Chapter 381 episode 380 (S2)

Musik kembali di putar, dan kaset masih di tangan Koko kemudian berpindah ketangan dokter Diki, kemudian musik berhenti ketika kaset masih di tangan Jasmin.

Dengan ragu Jasmin menarik tangan Kevin. Ziko dan Zira saling pandang.

" Kalau sampai dia mengatakan tentang batalnya pertunangannya dengan Kevin, aku yakin dokter Diki akan kecewa." Ucap Zira pelan.

Ketika Jasmin menarik tangan Kevin, hatinya langsung teriris, karena dia sudah mengetahui tentang keduanya. Beda halnya jika Menik tidak tau menahu tentang hubungan itu pasti dia tidak mengalami perih.

" Kevin, terimakasih untuk segalanya. Karena kamu, aku tau bagaimana artinya sebuah pengorbanan. Dan aku juga mengetahui arti cinta yang sesungguhnya. Aku sudah mengatakan kepadanya tinggal kamu mengatakan secara jujur kepadanya." Ucap Jasmin pelan.

Hanya sebagian orang yang mengerti maksud dari pengorbanan yaitu Zira dan Ziko. Dan tentang kalimat kedua, pasangan suami istri itu belum bisa mengartikannya, hanya Kevin dan Jasmin yang tau maksudnya.

Kemudian musik kembali di putar kaset dari tangan Jasmin berpindah ketangan Menik, kemudian berpindah ketangan Zelin dan berhenti ketika kaset di tangan Kevin.

Tanpa ragu Kevin langsung menarik tangan Menik. Semua orang bertepuk senang. Tapi tidak dengan Rudi, dia sudah merasa cemas. Walaupun dia tidak tau apa yang akan di perbuat Kevin sama Menik, tapi ada rasa was-was dalam hatinya.

Menik berdiri di depan Kevin. Pria itu memegang tangan Menik.

" Saya bukanlah pria yang baik, tapi saya akan berusaha menjadi pria terbaik untukmu."

Semua bertepuk tangan riuh.

" Kesempurnaan hanya milik Tuhan, dan saya sebagai ciptaannya bukanlah pria yang sempurna tapi izinkan saya menjadi pria yang sangat sempurna di matamu."

Kemudian Kevin berdiri dengan salah satu lututnya. Salah satu tanganya memegang tangan Menik. Tangannya Menik sudah keringat dingin, udara yang begitu dingin membuatnya tambah kedinginan.

" Izinkan saya merangkai sebuah bahtera rumah tangga bersama denganmu."

Menik diam terpaku. Dan semua yang ada di situ seperti ikut dalam suasana yang romantis itu. Mereka seolah menahan nafasnya agar tidak mengganggu jalannya acara.

" Maukah kamu menikah denganku, maukah kamu menjadi ibu dari anak-anak kita."

Menik meneteskan air matanya. Air mata yang tidak bisa di bendung lagi. Dia menganggukkan kepalanya. Sontak Kevin langsung menggendongnya dan mengecup dahinya dengan penuh kasih sayang. Semua ikut merasakan kebahagiaan yang di rasakan pasangan itu. Hanya Rudi yang tertunduk lemas.

Kevin menyematkan cincin berlian ke jari manis Menik. Semuanya memberikan selamat kepada keduanya. Walaupun Rudi kecewa tapi dia tetap berjiwa besar.

" Selamat untuk kalian berdua, jaga dia buatku." Ucap Rudi kemudian pergi meninggalkan keramaian itu.

Acara itu di tutup dengan lamaran Kevin kepada Menik. Penutupan yang sangat sempurna untuk liburan mereka. Tidak di bayangkan akan berakhir dengan sebuah lamaran.

Hari sudah menjelang malam semuanya kembali ke kamarnya masing-masing. Kevin dan Menik akan memimpikan malam indah itu di dalam dunia mimpinya masing-masing.

Pagi hari matahari bersinar cukup cerah, menyambut hari baru bagi semuanya. Hari pertama dan awal status untuk keduanya yaitu Kevin dan Menik. Status yang lebih baik dari sebelumnya di mana status baru ini membuat keduanya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Perjalanan menggunakan kapal membutuhkan waktu berjam-jam. Untuk sepasang kekasih waktu itu akan terasa singkat tapi untuk yang tidak mempunyai kekasih seperti Rudi, waktu itu akan terasa lama dan membosankan.

Ketika menempuh waktu berjam-jam akhirnya kapal yang mereka tumpangi bersandar di pelabuhan.

Kevin ingin mengantarkan tunangannya tapi di larang Menik. Dia lebih memilih pulang dengan menggunakan taksi.

Menik sudah mempunyai apartemen dan semua itu atas jasa Zira. Dia kembali ke apartemennya yang baru ditempatinya dalam hitungan hari dan dia mendapati adiknya sedang duduk menunggu kepulangannya.

Ceklek.

Bima langsung beranjak dari sofa dan mendekati kakaknya.

" Lama sekali kakak pulang." Tanya Bima.

" Yang penting sekarang kakak pulang dalam keadaan sehat dan tidak kurang satu apapun."

Bima mengikuti kakaknya menuju kamar.

" Kakak belum menjelaskan kepadaku tentang apartemen ini." Ucap Bima.

" Ini semua atas bantuan nona Zira. Dan besok kakak sudah bekerja dan itu juga atas bantuan nona Zira."

" Iya aku tau itu, kesulitan kita sekarang semuanya dapat hilang sekejap dalam beberapa menit sama nona itu."

" Kakak mau bekerja di mana." Tanya Bima.

" Di perusahaan kosmetik." Jawab Menik sambil mengeluarkan pakaian kotornya dari dalam koper.

" Tebak kakak bekerja sebagai apa di sana."

" Pasti cleaning service lagi." Ucap Bima.

" Salah, coba tebak lagi."

Bima memikirkan posisi yang cocok untuk kakaknya.

" Tidak mungkin kakak bekerja di perkantoran, secara kakak hanya tamatan sekolah menengah."

" Justru itu kamu akan terkejut kalau kakak mengatakannya."

" Apaan sih." Bima penasaran.

" Kakak akan jadi model."

" Apa! Model apa? Model sabun cuci piring apa sabun cuci kain." Ejek Bima.

" Model makanan kucing."

" Serius kak?"

" Enggaklah, kakak di percaya sebagai brand ambasador produk kosmetik."

" Apa! Kakak serius!" Ucap Bima antusias.

Menik menganggukkan kepalanya.

" Besok penandatanganan kontrak."

" Ini bukan penipuan kan?" Ucap Bima khawatir.

" Enggaklah justru kakak dapat info ini dari nona Zira, dia yang merekomendasikan kakak sama perusahaan itu."

" Apa nama kosmetiknya." Tanya Bima.

" Wardinah."

" Wah itu kosmetik terkenal, pasti bayarannya mahal."

" Berapapun pendapatan yang di terima di syukuri."

Bima manggut setuju. Dia memperhatikan jari manis kakaknya.

" Cincin apa itu." Tanya Bima sambil menarik tangan kakaknya.

Menik langsung menyembunyikan tangannya di balik badannya. Bima menatap lekat wajah kakaknya.

" Siapa yang memberikan cincin itu? Apa itu dari seorang pria?" Bima mengajukan pertanyaan beruntun.

Menik terlihat gugup, dia tidak tau harus memulai dari mana.

" Ini dari pak Kevin." Ucap Menik pelan.

" Apa! Ini dari pria brengsek itu!" Bima marah.

" Dia sudah minta maaf dan tanpa kita ketahui pak Kevin sudah membatalkan pertunangannya." Ucap Menik pelan.

" Alah itu alasan dia saja agar bisa mempermainkan orang susah seperti kita." Ucap Bima emosi.

Dia kembali melihat cincin di jari kakaknya.

" Seorang pria tidak akan mudah memberikan sesuatu tanpa ada maksud di baliknya. Seperti cincin ini? Untuk apa dia memberi kakak cincin ini? Jangan bilang kakak sudah dilamarnya?"

Menik menganggukkan kepalanya pelan.

" Apa!"

" Dimana harga diri kakak! Ketika di tendang kemudian dengan gampang menerimanya kembali." Ucap Bima emosi.

" Kakak mencintainya Bim." Ucap Menik polos.

" Makan itu cinta." Ucap Bima ketus.

" Sampai kapanpun aku tidak akan menyetujui pertunangan ini. Dan aku tidak akan sudi jadi wali nikah kakak." Ucap Bima marah.

" Bima jangan seperti itu, apa kamu tidak suka melihat kakak bahagia?"

" Apa kakak bahagia dengan dia? Baru beberapa. minggu lalu kakak menangisi sikap pria itu dan sangat membencinya tapi kenapa dengan cepat langsung menerimanya?" Bima masih kesal dengan keputusan kakaknya.

" Kakak mencintainya." Ucap Menik sambil memegang tangan adiknya.

" Terserah sampai kapanpun aku tidak merestui hubungan kalian. Dan jangan harap kalian bisa menikah sebelum dapat restu dariku. Bilang sama dia langkahi dulu mayatku baru kalian boleh menikah." Bima keluar apartemen sambil membanting pintu dengan cukup keras.

" Vote, like dan komen ya, terimakasih."

ig. anita_rachman83