucap Menik pelan.

" Sama-sama Nik, kamu sebentar lagi akan jadi artis, tapi ingat ketika kamu berada di atas jangan lupakan masa sulit kamu. Intinya jangan sombong selalu rendah hati." Ucap Zira mengingatkan.

" Iya nona, saya akan mengingat pesan dari nona."

" Apa kamu sudah memberitahukan hal ini kepada adikmu." Tanya Zira.

" Sudah." Ucap Menik singkat.

" Apa Kevin juga sudah tau?"

Menik menggelengkan kepalanya.

" Kapan kamu memberitahukan hal ini kepadanya." Tanya Zira lagi.

Menik menggelengkan kepalanya lagi.

" Apa kamu ada masalah." Tanya Zira.

" Saya tidak tau hubungan kami akan berlanjut atau tidak." Ucap Menik pelan sambil melihat cincin berlian di jari manisnya.

" Apa maksudmu?"

" Bima tidak merestui hubungan kami, dia sangat membenci pak Kevin."

" Pasti dia punya alasan yang kuat sampai bisa membenci Kevin seperti itu.

Menik menceritakan penyebab Bima marah dan membenci Kevin.

" Awal mula Bima merestui hubungan kami, tapi setelah dia tau kalau pak Kevin akan bertunangan dan dia melihat saya menangis. Dia menjadi marah dan sangat membenci pak Kevin."

" Wajar dia membencinya. Itu bentuk rasa sayang seorang adik kepada kakaknya. Kamu tidak boleh menyalahkannya. Tapi kamu memberikan pengertian kepadanya. Kalau perlu ajak Kevin untuk meyakinkan Bima. Secara Kevin yang telah menghilangkan rasa percaya dan simpati Bima kepadanya."

" Like, komen dan vote yang banyak ya, terima kasih."

ig. anita_rachman83